"Ternyata memang benar! Roda kehidupan itu selalu berputar. Kita tak boleh sedih jika di bawah dan tak boleh sombong jika di atas,"
~ Alif ~
⭐️⭐️⭐️
Tepat tanggal 01 April, kelas 12 sudah mulai melaksanakan Ujian Nasional. Risha dan Edwan sendiri sudah sepakat, seminggu sebelum UN hingga UN berakhir, mereka tidak akan berkomunikasi terlebih dahulu dan fokus UN.
Gue akan buktikan bahwa gue mampu jadi yang terbaik, gue harus bisa mengikuti jejak Bang Alif masuk UGM, batin Risha.
Hari pertama Ujian Nasional telah berhasil Risha taklukan, begitu juga seterusnya hingga hari terakhir tiba.
Kringg... Kringg... Kringg...
"Waktu mengerjakan soal telah habis, peserta ujian dipersilahkan meninggalkan ruangan."
Semua kelas 12 di seluruh penjuru Indonesia bersorak gembira, Ujian Nasional telah mereka lalui. Sekarang, hanya ada pikiran untuk berlibur.
Risha dan Edwan sendiri sudah jauh-jauh hari memesan tiket pesawat untuk ke Depok. Jadi, setelah mereka selesai ujian, mereka segera berkemas-kemas dan langsung berangkat ke bandara. Sedangkan Rivano, dia sudah berangkat sejak bel pulang berbunyi. Jadi, saat ini Rivano sudah tiba di Yogyakarta.
Di Yogyakarta, Alif dan teman-temannya semakin giat berlatih. Karena hari ini adalah hari terakhir mereka berlatih.
"Semuanya berkumpul!" teriak Angel. Alif dan timnya segera berlari di hadapan Angel, Nanda, dan Rivano.
"Terima kasih untuk kalian semua, sudah berlatih dan berusaha sejauh ini. Gue berharap kalian bisa menaklukan semua lawan kalian besok," ucap Rivano bangga.
"Kemampuan kalian sudah sama rata, itu sebabnya kita tidak menyebutnya dengan tim inti dan tim cadangan. Agar kalian merasa kemampuan kalian itu sama," lanjut Angel.
"Dan sekarang saatnya duel terakhir. Coach Rivano dan Angel akan melawan kalian sama seperti kalian melawan Angel sendiri. Pembagiannya sama seperti dulu, gue kasih kalian kertas secara acak," ucap Nanda.
Nanda pun segera membagikan kertas secara acak, mereka yang sudah mengetahui timnya segera berkumpul.
Tim pertama adalah Fikri dan Diwan melawan Rivano dan Angel. Nanda kembali sebagai wasit.
Pritt!!! Peluit ditiup, pertandingan sudah dimulai. Tak sampai lima menit, tim pertama sudah berhasil dikalahkan, begitu juga dengan tim lainnya.
Kejadian yang sama seperti dulu. Kali ini tersisa Alif dan Adera. Sekarang Alif lebih siap dari sebelumnya.
Hanya ada satu cara ketika kita jatuh, yaitu ke atas, batin Alif.
Prittt!!! Nanda kembali membunyikan peluitnya, permainan berlangsung sengit.
Angel dan Rivano memang sudah menyusun rencana. Mereka sengaja membiarkan timnya tertinggal dua skor, setelah itu barulah mereka menyerang.
Alif yang dari awal sudah mengetahui taktik Rivano dan Angel, memberi kode kepada Adera untuk menjalankan taktik cadangan.
"Sekarang!" gumam Alif tak bersuara.
Adera paham. Saat dia mendekati ring, dia dikepung oleh Rivano dan Angel. Alif pun berpura-pura berada di posisi yang tidak memungkinkan untuk menerima bola. Adera sendiri juga berpura-pura kebingungan.
Adera semakin terpojok, dia hampir tidak bisa berkutik lagi. Akhirnya, dia menjalankan taktiknya yaitu berpura-pura melempar ke atas tetapi lemparannya ke bawah.
Alif sendiri segera ganti posisi mengambil operan Adera dari bawah dan langsung menembakkannya ke ring basket.
Bola itu sempat berputar-putar di ring sebelum pada akhirnya bola itu masuk. Prittt!!!! "Permainan selesai! Pertandingan dimenangkan oleh Alif dan Adera!" teriak Nanda.
"Yeyy!!!!" teriak mereka berdua.
Timnya pun segera bergerombol mengerubungi mereka, bersorak gembira merayakan kemenangan. "Kita menang!!!" teriak mereka bersamaan.
Rivano dan Angel tidak percaya dengan permainan mereka, darimana mereka bisa membaca taktik Rivano dan Angel yang sudah disusun sedemikian rupa.
Para coach pun mendatangi mereka, seketika mereka segera berbaris dan hening. "Ba-bagaimana bisa?" gumam Angel.
"Ya. Bagaimana kalian bisa mengetahui taktik kita? Bahkan kita tidak pernah mengajarkan taktik kita?" tanya Rivano heran.
Alif dan Adera pun maju menjawab pertanyaan Rivano. "Walaupun gue di sini sebagai senior, tapi semua ini berasal dari Alif sendiri," jawab Adera.
Rivano dan yang lainnya menatap Alif dengan penuh rasa penasaran.
"Bukankah coach sendiri yang bilang, roda kehidupan itu selalu berputar, nggak mungkin kita berada di bawah terus atau di atas terus. Coach juga bilang, kita harus mampu menganalisa lawan kita. Karena hasil tidak akan menghianati kerja kerasnya," jawab Alif.
Prok!! Prok!! Prok!!! Tepuk tangan kembali bergemuruh setelah mendengar penjelasan dari Alif.
Rivano dan Angel sendiri masih tidak percaya dengan permainan kali ini. Mereka dikalahkan tiga kosong oleh Alif dan Adera.
"Baiklah... Untuk latihan hari ini cukup. Gue ucapkan selamat untuk Alif dan Adera yang berhasil mengalahkan kita secara telak," ucap Angel.
"Ya. Dan sekarang adalah pembagian tim inti dan tim cadangan. Gue, Angel, dan Nanda udah memutuskan yang terbaik. Untuk yang menjadi tim cadangan jangan minder, kita di sini sudah berusaha semampu kita," ucap Rivano.
Nanda pun maju membawa secarik kertas berisi pembagian tim inti dan tim cadangan.
"Dari analisa yang sudah kita lakukan, kita memilih Genta, Kevin, Adera, dan Fikri untuk menemani Alif sebagai tim inti," ucap Nanda tersenyum.
Semua anggota pun setuju bahwa mereka yang terpilih sebagai tim inti. Alif maju dan berkata, "Terima kasih, Coach! Kalian sudah mau mengajari kami menjadi yang terbaik. Kami akan berusaha merubah sejarah untuk memenangkan lomba kali ini. Kami akan tunjukkan yang terbaik."
"Panggil saja kita nama biasa, latihan sudah berakhir," ucap Rivano tersenyum.
Rivano, Angel, dan Nanda pun membubarkan tim basket untuk mempersiapkan lomba besok. Mereka bertiga pun keluar dari kampus dengan penyamaran mereka untuk bisa kembali ke basecamp.
Tim basket UGM pun segera pulang ke rumah maupun kosan masing-masing untuk bersiap-siap berangkat ke Depok besok jam tiga pagi.
Karena lomba kali ini diadakan di Universitas Indonesia, jadi jika mereka berangkat jam tiga pagi, masih ada sisa waktu dua jam untuk beristirahat sebelum berlomba.
Rivano, Angel, dan Nanda sendiri sudah memesankan kamar hotel untuk mereka dan tim basket UGM singgahi selama berlomba di sana.
⭐️⭐️⭐️
Bagian 28 diprivasi, jangan lupa follow dulu sebelum baca
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Basket [TAMAT]
Fiksi RemajaDimas Alif, seorang kapten basket di Universitas Gadjah Mada. Sikapnya yang ramah dan aktif berorganisasi membuatnya hampir dikenal oleh seluruh mahasiswa UGM. Namun itu dulu, sebelum suatu kejadian buruk menimpanya. Mampukah Alif mempertahankan gel...