23. Tiada Kata

17.4K 1.1K 27
                                    

"RETTA!"

Teriakan itu membangunkan Nic dari tidur ayamnya. Apa yang ia lihat ketika matanya terbuka adalah sesuatu yang membuat jantungnya berdegub dengan kencang. Segala pemikiran buruk singgah dibenaknya. Terlebih ketika ia melihat Daniel berlari mengejar seseorang diantara banyaknya orang yang memenuhi club malam ini. Meski samar tapi ia bisa mengenali postur tubuh itu. Otaknya berpikir keras. Merangkai setiap keping peristiwa yang baru saja terjadi atau bahkan terlewatkan saat ia memejamkan matanya sejenak.

"Apa yang kau lakukan?!" Sinis Nic pada wanita yang tengah mengusap bibirnya yang berwarna merah merona karena lipstik.

"Tentu saja menciummu. Aku merindukanmu honey." Wanita itu mengusap bibir Nic dengan gaya sensual. Menggoda Nic agar terpikat padanya.

"Singkirkan tangan kotormu itu bitch!" Dengan kasar Nic menghempaskan jemari lentik wanita itu dari bibirnya. Saat Nic mencoba bangkit dari baringnya wanita itu menahan bahu Nic. "Apa kau tidak merindukanku Nic?" Kembali dengan gaya sensualnya wanita itu mengusap dada bidang Nic. Dengan pola melingkar wanita itu menggerakkan telapak tangannya pada dada bidang berotot milik Nic. "Aku tau kau juga merindukanku 'kan Nic? Sudah lama sekali aku tidak menghangatkan ranjangmu. Ayolah Nic... aku menginginkanmu malam ini."

Ingat! Nic adalah pria normal yang menyukai wanita. Terlebih ketika wanita itu dengan senang hati menyerahkan tubuhnya untuk ia jamah. Apalagi wanita itu adalah Tatiana. Wanita dengan bentuk tubuh menggoda bak gitar spanyol. Wanita yang selalu menjadi bahan fantasi lelaki hidung belang diluaran sana.

Nic tak mengelak. Tubuhnya memang menerima setiap rangsangan Tatiana, mantan pasangan ONS nya. Tapi nuraninya menolak.

"Minggir!" Nic mendorong keras tubuh Tatiana hingga membentur punggung sofa. Ia tak perduli lagi jika tindakannya itu akan menyakiti Tatiana. Yang menjadi fokusnya sekarang adalah memastikan sosok yang dikejar Daniel.

Mungkinkah itu Retta?

Bagaimana bisa wanita hamil masuk ke area ini?

Darimana Retta tau tempat ini?

Apa dia melihat apa yang dilakukan Tatiana tadi?

Serangkaian tanya itu memenuhi benak Nic ketika mengejar Daniel yang berlari jauh didepan sana.

Ketika Nic berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Daniel tubuhnya membeku seketika. Apa yang ia lihat sekarang membawanya kembali pada peristiwa masa lalu. Dimana Retta meringis kesakitan memegangi perutnya sementara dari balik gaunnya darah segar mengalir dari bagian paha dalam wanita itu.

"Retta? Apa yang terjadi?" Daniel berteriak panik. Tangannya mencengkram erat bahu Retta, menjaga agar tubuh wanita itu tidak merosot diaspal jalanan.

"Sa...kit.... tolong... aku..." terbata Retta berucap. Wajahnya sangat pucat. Keringat dingin berjatuhan membasahi pelipis wanita itu.

"Siapkan mobil Niel! Kita harus kerumah sakit!" Perintah Nic yang entah sejak kapan mengambil alih tugas Daniel. Dengan sigap Nic langsung membawa tubuh Retta dalam gendongan. Sementara Daniel berlari secepat mungkin menuju mobilnya. Beruntung kunci mobilnya tak ia tinggalkan dimeja kerja. Sehingga butuh waktu lama baginya mengeluarkan mobil dari area parkir club tersebut.

"Bertahanlah sayang. Aku mohon! Aku tau kalian pasti kuat! Kalian pasti bisa melewati ini." Berulang kali Nic membisikkan kalimat penyemangat untuk Retta.

"Aku benci kamu Nicolas!" Kata itulah yang terakhir terucap dari mulut Retta sebelum kegelapan merenggut kesadarannya. Meski lirih Nic mampu mendengar itu dengan jelas.

***

Aku hanya mau anakku sehat. Hanya itu Retta... hanya itu..

Anakku... anak Nic?

Dia juga anakku bukan? Aku ibunya...

Aku hanya mau anakku sehat. Hanya itu Retta.

Anak ini... pendarahan tadi, apa yang terjadi?

Apa aku kehilangan dia?

Apa aku juga kehilangan Nic?

Kehilangan?

Retta langsung membuka kelopak matanya lebar-lebar. Menatap kosong pada langit-langit kamar rawat inapnya yang berwarna putih. Suara-suara itu masih berdengung ditelinganya. Membuat napasnya tersendat karena ketakutan.

Retta masih berkutat dengan ketakutannya ketika sebuah suara menyebutkan namanya penuh rasa kelegaan. Kesadarannya kembali. Ia menoleh pada sumber suara. Dimana ada Nic duduk disamping tempatnya berbaring.

"Akhirnya kau sadar juga." Ucap Nic penuh kelegaan. Ia langsung memberikan kecupan pada punggung tangan Retta yang berada digenggaman lelaki tersebut.

Retta acuh. Ia memalingkan lagi perhatiannya pada atap rumah sakit yang terlihat lebih menarik daripada keberadaan Nic saat ini. Tak lupa ia menarik kembali tangannya yang entah sejak kapan telah berada digenggaman suaminya itu.

"Retta..."

Nic nampak khawatir melihat sikap diam Retta. Harus ia akui ia lebih suka Retta yang cerewet dan galak daripada Retta yang seperti ini. Kosong tak bercahaya.

Retta memejamkan matanya. Ia ingin meyakinkan sesuatu yang terus saja berperang dalam benaknya. Apakah anaknya selamat ataukah sudah tiada? Perlahan tangannya terulur menyentuh perutnya.

Masih ada. Bahkan Retta masih bisa merasakan aktifitas anaknya didalam sana.

"Dia kuat. Sama seperti dirimu."

Retta masih saja diam. Dia mengubah posisi berbaringnya, memunggungi Nic.

"Dia sudah sadar ya?" Tanya Daniel menghampiri Nic. Tak ada jawaban karena Nic hanya diam menatap kosong punggung Retta. "Istirahatlah. Kau juga butuh untuk istirahat." Daniel mengingatkan.

"Aku pergi." Nic beranjak dari duduknya. Menepuk bahu Daniel seraya berkata, "tolong jaga dia." Lanjutnya lalu pergi meninggalkan ruang rawat inap Retta.

"Semua telah berakhir sampai disini. Dia pergi. Dia tak menginginkanku lagi." Batin Retta.

***

Forever We [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang