29. Dari Nic Untuk Retta

28.2K 1.2K 72
                                    

Seminggu sejak kepulangan mereka dari rumah sakit Nic kembali disibukkan dengan urusannya. Urusan apa Retta tak tau karena Nic tak pernah menceritakan. Diam menjadi pilihan Nic ketika Retta bertanya tentang aktifitasnya.

Gemas dengan kebisuan Nic, Retta memutuskan untuk mengikuti permainan Nic. Ia ikut diam. Bahkan ketika ia akan pergi ia tak perlu repot meminta ijin.

"Kau mau kemana?" Begitu tanya Nic ketika Retta sudah bersiap untuk pergi.

"Bukan urusanmu!" Sengit Retta.

Nic diam menganalisa. Retta yang ketusnya kebangetan berarti menandakan siaga satu bagi dirinya. Istrinya itu sedang ngambek. Kalau begini ia harus lebih sabar lagi menghadapi istrinya.

"Aku antar?"

"Aku masih sanggup pergi sendiri."

Haduh... Istrinya yang seksi ini sepertinya lupa dengan kondisinya yang sekarang. Untuk berjalan saja dia sudah kesusahan, apa iya yakin ingin pergi sendirian? Bagaimana bila tiba-tiba dia mengalami kontraksi palsu dan tiada yang menolong? Huh! Wanita dan gengsinya sungguh menyebalkan! Rutuk Nic dalam hati.

"Tapi aku mau menemani." Keukeuh Nic.

"Bukankah kau sedang teramat sangat sibuk NICOLAS? Diajak pergi membeli perlengkapan bayi pun kau tak sanggup! Ouh... Betapa sibuknya suamiku ini hingga melupakan anak yang katanya paling dicintainya."

Nic meringis. Menggosok tengkuknya yang sama sekali tak gatal. Ia sedang salah tingkah. Ia merasa bersalah karena telah menolak ajakan itu entah untuk keberapa kalinya. Bukan maksud hati tak ingin menyiapkan perlengkapan buah hati tercintanya. Hanya saja... Ah sudahlah! Kalau dibicarakan sekarang bakal gagal rencana Nic nanti.

"Ya udah aku minta tolong Diana untuk menemanimu ya?" Retta mendelik. Tak percaya pada perkataan Nic. Lelaki ini sungguh menyebalkan! Retta menghentakkan kakinya ke lantai dengan sebal lalu pergi meninggalkan Nic begitu saja. Ingatkan dia untuk pulang nanti. Karena pergi dalam keadaan marah sering kali membuat Retta malas untuk kembali pulang.

***

"Kita mau ngapain sih disini?" Diana yang mengikuti langkah Retta memilih baju anak-anak bertanya dengan tampang polosnya.

Retta memutar bola matanya. Sepertinya otak Diana telah terkontaminasi oleh kebodohan Ares. Padahal selama ini ia lebih dekat dengan Daniel. Retta tak menjawab. Ia fokus memilih baju-baju lucu yang akan ia kenakan untuk anaknya nanti.

"Nggak usah beli yang kayak begini. Dirumahmu juga udah banyak Ta."

Retta langsung menoleh pada Diana. Memberikan tatapan penuh tanya pada sahabatnya itu. Menyadari dirinya salah bicara Diana langsung mengalihkan topik pembicaraan. "Bagaimana bila kita ke salon aja?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan Diana."

"Siapa yang mengalihkan?" Kelak Diana.

"Tadi kau bilang sudah banyak perlengkapan bayi dirumahku darimana kau tau? Padahal Nic tak pernah mengajakku belanja ataupun membelikan aku perlengkapan bayi. Kenapa kau bisa bicara seperti itu Diana?" Retta mengintimidasi dengan mata beloknya.

"Engh...emm... Memangnya Nic tidak pernah mengajakmu belanja?" Kikuk Diana berkata. Sungguh ini pertama kalinya dia merasa terintimidasi. Apalagi oleh Retta.

"Dia lupa mau punya anak!" Sarkas Retta lalu pergi meninggalkan Diana.

Diana geleng kepala melihat sikap Retta. Dia sudah membuat mood ibu hamil itu hancur berantakan.

***

"Kau yakin disini tempatnya?"

"Iya. Ayo masuk!" Diana mengapit lengan Retta, membantu ibu hamil itu menapaki tiap anak tangga yang tertutupi karpet merah.

Forever We [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang