Why? - BTS Min Yoongi FF [2] [✔️]

31 - Serangan

Aku meletakkan ponsel Yoongi, sedikit bergidik membaca kalimat-kalimat manis mantan pacarnya.

"Aku tidak percaya kamu pernah jatuh cinta dengan perempuan seperti ini, kalau aku tidak salah baca, intinya dia mau kalian balikan. Bagaimana?"

"Tentu saja aku tidak mau."

"Bukannya kamu suka dia?"

"Ck, makanya aku bilang kamu tidak tahu apa yang aku pikirkan, kan."

"Saat aku putus dengannya karena dia selingkuh dengan sahabatku, aku sudah tidak memikirkannya lagi. Dia terobsesi padaku, dia pikir aku tidak pacaran selama ini karena aku masih menyukainya. Dia kembali menghubungiku karena melihat postingan IG Taehyung. Aku ingin menemuinya, bukan karena aku menyukainya, aku malah ingin menegaskan padanya bahwa aku tidak menyukainya dan ingin dia berhenti mengirimiku pesan seperti ini. Kamu tahu kan, aku diajarkan untuk bersikap sopan dengan perempuan."

Aku takjub, bukan karena isi penjelasan Yoongi, tapi karena ini adalah kalimat paling panjang yang pernah dia sampaikan dengan satu tarikan nafas.

"Aku yakin kamu pasti berbakat jadi rapper."

"Sekarang sudah jelas, kan. Aku bahkan tidak pernah lagi membalas pesannya."

"Tunggu, kurang satu, postingan apa yang membuat dia menghubungimu?"

Yoongi meneguk ludah. "Kamu jangan marah, ya. ini ulah Taehyung bahkan aku dan Jimin sudah mencekiknya."

Aku mengerutkan dahi. "Aku bahkan belum tahu apa, kenapa aku tidak boleh marah?"

Yoongi meneguk ludah.

"Taehyung menguplod foto kamu dan sahabatmu dengan caption 'Incaran ketua dan wakil ketua tim basket DOPE Highschool'. Pagar jangan menikung. Pagar menikung itu dosa." Ucap Yoongi hati-hati.

Aku tertawa pelan, jadi ini maksud idolaku itu...

Sebuah akal melintas diotakku. Aku tersenyum jahat. "Aku tidak tahu cara menghentikan mantanmu itu, tapi aku tahu cara membuatnya kesal."

"Tunggu, kamu tidak marah dengan cerita postingan itu."

Aku mengibaskan tangan. "Aku akan mencekik Taehyung nanti, yang perlu kamu lakukan adalah Repost postingan IGku,  ya."

Yoongi mengerjab bingung kemudian menganggukkan kepala, setuju dengan permintaanku, demi kenyamanannya juga, kan.

....