16. Dangduters

24K 1.1K 114
                                    

Kerutan dikening Nic semakin dalam ketika matanya fokus memperhatikan laptop. Headphone yang menutupi kedua telinganya ia lepaskan. Ia tolehkan kepalanya ke sisi kanan dimana ada Retta yang ikut duduk bersamanya disana. Retta mengulas senyum lebarnya ketika Nic menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Kau yakin dengan ini?"

Retta menganggukkan kepalanya.

"Kenapa nggak lagu barat saja?"

Retta mendecakkan bibirnya. "Kalau kau nyanyi lagu barat itu sudah hal yang wajar. Umum. Akan lain ceritanya bila bule sepertimu menyanyikan lagu dengan bahasa lain. Khususnya bahasa jawa. Ibuku pasti akan terkesan."

Giliran Nic yang mendecakkan bibirnya. Ia mendongakkan kepalanya. Bersandar pada sofa yang terletak dibelakangnya. "Ini sulit Ta... mana bisa aku menghapal lagu itu dalam waktu singkat?"

"Maka dari itu aku men-download lagu itu. Aku ingin kau menyanyikan lagu itu untuk anakmu setiap hari! Ingat Nic ini kemauan anakmu. Kalau kau tak mau anakmu ileran turuti saja kemauannya. Oke?" Retta bangkit dari duduknya. Lalu mencondongkan tubuhnya untuk mengecup kening Nic. "Semangat daddy... baby selalu mendoakan agar daddy berhasil merebut hati oma." Retta melengkungkan sudut bibirnya.

Nic mengerjapkan matanya berulang kali untuk memastikan bila ia sedang tidak bermimpi. Sejak kapan Retta menjadi manis seperti ini?

"Sudah jangan banyak bengong! Cepat hapalkan liriknya! Kalau sampai tiga hari kedepan kau tak bisa menghapal jangan harap tidur diranjangku ya?!" Ancam Retta seperti biasanya. Ia lalu pergi kedapur untuk menyiapkan makan malam.

"Baru juga dipuji manis sudah muncul lagi taringnya!" Rutuk Nic.

***

"Kau lagi menghapalkan apa Nic?" Tanya Daniel ketika ikut bergabung dengan Nic duduk ditaman kampus. Bukan hanya dirinya tapi ada Brian, Ares dan juga Diana disana.

"Bukannya ujian masih lama ya?" Diana angkat bicara.

Ares melepaskan dengan paksa Headphone Nic karena pria itu tak kunjung menyadari kehadiran mereka. "Kita lagi ngomong sama kau bego!" Geram Ares.

"Kalian kenapa sih gangguin? Nggak ada kegiatan lain?" Sahut Nic dengan ekspresi kesalnya. Ia kemudian memasang kembali headphone-nya lalu kembali menggumamkan lirik lagu yang tersimpan diponselnya.

"Pinjam bentar!" Brian kembali mengambil headphone milik Nic. Ia memasangkan headphone itu ditelinganya. Sejenak Brian menganalisa alunan musik itu. Kemudian ia menatap bingung pada Daniel, Ares, Diana dan juga Nic. "Ini lagu apa sih? Bahasanya asing musiknya.... baru pertama kali aku mendengarnya." Komentar Brian seraya mengembalikan headphone Nic.

Nic menghela napas panjang lelah. Ia menyenderkan kepalanya pada bahu Ares yang duduk tepat disampingnya. "Bantuin aku." Mohon Nic dengan ekspresi memelasnya.

"Nyonya Janson ngidam apa lagi kali ini? Gudeg? Rujak? Mie ayam mangkok jago? Atau semur jengkol?" Sinis Daniel. Karena terlalu sering dimintain tolong sama Nic, ia jadi hapal menu makanan Indonesia. Negara asal Retta.

"Kali ini bukan makanan."

"Lalu?" Diana yang prihatin melihat ekspresi tertekan diwajah Nic mengusap lengan pria itu guna menyalurkan ketenangan.

Forever We [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang