"Hidup itu emang keras. Setiap tujuan yang akan kita raih, pastinya melewati kenyataan pahit terlebih dahulu,"
~ Alif ~
️⭐️⭐️⭐️
Keesokan harinya, mereka datang kembali lebih awal, yaitu jam dua siang. Latihan kali ini, Alif memberikan strategi dan taktik dalam bertanding. Tak lupa, dia juga memberikan kata-kata motivasi dan penyemangat bagi timnya.
Risha dan Edwan sendiri berteduh di salah satu pohon yang rindang untuk menyelesaikan laporan mereka.
"Oke, semua sudah siap? Mari kita bertanding!" seru Alif.
Permainan pun dimulai, tim A dan tim B berusaha mencetak skor sebanyak-banyaknya. Pada akhirnya, permainan berakhir dan dimenangkan oleh tim B.
"Kalian hebat! Pertahankan terus kekompakan ini, sekarang kita istirahat sekalian nunggu coach," ucap Alif.
Alif, Genta, dan Kevin berlari menghampiri Risha dan Edwan. Sedangkan yang lain ada yang membeli minum, tetap bermain basket, bahkan tiduran telentang di lapangan.
"Dari kemarin belum kelar tugasnya? Hadehh...," ucap Kevin.
"Sebenernya mereka udah selesai, tapi katanya ada perubahan dalam pembuatan laporan. Jadinya, ngulangin lagi dari awal," sahut Alif sambil mengusap keringatnya.
"Makin akrab aja nih adek kakak," ejek Genta terkekeh kecil.
"Dih... Kak Genta nih apa-apaan... Oh ya, kita berdua besok udah balik, Bang. Biar ada waktu seharian istirahat di rumah," ucap Risha.
"Secepat itu kah? Si Alif menjones lagi dong di kosan," ejek Kevin.
"Kayak lu nggak aje, tong...," sahut Genta tertawa.
"Hm... Gitu ya? Ya udah, besok gue anter kalian ke bandara," ucap Alif dengan nada yang terdengar sedih.
"Nggak usah, Bang. Kita bisa naik taksi ke sana, lagian kan... Bang Alif juga harus latihan. Btw, kita juga belum pasti bisa dateng apa nggak waktu pertandingan," jawab Edwan.
"Oh...," jawab mereka bertiga bersamaan. Tetapi, Alif terlihat lebih murung.
"Oy!! Coach dateng!!" teriak salah satu dari mereka.
Dengan cekatan, semuanya kembali berbaris rapi di tengah lapangan, menunggu kehadiran para coach mereka.
Rivano, Angel, dan Nanda pun tiba dan berdiri di hadapan mereka. "Hari ini gue nggak mau tau, kalian harus ada perubahan dan lebih baik dari kemarin. Kalo masih sama aja... Akan ada konsekuensinya," ucap Angel tegas.
"Siap, Coach!" jawab mereka serentak.
"Sekarang lari mengelilingi lapangan dua kali, lalu melakukan peregangan, setelah itu berkumpul bersama coach kalian dan mulai berlatih!" suruh Rivano.
Dengan sigap, mereka mematuhi aturan Rivano. Mereka mulai berlari mengelilingi lapangan dan melakukan peregangan, setelah itu mereka berkumpul sesuai timnya masing-masing.
Tim A yang dipimpin oleh Rivano berlatih seperti biasanya. Sedangkan tim B yang dipimpin oleh Angel dan Nanda, diberikan pembelajaran yang lebih mendalam.
Prittt!!! Peluit ditiup oleh Nanda. Itu berarti semua tim harus kembali berkumpul di tengah lapangan untuk bertanding.
Sebelum permainan akan dimulai, Risha dan Edwan berdiri menghampiri coach. "No, gue sama Risha pamit pulang duluan yak. Mau beres-beres, besok gue balik," pamit Edwan sambil menyalami para coach itu satu per satu, begitu juga dengan Risha.
Setelah selesai menyalami, Risha dan Edwan pun pulang untuk berkemas-kemas. Tak lupa, Risha memberikan semangat untuk kakaknya.
"Oke. Sekarang permainan kedua akan dimulai, tetapi sebelum itu kalian harus menutup mata. Sekarang!" suruh Rivano.
Mereka pun menutup mata. Sedangkan Rivano, Angel, dan Nanda berdiskusi untuk mengacak setiap anggota tim membentuk tim baru, dan pastinya itu akan membuat koordinasi yang baru juga.
"Tim Kak Angel siapa yang bagus?" tanya Rivano.
"Hm... Sejauh ini sih, gue lihat... Si Fikri bagus mainnya," jawab Angel.
"Iya tuh, taktiknya sulit ditebak," tambah Nanda.
"Oke. Kalo gitu... tim A anggotanya Alif, Kevin, Genta, Fikri, dan Diwan. Tim B anggotanya Abi, Wisnu, Arkan, Adera, dan Rudi. Setuju?" tanya Rivano.
Angel dan Nanda pun menganggukkan kepala setuju. Mereka bertiga lalu mulai memindahkan setiap anggota yang masuk tim A dan tim B.
Setelah selesai, Rivano menyuruh mereka membuka mata mereka. "Sekarang, kalian bertanding. Gue kasih waktu satu menit untuk mengkoordinasi setiap timnya, silahkan!" ucap Rivano tegas.
Alif terlihat kebingungan untuk mengkoordinasi timnya. Pasalnya dia belum mengetahui permainan Fikri dan Diwan. Tetapi, dia tetap optimis dan mencoba memberikan yang terbaik untuk timnya.
Satu menit pun berlalu, Rivano kembali meniup peluitnya. Setiap tim bersiap-siap untuk bertanding. "Tim A siap? Tim B siap? Satu... Dua... Pritt!!!" ucap Nanda.
Pertandingan dimulai.
Tim A terlihat berantakan, sedangkan tim B bermain dengan kompak. Hingga tim A ketinggalan skor. Hal ini membuat Alif tidak bisa memahami permainan Fikri dan Diwan.
Pritt!!! Pertandingan berakhir.
"Mari kita evaluasi permainan kalian," ucap Angel yang terdengar sadis.
"Gue mengucapkan terima kasih kepada tim B dan merasa kagum terhadap kalian, terutama untuk Wisnu sebagai kapten. Tetapi, gue sangat kecewa sama tim A. Permainan kalian busuk!" ucap Rivano sedikit membentak.
"Kalian egois! Tidak ada kata kerja sama dalam tim kalian! Apa kalian mau UGM akan tercemar dengan permainan busuk kalian?!" bentak Angel.
"Kalian adalah tim inti. Seharusnya kalian bisa lebih baik dari tim cadangan. Tetapi, ini malah sebaliknya!" tambah Nanda.
Semua anggota baik tim A maupun tim B hanya bisa menundukkan kepala. Mereka merasa sangat bersalah terhadap permainan kali ini.
"Orang yang ada di hadapan kalian, merasa permainan kalian semakin busuk! Seharusnya kalian sudah memahami satu sama lain. Baik itu tim inti maupun tim cadangan, kalian harus mengenal satu sama lain. Untuk konsekuensinya, satu set push up, satu set sit up, satu set pull up!" ucap Rivano tegas.
"Latihan hari ini cukup. Kita nggak mau besok melihat permainan busuk kalian lagi," ucap Angel lalu pergi diikuti oleh Rivano dan Nanda.
Alif pun menghela nafasnya. Ia merasa sangat bersalah terhadap timnya dan juga teman-temannya. "Maaf, guys... Gue belum bisa kasih yang terbaik buat kalian," ucap Alif sedih.
"Udahlah, Lif... Kita di sini satu keluarga. Kita mengenal korsa, dimana satu merasakan sakit, yang lainnya juga merasakan sakit," hibur Kevin.
"Iyap. Kita masih punya banyak kesempatan untuk memperbaiki permainan kita dan mengenal satu sama lain," sahut Genta.
Alif pun menganggukkan kepala tak bersemangat. Dia masih kepikiran dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Rivano dan Angel. Dengan sisa tenaga yang dimiliki, mereka pun melaksanakan konsekuensi mereka.
⭐️⭐️⭐️
Si Rivano sama Angel galak banget yak... 😂. Kira-kira ada yang penasaran sama kelanjutannya nggak nih?? Kalo ada angkat tangannya, sekalian voment 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Basket [TAMAT]
Teen FictionDimas Alif, seorang kapten basket di Universitas Gadjah Mada. Sikapnya yang ramah dan aktif berorganisasi membuatnya hampir dikenal oleh seluruh mahasiswa UGM. Namun itu dulu, sebelum suatu kejadian buruk menimpanya. Mampukah Alif mempertahankan gel...