Bag 1

2.8K 196 18
                                    

Aigo... ff ini betul-betul kado untuk The Bolmae. Have a nice duty in military!

Jung Yong Hwa, lelaki perlente itu menatap botol minuman ditangannya. Itu sudah botolnya yang kesekian, ia tidak mampu menghitungnya. Kesadarannya sudah tinggal sepertiganya lagi. Lebih banyak mabuknya. Setelah meneguknya sekali lagi kemudian kepalanya terjatuh ke atas meja. Ia tidak sadar diri.

Saat membuka mata, dirinya sudah berada di atas kasur empuk berbau wangi di dalam kamarnya. Tapi tenggorokannya terasa kering, ia terbatuk, tenggorokan itu terasa sakit. Yong Hwa meringis sambil bangkit dari rebahnya. Di samping tempat tidur pada meja kecil tersimpan air putih. Ia akan mengambilnya kala pintu kamarnya terbuka. Istrinya memasuki kamar seraya membawa minuman tonik.
"Sudah bangun, Oppa?" tanya wanita cantik itu. "Minum ini!" titahnya seraya menyerahkan botol minuman tonik yang tutupnya sudah dilepas.
Yong Hwa menerima dan meneguknya hingga tandas. Tenggorokannya terasa enak tapi perutnya seperti diamuk badai. Ia segera berlari ke toilet, untuk memuntahkan isi perutnya. Setelah muntah dan membersihkan badan baru tubuhnya merasa betul-betul enak.

Di atas kasur yang sudah rapi, tergelar pakaian yang akan ia kenakan, Seo Hyun sudah mempersiapkannya. Dari mulai pakaian dalam hingga dasi dan kaos kaki, lengkap tidak ada yang tertinggal. Seperti itu memang service yang selalu diberikannya. Sebagai istri Seo Hyun selalu cermat dan teliti dalam memberikan perhatian terhadapnya.

Di dapur, ia pun membuatkan makanan untuk menghangatkan perut dan memulihkan energinya setelah meneguk minuman keras hingga mabuk berat semalam.
"Aku sudah membuat soup ayam ginseng khusus untuk Oppa, supaya cepat baik setelah semalam mabuk, Oppa." ucapnya seraya menyendokan makanan berkuah itu ke dalam mangkok.
"Gomowo." tukas Yong Hwa menerima mangkok yang disodorkannya.
Ia memang butuh makanan hangat seperti itu. Seo Hyun lalu menemaninya di meja makan meski tidak sambil ikut sarapan.
"Kau tidak ikut makan, Seo Hyun-ah?" tanya Yong Hwa.
"Aniyo. Karena aku sudah makan roti, aku khusus membuatkan soup untuk Oppa."
"Mh..."
Yong Hwa mengisi perut dengan lahap, setelah itu ia segera berangkat ke kantor. Seo Hyun pun bersiap untuk melakukan kegiatannya.

Sambil memutar setir, Yong Hwa memikirkan Seo Hyun yang tidak mempertanyakan kenapa dirinya mabuk berat semalam. Dan kenapa semuanya baik-baik saja? Apa dia sudah tahu jika Shin Hye sudah hamil? Bukan, apa dia berpikir bayi yang dikandung Shin Hye itu adalah bayi mereka? Makanya dia baik-baik saja. Atau.... ah, kepala Yong Hwa berdenyut lagi.

Jika memang Seo Hyun sudah tahu Shin Hye hamil, harusnya justru Seo Hyun bertanya kenapa dirinya harus mabuk. Bukan malah tenang seperti itu. Sebab sangat tidak beralasan untuk kabar baik, dirinya mabuk. Lalu apa sebenarnya yang Seo Hyun pikirkan hingga semuanya tampak tenang? Yong Hwa tidak dapat menerkanya.

Seo Hyun menjadi istrinya sejak 3 tahun yang lalu. Mereka menikah karena perjodohan orang tua. Dan mereka juga adalah teman kecil. Yong Hwa tidak mencintai Seo Hyun, juga tidak bisa menolak perjodohan itu. Maka ia menjalani pernikahan itu tanpa rasa. Semuanya ia biarkan mengalir saja. Meski tanpa cinta, toh ia mampu melewatinya hingga 3 tahun.

Namun juga hingga 3 tahun pernikahannya, mereka belum dikaruniai momongan. Yong Hwa sama sekali tidak khawatir dengan hal itu, tapi ibu dan ibu mertuanya begitu mendambakan seorang cucu. Dan mendesak mereka supaya melakukan upaya supaya memiliki anak.
"Eomma ingin anak yang Seo Hyun lahirkan, Yong Hwa-ya. Bukan anak adopsi." pesan ibunya. "Jadi kalian lakukanlah upaya apa pun! Jika perlu bayi tabung. Berapa pun biayanya akan Eomma berikan." lanjut ibunya begitu memaksa.
"Tidak bisakah Eomma bersabar lagi sebentar? Mungkin Seo Hyun akan hamil pada saatnya nanti." tepis Yong Hwa tidak setuju dengan bayi tabung.
"Sebentar lagi kapan? Waktu kalian sudah terbuang begitu saja selama 3 tahun. Apa kalian tidak menginginkan memiliki keturunan?"
"Kami justru masih punya banyak waktu Eomma. Kami ini masih muda."
"Tidakkah kau lihat adik sepupumu? Usianya di bawahmu tapi sudah punya 2 anak. Sebelum menikah saja sepupumu itu sudah hamil. Jadi apa saja yang kalian lakukan, 3 tahun menikah istrimu masih belum hamil." Eomma akhirnya jadi mengomel.
"Urusan anak itu urusan Tuhan, Eomma. Bagaimana mungkin Eomma tanyakan apa saja yang kami lakukan selama menjalani pernikahan?" Yong Hwa pun tak urung kesal.

Tapi memang ibunya terus saja memaksa, membuat Yong Hwa akhirnya mengikuti kehendaknya untuk melakukan program inseminasi buatan atau bayi tabung. Tidak ada pilihan, sebab orang tua mereka begitu khawatir jika tidak lahir seorang pewaris di dalam keluarga mereka.

Seo Hyun dan Yong Hwa mulai melakukan beberapa macam pemeriksaan sebagai persiapan. Meski sejuta kali Yong Hwa malas, tapi dia tidak berdaya menolak. Maka akhirnya dia sering lagi pergi ke klub. Yong Hwa menjadi sangat tertekan.

Begitu pula Seo Hyun, sejujurnya dia pun tidak mau mengikuti program kehamilan seperti itu, sebab dia begitu khawatir dengan hasil pemeriksaan pada saat proses persiapannya. Dan benar, kekhawatirannya terjawab. Kwalitas sel telor miliknya buruk, itu sebabnya dirinya tidak kunjung hamil setelah 3 tahun pernikahannya. Dan karena hal tersebut program pembuahan diluar rahim pun tidak menjamin akan berhasil. Namun fakta itu dia sembunyikan dari Yong Hwa. Dia menyuruh dokter untuk mengatakan hal lain kepada Yong Hwa sehingga program bayi tabung tetap tidak bisa dilakukan. Dia tidak mau Yong Hwa sampai tahu kondisi sebenarnya dirinya, terlebih masa lalunya yang mengakibatkan sel telornya tidak dalam kondisi yang baik.

"Mohon maaf pada Anda berdua, Tuan dan Nyonya Jung. Sepertinya kami tidak bisa melakukan program inseminasi buatan begitu pula bayi tabung terhadap Nyonya. Karena menurut hasil pemeriksaan awal, keadaan Nyonya tidak memungkinkan untuk hamil." jelas dokter sore itu kepada mereka berdua.
"Kenapa, dokter?" Seo Hyun bertanya seakan sangat kecewa, padahal jawaban itu sudah mereka setting.
"Rahim Anda sedikit bermasalah bila sampai terjadi kehamilan nanti. Jika Anda berdua tetap menghendaki bayi dari benih Anda berdua, jalan yang bisa ditempuh paling dengan cara menyewa rahim wanita lain."
"Maksud, dokter?" Yong Hwa tidak paham.
"Iya, inseminasi tetap bisa dilakukan dari sel telor Nyonya dan sperma Tn. Jung, namun ditanam di rahim wanita lain yang bersedia menyewakan rahimnya. Seperti itu."
"Menyewa rahim? Apa sebelumnya ada yang melakukan cara ini, dokter?" tatap Yong Hwa.
"Banyak, Tuan. Dan tidak ada masalah."
"Lalu siapa wanita yang akan menyewakan rahimnya untuk mengandung bayi kami?" kernyit Yong Hwa.
"Bisa kami yang mereferensikan, atau bisa Anda berdua yang mencari. Yang pasti ada perjanjian hukum di depan notaris sebelum kesepakatan dilakukan sehingga ibu sewa nanti tidak akan menuntut apa pun."

Yong Hwa terdiam berpikir. Dunia benar-benar sudah gila nampaknya. Ibu sewa? Sekarang wanita menyewakan rahimnya untuk mengandung bayi pasangan lain? Lalu bagaimana dengan ikatan emosi seorang anak dan ibu? Astaga. Tak bisa dipahami pasangan yang melakukan kegilaan itu. Apa mereka pikir menitipkan telor bebek kepada ayam untuk dierami? Ada perjanjian hukum dokter tadi katakan. Lalu bagaimana dengan hukum Tuhan yang telah dengan nyata dilanggar. Aigo...

Seratus persen Yong Hwa tidak setuju melakukan itu. Ia dengan tegas menolaknya. Sebaliknya Seo Hyun setuju dan menerimanya. Seo Hyun sangat mendamba sejak lama menjadi keluarga Jung, tidak memiliki keturunan dari Yong Hwa adalah salah satu kelemahannya. Tapi kemudian ada ide briliant itu. Ia tidak mungkin melewatkannya.
"Anak itu tetap anak kita, hanya bukan aku yang melahirkannya, Oppa. Itu saja bedanya." ia meyakinkan Yong Hwa.
"Karena bukan kau yang melahirkannya, maka dia sangat berbeda bagiku, Seo Hyun-ah. Aku khawatir tidak akan bisa menyayanginya sebagai anak kandungku sendiri." tepis Yong Hwa tidak bisa dibujuk.
"Pasti bisa, Oppa. Kepada anak di panti asuhan saja atau anak selewat kita bisa jatuh sayang, apa lagi ini. Anak yang jelas-jelas benihnya dari kita." Seo Hyun pantang menyerah.
"Tapi dia tumbuh di rahim wanita lain, yang mungkin tidak kita kenal. Dia akan memiliki ikatan batin dengan wanita yang mengandungnya itu. Aku jelas tidak bisa, Seo Hyun."
"Hanya ikatan batin sesaat, Oppa. Lalu bagaimana dengan anak-anak panti yang diadopsi, mereka bahkan tidak punya orang tua. Bila betul sangat penting, apa mereka harus terlantar? Masa depan mereka yang lebih penting, Oppa." tegas Seo Hyun.

Bersambung...

Woah... Yong Hwa berangkat hari ini. Aigo...
Aku akan sgt merindukan gaya petakilan'y di panggung. Dan itu baru akan ada 2 tahun lagi. So long...

Well, untuk mengantar dia pergi menunaikan tugas negara, Author mempersembahkan ff spesial ini kepada readers pecinta Yong Hwa.

Cerita'y dewasa, sesuai dgn usia Yong Hwa sekarang yang hampir menggapai angka 30. Maka itu dia pergi wamil. Dan unt p'sembahan khusus ini Author sengaja menampilkan Seo Hyun. Sebab bagi Author hanya ada Shin Hye dan Seo Hyun yeoja di sekitar dia.

Dan bagi Author, Seo Hyun rival sempurna unt Shin Hye. Spt Jong Suk rival sempurna unt Yong Hwa dalam berebut Shin Hye.

Oke, tanpa ingin banyak kata lagi, Author mengucapkan selamat membaca dan mengikuti perjalanan Yong Hwa, Shin Hye dan Seo Hyun dalam ff spesial yang Author beri tajuk 'BELAHAN HATI'.

Semoga berkenan. 

BELAHAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang