21. Diam

20.2K 1.1K 61
                                    

Retta terpaku ditempat melihat apa yang ada dihadapannya. Didepannya kini ada Nic. Menatapnya dengan pandangan tajam menusuk menelanjangi Retta.

Ia menghela napas sejenak kemudian meletakkan ikatan besar bunga tulip itu ketempat seharusnya. Retta menepuk-nepuk telapak tangannya guna menyingkirkan debu yang menempel. Pandangannya kemudian teralih pada dua sosok manusia yang berdiri didepannya. Tak mau kalah dengan sikap Nic yang mengintimidasi dirinya Retta bertolak pinggang, menantang. Bola matanya ia lebarkan sebisa mungkin. Menambah kesan garang pada wajahnya. Ia ingin mengintimidasi Nic yang ketahuan jalan bersama wanita lain tanpa seijin darinya.

Retta dan Nic saling beradu pandang. Dalam diam, hanya sorot mata mereka yang saling berbicara.

"Nic... bisakah kita pergi sekarang?" Suara wanita yang berdiri tepat disamping memecah kebisuan diantar mereka.

"Ayo!" Sahut Nic kemudian berbalik arah meninggalkan Retta yang mematung disana.

Retta meremas kuat ujung dress yang ia kenakan. Tanpa ia sadari air mata luruh begitu saja selepas kepergian Nic.

"Apa ini akhir dari semuanya Nic?"

***

Setelah dirinya yang ketahuan berada di toko bunga Mrs. Anthony oleh Nic, Retta memutuskan untuk pulang. Berharap disana ia menemukan Nic yang menunggu kedatangannya. Mengharap Nic akan menjelaskan tentang siapa wanita tadi. Retta baru pertama melihat wanita itu, dan ia yakin wanita itu bukan teman kuliah Nic. Mungkinkah itu teman kerja Nic? Ataukah mantan kencan satu malam Nic?

Retta kembali menelan kekecewaan ketika mendapati rumahnya sepi tanpa penghuni. Orang yang ia harapkan kehadirannya tak ada disana. Nic belum pulang. Mungkin sedang sibuk berkencan dengan teman wanitanya. Retta meringis kesakitan ketika membayangkan kemungkinan buruk itu.

Tak mau tenggelam dalam pemikiran buruk yang justru akan membuat dirinya semakin tersakiti. Retta mengambil ponselnya. Menghubungi orang yang akan memberi informasi apapun yang Retta butuhkan.

Pada dering ketiga panggilannya terjawab, "hallo."

"Daniel?"

"Maaf anda salah sambung." Diseberang sana Daniel ingin segera mematikan panggilan tersebut namun Retta buru-buru berteriak seperti orang kesetanan. Daniel bahkan harus meletakkan ponsel itu dimeja karena suara yang terdengar akan merusak gendang telinganya bila masih menempel ditelinganya.

"DANIEL VERNANDO HOLLAND! BERANI KAU TUTUP TELPON INI VIDEO MU AKAN KU UNGGAH KE SOSIAL MEDIA DAN AKU JAMIN SETELAH ITU KAU AKAN MATI KARENA MALU!"

Daniel segera meraih kembali ponselnya. "Ampuni hamba ratu. Titah yang diberikan ratu akan saya laksanakan." Kata Daniel bak seorang prajurit kerajaan. Retta tertawa terbahak dari seberang sana.

"Bagus! Datanglah ke kediaman ratu sekarang! Ada hal yang ingin saya sampaikan. Sepuluh menit dari sekarang kau harus tiba kalau tidak ingin video itu beredar!" Setelah itu Retta langsung memutuskan panggilan.

***

Begitu Daniel tiba dirumah Retta bukan sambutan hangat yang ia terima. Ia justru mendapatkan tatapan tajam mengintimidasi dari istri sahabatnya itu.

"Tuhan jika ini memang akhir hidupku maafkanlah segala kesalahanku." Doa Daniel ketika bertatap muka dengan Retta.

"Bersiaplah menemui ajalmu kalau kau berani berbohong padaku!" Ancaman Retta membuat nyali Daniel semakin menciut.

Aku pikir dia itu gadis cupu yang bisanya cuma baca buku dan belajar. Nggak taunya bisa sadis kayak gini! Wajahnya saja imut tapi kelakuan seperti macan! Aarrgghhh!" Batin Daniel mencaci Retta.

Forever We [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang