Bagian 24

2K 120 17
                                    

"Lo bisa hina gue sepuasnya, tapi ingat! Tunggu aja tanggal mainnya,"

~ Alif ~

⭐️⭐️⭐️




"Lombanya tepat tanggal ini, tapi bulan depan," ucap Rivano tersenyum.

"Hah?!" ucap Alif spontan. Begitu juga dengan anggota lainnya.

"Kenapa?" tanya Nanda bingung.

"Kita harus latihan sekarang!" sahut Genta.

"Hari ini kita hanya pembelajaran saja. Kita mempelajari permainan dasar," ucap Angel menenangkan yang lain.

Kevin pun berdiri dan berkata, "Tapi, Coach... Tahun demi tahun, satu bulan sebelum lomba kita selalu full latihan."

"Oleh karena itu gue mengubah agenda jadwal kalian," sahut Rivano lalu tersenyum simpul.

"Bukannya menolak, No... Tapi Adera, Wisnu, Abi, sama Fikri itu senior. Mereka udah lebih dulu ada sebelum kita-kita, mereka lebih tau banyak hal," ucap Alif menengahi.

"Rivano lebih banyak pengalaman," sanggah Nanda.

"Udahlah, kita ikuti saja permainan Rivano," ucap Adera.

Rivano, Angel, dan Nanda tersenyum penuh kemenangan mendengar opini dari Adera. Mereka merasa diuntungkan karena ada pihak yang menyetujui mereka.

Akhirnya, setiap anggota tim basket melakukan setiap arahan yang diberikan Rivano dan coach lainnya.

Tetapi khusus untuk Alif, dia diprivat oleh Rivano sendiri. Rivano ingin Alif bisa jadi yang terbaik melalui usaha kerasnya.

"Pertama, kosongkan pikiran. Fokus pada permainan," ucap Rivano.

Alif pun mencoba fokus pada bola basket yang sekarang ia pegang. "Buang jauh-jauh pikiran yang menghambat pergerakan lo. Bayangkan saja, lo itu pemain internasional," lanjut Rivano.

Kali ini, Alif berusaha tenang untuk menguasai dirinya. Menghirup udara dalam-dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan. "Sekarang lawan!" ucap Alif.

Dengan sigap, Rivano berhasil merebut bola yang sedang dipegang oleh Alif. Mereka bertanding satu lawan satu. Alif sempat kewalahan mengahadapi Rivano.

Namun, dia tidak putus asa.

Semangatnya membara. Ia teringat setiap pesan yang disampaikan oleh adik kesayangannya. Dari situlah, semangat Alif muncul.

Di akhir pertandingan, tetap saja Alif kalah dari Rivano. Tetapi setidaknya, skornya tidak berbanding jauh yaitu 20 : 15.

"Kenapa latihan lo nggak maksimal?" tanya Rivano penasaran.

"Nggak maksimal dari mana? Dari tadi gue udah fokus kok," jawab Alif.

"Nggak usah ditutupin. Gue bisa merasakan latihan kali ini berbeda dari latihan sebelumnya," ucap Rivano.

Alif pun terdiam. Dia sebenarnya ingin bercerita, namun dia bingung harus memulai dari mana. Dia juga berpikir, apakah dengan bercerita dengan coach-nya akan memberikan sebuah solusi.

"Angel! Nanda! Gue izin sama Alif mau pergi bentar! Latihan selesai 30 menit lagi, nggak usah nungguin gue balik!" teriak Rivano kepada mereka.

Rivano pun menarik Alif dari lapangan basket keluar dari kampus. Dia ingin berbicara serius dengan Alif. "Sekarang cerita!" suruh Rivano.

Alif menghela nafasnya lalu mulai bercerita. "Gue kangen adek gue," ucapnya.

"Oh... Jadi ini penyebab lo nggak fokus tadi," ucap Rivano paham. Pasalnya dia juga diberi pesan singkat dari Risha untuk selalu memberikan Alif semangat dan motivasi.

"Ya--"

"Ini toh... Si kapten basket dari UGM? Cih! Kayak gini kapten basket? Mendingan gue dimana-mana," potong Akmal menyombongkan diri saat bertemu mereka.

"Lo siapa?" tanya Alif bingung. Ditambah lagi ada Eva di samping Akmal.

"Dia pacar gue, kapten basket dari UI," sahut Eva.

Oh... Jadi ini yang dimaksud sama Kevin. Ternyata bener juga yang diomongin si dia, batin Alif.

"Lebih baik lo sama tim lo yang busuk itu mengundurkan diri deh, dari event itu. Soalnya kalian nggak bakalan bisa ngalahin tim gue," ucap Akmal merendahkan.

"Sebusuk apapun gue dan tim gue, liat aja nanti di perlombaan," balas Alif.

"Btw, sebelah lo pelatih tim basket UGM? Hahaha!!! Pungut dimana lo? Gue yakin, pacar gue bakalan ngalahin lo!" sindir Eva.

"Di--"

"Maaf, Kak. Saya Rivano teman dari adiknya Kak Alif. Saya di sini hanya mengerjakan tugas laporan dari guru saya sebagai bahan ujian sekolah. Jadi, tidak ada sangkutannya dengan pelatih basket UGM. Sekian," potong Rivano berlalu diikuti Alif.

Akmal dan Eva menatap mereka dengan tatapan penuh kebencian. "Tunggu aja di pertandingan! Gue bakal kalahin lo!" teriak Akmal.

Rivano dan Alif pun menuju ke suatu tempat. Semacam bekas lapangan basket. "Untung lo pinter ngibul," puji Alif.

"Karena gue nggak mau identitas gue terbongkar. Selama gue main basket, gue selalu pake nama samaran," ucap Rivano.

Rivano berjalan ke salah satu ring basket dan mengetuk tiang itu beberapa kali menggunakan batu. "Lo ngapain?" tanya Alif penasaran.

Tetapi, Rivano tak menggubris pertanyaan Alif. Ia terus saja mengetuknya beberapa kali. Tak lama kemudian, lapangan basket itu terbelah menjadi dua.

Rupanya, tempat tersebut merupakan markas Rivano dan para coachnya berlatih. Tersembunyi di bawah tanah. "Wow!" gumam Alif.

"Ini adalah tempat dimana para bibit unggul dilatih. Mereka dilatih melalui fisik dan mental. Mereka juga diberikan simulasi pertandingan yang awalnya mudah, tetapi lama-kelamaan berubah sulit." Rivano berjalan mendahului Alif.

Alif berlari lalu berhenti tepat di depan Rivano, menghentikan langkahnya. "Tolong, ajari gue... Gue pengen jadi kapten yang terbaik," pinta Alif.

"Atas dasar apa lo pengen jadi kapten yang terbaik?" tanya Rivano tersenyum miring.

"Ya gue pengen jadi kapten yang terbaik. Gue pengen bahagiain keluarga gue, gue juga pengen membalas perbuatan Akmal tadi. Gue pengen nunjukin kalo roda kehidupan itu selalu berputar," jawab Alif yakin.

"Karena itu gue bawa lo ke sini," ucap Rivano kembali mendahului Alif.

Rivano pun mengajarkan cara menjadi kapten basket yang terbaik. Mulai dari teknik dasar hingga teknik yang paling sulit.

Duk!

Tanpa disengaja, Alif menabrak meja yang ada di sampingnya. Beberapa VCD pun jatuh. Alif memungutnya. "Ini VCD apa?" tanya Alif.

"Ambil aja kalo mau. Sekarang udah sore, lebih baik kita pulang," jawab Rivano.

Alif mengangguk, walaupun sebenarnya dia masih penasaran VCD apakah itu. Mereka berdua pun keluar dari basecamp dan Alif pulang ke kosannya.

Tiba di kosan, Alif buru-buru menyalakan VCD yang tadi ia terima dari Rivano. Dia benar-benar penasaran dengan video tersebut. "Ini kan...."






⭐️⭐️⭐️

Next?? Detik-detik nih readerss... 😆

Kapten Basket [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang