"Kelas IPS 1 lagi tanding futsal sama kelas Bahasa 2, anjir. Pasti Robby ikutan main!"
Seruan heboh pada jam istirahat dari teman sekelasku yang bernama Meri membuat segerombolan perempuan yang sedang berkumpul di salah satu meja kantin menjerit antusias hingga membuat kantin yang ramai menjadi bertambah gaduh. Tidak hanya itu, semua siswa yang kebanyakan perempuan juga dibuat heboh dan langsung berbondong-bondong berlarian menuju lapangan.
"Anjir, kita harus nonton!"
"Ayok, buruan. Nanti keburu mulai!"
"Woi, tungguin!"
"Lah anjir, gue kira Robby ada di sini soalnya lagi ada Valena di meja pojok."
Aku memutar kedua bola mataku saat mendengar sayup-sayup seseorang menyebutkan namaku dalam pembicaraan mereka, lalu menyeruput susu cokelat dinginku sampai tersisa setengah. Sedangkan Seva yang duduk di depanku hanya tertawa ketika ia juga mendengar hal itu.
"Biarin aja, Val. Yang penting kan mereka nggak nyinyirin lo kayak biasa."
Aku hanya mendengus sambil mengaduk kuah bakso milikku tanpa minat.
"Bukannya lo udah biasa denger nama lo disebut-sebut kalau ada orang yang lagi bahas Robby? Kok lo masih suka masang muka bete begitu, sih?" Kini Seva bertanya setelah memasukan sepotong bakso ke dalam mulutnya.
"Gue udah capek denger nama gue disebut-sebut mulu kalo mereka lagi ngomongin Robby, Sev."
"Aduh, kalo gue jadi lo sih pasti gue udah seneng banget nama gue disebut-sebut mulu setiap ada orang yang bahas Robby dan bisa jadi cewek yang dia bucinin setengah mampus. Sayangnya aja bukan."
"Kalo lo tau capeknya gue ngadepin Robby kayak gimana, mungkin lo bakal nyesel udah ngomong kayak tadi."
"Lo sih bukan capek ngadepin Robby, tapi capek ngehindar!" Seru Seva.
"Lagian ya, cowok yang menurut lo brengsek itu, bukan berarti nggak bakal serius pas udah bener-bener suka sama cewek. Liat aja Robby, walaupun banyak cewek ngejar-ngejar bahkan godain dia, tetep aja dia tuh sukanya cuma sama lo sampe urat malunya aja kayaknya udah putus!"
Lagi-lagi aku mendengus. Jika Seva sudah berkhotbah tentang Robby seperti ini, aku rasanya seperti tidak memiliki kuasa untuk membalas perkataannya.
"Nih ya, gue kasih tau. Mungkin lo saat ini benci banget sama Robby gara-gara kelakuan konyol dan kebrengsekannya cowok itu yang selalu bikin lo jengah. Tapi suatu saat nanti, kalo dia udah nyerah dan pergi dari hidup lo, pasti lo bakal ngerasain yang namanya kehilangan dan kekosangan dalam diri lo sendiri." Ucap Seva panjang lebar.
"Intinya sih, hargai selagi dia ada sebelum lo nyesel nantinya."
Aku berdecak, enggan mengakui jika apa yang Seva katakan padaku bisa saja benar. Tetapi aku adalah Valena. Si pembenci Robby yang telah membuat hidup dan ketenanganku berantakan.
Meskipun nanti apa yang dikatakan Seva terjadi, aku yakin tidak akan menyesali apapun yang sudah aku lakukan kepada lelaki itu. Bahkan jika Robby memang menyerah terhadap perasaannya dan pergi dari kehidupanku, aku malah akan senang, bukan merasa kehilangan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Late [Completed]
FanficMembenci Robby adalah suatu keharusan. Tetapi saat lelaki itu tiba-tiba menghilang, rasanya kewarasan Valena juga ikut hilang. ∆∆∆ Almost Late ∆∆∆ Haechan x Ryujin Cover dari pinterest