11

1.3K 95 1
                                    

Tiga bulan berlalu dengan cepat dan Robby benar-benar menjauhiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga bulan berlalu dengan cepat dan Robby benar-benar menjauhiku. Bahkan cowok itu menampakkan batang hidungnya di depanku saja sudah tidak pernah. Yah, meskipun beberapa kali kami sempat berpapasan di koridor karena kelasku dan kelas Robby berada di deretan yang sama, tetapi dia tidak pernah menyapa bahkan melirikku. Persis seperti orang yang tidak pernah mengenalku sebelumnya.

Tentu saja hal itu memicu kehebohan di sekolah karena para siswa merasa aneh melihat Robby yang sudah tidak pernah menghampiri kelasku dan menggangguku setiap hari. Bahkan beberapa orang ada yang bertanya langsung kepadaku yang tentu saja selalu aku abaikan. Hingga mereka menyimpulkan sendiri jika Robby sudah menyerah dengan perasaannya padaku dan membuat siswa perempuan yang mengagumi Robby kini secara terang-terangan mendekati cowok itu.

Yah, biarkan saja. Aku sudah bisa menebak jika Robby pasti akan menerima mereka semua dengan syarat mereka harus mau berciuman dengannya. Cih.

Hari ini hari Jumat, hari dimana sekolah memulai jam pelajaran lebih pagi dari biasanya. Dan seperti biasa, lima belas menit sebelum pelajaran dimulai, aku sudah berada di kelasku yang kini sudah mulai ramai. Aku sedang bertopang dagu di atas meja sambil memperhatikan teman-teman sekelasku ketika ada seseorang memasuki kelas dengan kotak bekal berwarna biru tergenggam di tanggannya. Secara refleks aku menegakkan punggung lalu mendengus kecil saat orang itu hanya melewatiku begitu saja menuju kursi belakang.

Menyadari jika itu adalah Doni teman sekelasku, aku kembali melemaskan bahu dan mulai meletakkan kepalaku di atas meja dengan kedua tangan sebagai bantalan. Entahlah, semenjak beberapa bulan ini tidak ada lagi kotak bekal berwarna biru berisi sandwich dan sekaleng susu di pagi hari, membuatku tidak terlalu semangat memulai hari di sekolah. Oh, bukan hanya itu. Tetapi juga sudah tidak pernah ada lagi bunga tulip kuning dan dua batang cokelat yang bersemayam dalam lokerku serta tingkah konyol seseorang yang selalu menggangguku setiap saat, yang sialnya membuatku merasakan kehampaan yang tidak jelas.

Awalnya aku merasa baik-baik saja, bahkan bahagia karena sudah tidak perlu lagi melihat orang itu berada di sekitarku. Tetapi semenjak beberapa hari yang lalu saat aku tidak sengaja menemukan kotak kado berwarna kuning dengan pita biru beserta bunga tulip kuning yang sudah layu dan mengering di pojok kamarku, kebahagiaan itu seakan sirna begitu saja. Apalagi ketika aku membuka kotak kado tersebut dan menemukan boneka beruang lucu berwarna cokelat berpita putih dengan ukuran mungil di dalamnya, membuatku langsung dilanda rasa bersalah dan merasakan kerinduan yang begitu besar.

Tunggu, apa aku baru saja mengakui jika aku merasa bersalah dan merindukannya? Merasa bersalah kepada Robby dan merindukan cowok itu?

Ya ampun, yang benar saja.

Aku baru saja menegakkan punggung setelah mendengus keras-keras untuk menendang perasaan anehku tentang Robby ketika Seva memasuki kelas dan langsung duduk di sebelahku dengan ekspresi horornya.

"Gila, Val. Gue baru dapet informasi kalo Robby ngundurin diri sebagai Ketua Osis kemarin."

***

Almost Late [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang