6. Kencan!

29.7K 1.4K 56
                                    

Hubungan yang terikat karena adanya bayi diantara Retta dan Nic berjalan seperti yang diharapkan. Mereka masih sering sarapan bersama. Makan malam bersama, tapi tidak untuk tidur bersama. Sepertinya Nic mulai memendam keinginannya untuk tinggal bersama Retta. Ia lebih memilih datang lebih awal dan pulang larut malam hanya untuk melihat perkembangan calon anaknya.

Usia kandungan Retta sudah empat bulan. Perut Retta masih saja rata, tak membuncit sedikitpun. Membuat Nic khawatir apa janin dalam kandungan Retta berkembang dengan baik atau tidak. Sedang Retta hanya geleng kepala setiap Nic menanyakan hal itu. Sudah jelas bila dokter mengatakan kalau kondisinya dan kondisi janinnya itu sehat, Nic tidak percaya. Memangnya dia lebih pintar dari dokter?

"Ta ... kau nggak mau makan sesuatu atau minta sesuatu gitu? Kata orang wanita hamil itu suka sekali merepotkan para suaminya. Ngidam minta ini itu. Tapi kau kok tidak?"

Nic memincingkan matanya melihat Retta. "Kau tidak sedang menyembunyikan keinginanmukan? Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada bayi kita. Jadi sebutkan saja apa keinginanmu. Aku akan berusaha memenuhinya." Retta mendaratkan tangannya dipuncak kepala Nic. Menepuknya cukup keras. "Otakmu sepertinya menyusut waktu musim dingin, jadi nggak salah kalau kau bodoh!"

Nic mendelikkan matanya. "Aku hanya bertanya! Apa itu salah?" Gerutu Nic. Tangannya terulur untuk mengelus bekas pukulan Retta. "Kau tak perlu memendam keinginanmu Ta. Ada aku disini, aku akan menuruti semua yang kau inginkan. Aku ingin menciptakan kenangan bersamamu juga bersama dia. Aku ingin kelak dikemudian hari ketika ia sudah besar aku akan menceritakan bagaimana susahnya menuruti keinginannya yang bahkan belum terlahir didunia. Aku ingin menunjukkan kepadanya bila aku punya cinta yang utuh untuknya." Kata Nic dengan mata berkaca. Pandangannya menerawang jauh kedepan. Membayangkan saat dimana masa itu tiba.

Retta terharu. Dalam hati ia bahagia, anaknya akan memiliki seorang ayah yang begitu mencintainya. Dan tanpa disadarinya ketika matanya berkedip air mata jatuh membasahi pipi. Buru-buru Retta seka air mata itu agar tak memicu kecurigaan Nicolas.

"Iki tenan opo palsu, Nic? Aku wedi yen awakmu kui ngapusi aku. Aku wedi tibo marang sliramu Nic ... "

Nic membulatkan bola matanya. Mendengarkan perkataan Retta yang sama sekali tak ia ketahui apa itu artinya. "Kau bicara dengan bahasa alien?"

Retta terbahak. Dan itu membuat Nic semakin mengerutkan keningnya. Ia penasaran apa yang sebenarnya dikatakan oleh Retta tadi. Kenapa wanita itu tertawa begitu bahagia? Untuk kali ini Nic mengakui kebodohannya sendiri.

"Bukan apa-apa." Kata Retta setelah ia berhasil menghentikam tawanya. "Jujur selama ini aku tak pernah merasakan apa yang dinamakan ngidam. Tapi jika kau mau aku ingin pergi ke winter wonderland Bisakah kau menemaniku?"

"Mau ngapain? Disana tak ada yang menarik."

"Aku belum pernah ke sana. Jadi kau mau menemani atau tidak?"

"Baiklah akan aku temani. Weekend ini kita ke sana." Nic mengiyakan apa permintaan Retta. Ia ingin menjadi pria yang menepati janjinya. Bukankah ia sedang berusaha merebut hati Retta? Siapa tau dengan begini Retta mau menerima. Nic tak pernah putus harapan untuk itu. Ia ingin menciptakan keluarga yang utuh untuk anaknya.

"Makasih Nicolas." Ucap Retta dengan senyum termanis dibibirnya. Dan itu berhasil membuat Nic meleleh.

***

Winter Wonderland berada di Hyde Park. Tempat itu selalu dipenuhi oleh pengunjung. Terlebih pada akhir pekan dan musim liburan. Untuk memasuki area itu tak dipungut biaya, hanya saja kita harus membayar bila ingin menaiki wahana yang kita inginkan.

Forever We [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang