Tidak lama Yong Hwa sudah berada di rumahnya. Ia menunggu di ruang tamu.
"Apa yang kau inginkan?" tatap Shin Hye jelas tidak suka.
"Aku sudah mendengar semuanya dari Abeonim. Kau akan pergi ke London."
"Nde, lalu...?"
"Apa itu upayamu dalam menjauhiku?"
"Majayo."
"Wheo? Whe geudaeyo? Kenapa kau harus menjauhiku?" nada suara Yong Hwa meninggi.
"Kenapa kau pedulikan itu? Sebelum ini pun kita hidup masing-masing. Kita menjadi dekat karena kesalahan Seo Hyun yang telah menjebakku untuk ikut permainannya."
"Kita punya anak, kau jangan lupa itu!"
"Anak haram orang-orang menyebutnya, karena dia lahir tanpa pernikahan. Dan kalau saja pada saat itu kau dengan tegas sebagai seorang laki-laki menolak ide ngaco Seo Hyun, semua ini tidak akan terjadi."
"Oke, tak masalah kau menyalahkan aku. Tapi jangan katakan anak kita anak haram."
"Jadi maumu sebenarnya apa? Kau akan melarangku pergi menuntut ilmu?" tatap Shin Hye tajam.
"Bisakah kau menuntut ilmu dengan tidak harus pergi jauh?"
"Apa aku tidak boleh sama dengan Seo Hyun? Apa hanya dia yang boleh menuntut ilmu di negeri orang?"
"Bukan begitu, Shin Hye-ya. Kau berencana pergi diam-diam. Kau tidak pernah ceritakan ini padaku sebelumnya."
"Tentu saja, karena aku tidak merasa perlu berunding denganmu. Aku bukan istrimu, bahkan bukan sekedar bekas istri."
"Apa kau tidak paham dengan yang hatiku rasakan?" tatap Yong Hwa.
"Ani." tukas Shin Hye membuang muka.
"Aku ingin hidup bersamamu, tidakkah anak kita sebagai alasan?"
"Karena sekarang aku anak ayahku yang ternyata adalah seorang presiden direktur?" sindir Shin Hye tajam.
"Tidak begitu, Shin Hye-ya! Demi Tuhan bukan itu alasanku."
"Aku tidak bisa memikirkan hal lain selain itu, Yong Hwa-ya. Anak kita juga sudah tidak ada. Dia tidak membutuhkan kita bersama karena memang dia tidak membutuhkan kita sama sekali. Jangan coba melarang apa yang akan kulakukan, sebab kau tidak punya alasan untuk ikut campur dengan hidupku. Aku sudah cukup sakit ketika Seo Hyun mempermainkan nasibku. Aku tidak ingin ada orang lain yang mengatur hidupku lagi." tandas Shin Hye pedih.
"Aniyo, Shin Hye-ya!" Yong Hwa menggeleng.
"Aku akan pergi pekan depan. Semuanya sudah Appa atur sehingga aku hanya tinggal mengikutinya saja. Dan mungkin jika semuanya berjalan lancar, aku pulang dalam 3 tahun kedepan. Dan jika kau tidak keberatan, aku minta salah satu foto Dae Hwa tapi yang wajahnya bisa kulihat dengan jelas. Supaya aku bisa mengiriminya doa." pinta Shin Hye membuat Yong Hwa tidak bisa bicara lagi.Setiap kalimat yang dilontarkan Shin Hye terasa menusuk kalbunya dan ia tidak bisa mengonternya. Sebab memang benar dirinya tidak gentle sehingga hanya diam saja ketika jelas-jelas Seo Hyun ingin mempermainkan hidup Shin Hye. Dirinya justru turut melibatkan diri di dalam permainan itu hingga jatuh korban. Sekarang tanpa merasa malu dirinya dengan terang-terangan mengatakan ingin hidup bersama. Saat fakta Shin Hye yang adalah putri kandung mertuanya terkuak.
Hanya 2 hal memang yang ada di benak Shin Hye atas sikapnya yang pengecut. Pertama, Yong Hwa memanfaatkan keadaan dengan kondisi itu. Menceraikan Seo Hyun yang ternyata hanya anak mantan pelayan mertuanya, untuk kemudian menangkapnya yang sudah jelas anak kandung seorang presdir. Kedua, Yong Hwa tidak mau kehilangan dukungan mantan ayah mertuanya.Maka tanpa merasa bersalah, telah membuat Shin Hye terluka, dia masih bersikap seakan sangat mencintainya.
Padahal jika Yong Hwa betul sangat mencintai Shin Hye, mestinya sejak awal menolak ide Seo Hyun yang ingin menciptakan derita buat Shin Hye. Bukan mendukung langkah itu dengan membuatnya hamil. Apakah Yong Hwa tidak tahu jika verginitas adalah hal yang ingin Shin Hye jaga hingga di malam pengantinnya.
Jika sudah begini, Shin Hye merasa dirinya tidak berharga lagi meski statusnya telah berubah dari gadis miskin menjadi chaebol.Yong Hwa melangkah pulang dengan hati yang terasa sakit. Ia baru paham sekarang kenapa Shin Hye ingin menghindarinya. Rupanya sedalam itulah luka hati Shin Hye yang diakibatkan oleh sikap tidak tegasnya. Dan ibarat menjaga sebuah gelas, gelas itu sekarang sudah pecah, dengan cara apa pun ia ingin membuatnya tampak utuh, sudah terlanjur hancur. Selama ini Yong Hwa gagal melihat kenyataan itu. Ketika ia menyadarinya, hatinya pun terasa sakit tak terperi.
💰Pada hari yang sudah ditentukan, Shin Hye dengan diantar kedua orang tuanya berangkat ke negara tujuannya menuntut ilmu. Tn Seo sambil sekalian melakukan perjalanan bisnis. Ny Seo menemaninya sampai beberapa minggu sampai Shin Hye bisa melakukan semuanya sendiri. Maklum meski usianya sudah cukup dewasa tapi bersentuhan dengan kehidupan mapan baru baginya.
Sementara itu di tanah air Yong Hwa melakukan aktifitasnya seperti biasa. Sambil terus berbenah atas dirinya yang tidak pernah diharapkan Shin Hye. Ia berusaha membuang karakter lemah dalam dirinya. Namun terasa sungguh sulit. Dan semakin keras ia berusaha, benaknya semakin tidak bisa melupakan Shin Hye.
💰3 tahun kemudian
Langit kota Seoul terlihat cerah setelah siang tadi diguyur hujan sejak pagi. Shin Hye meminta ajhussi sopir mengantarnya ke pasar tempat ia berjualan baju dulu. Ibunya meminta ia belajar nyetir supaya bisa bepergian sendiri, tapi ia menolak. Kalau memang perlu bepergian sendiri, ia bisa naik bus, konternya.
Kios tempatnya berjualan baju itu sudah berubah sekarang. Bukan lagi baju yang mereka jual tapi alat elektronik. Shin Hye melangkah memasuki gang kecil mencari pemilik kios yang ia sewa dulu.Sementara itu di auditorium kantor Seo Group persiapan sudah lengkap. Nanti malam begitu langit berganti warna pesta ulang tahun perusahaan itu akan digelar. Ny Seo sudah berada di salon kecantikan, dan Shin Hye malah pergi entah kemana.
Langit sudah gelap ketika langkahnya tertahan di jalan kecil menuju rumah kontrakan miliknya dulu. Ia berpapasan dengan seorang perempuan yang mirip Seo Hyun. Ia tidak akan peduli awalnya, tapi perempuan itu menyebut namanya lebih dulu.
"Park Shin Hye, maji?" tanyanya.
Shin Hye memutar kepala.
"Seo Hyun?" Shin Hye mengerutkan kening.
"Nde. Kau dari mana?"
"Aku mencari Harmeoni, tapi rumah itu kosong. Dan kau... apa baru pulang?" Shin Hye menatap Seo Hyun dari atas ke bawah. Penampilannya tidak segemilang dulu.
"Harmeoni tidak tinggal lagi disana. Harmeoni kembali ke kampung. Dan kalau kau ingin tahu ibu lamamu, dia masih di penjara." cerita Seo Hyun.
"Harmeoni kembali ke Daegu?" Shin Hye kaget.Mereka akhirnya mengobrol di sebuah kedai kopi tidak jauh dari pasar. Seo Hyun bangkrut. Rumah yang diberikan Yong Hwa kala bercerai dijual karena dia kalah berjudi.
"Kau tidak menikah dengan Oppa?" tatap Seo Hyun.
Shin Hye menggeleng.
"Apa kau merasa bersalah padaku makanya kau tidak menikah dengan Yong Oppa?" kejarnya.
"Aku baru kembali dari London, Seo Hyun-ah. Aku kuliah disana selama 3 tahun."
"Iya, lakukan semua yang dulu tidak bisa kau lakukan. Dan bila sekolahmu tinggi kau pun bisa memimpin perusahaan nanti."
"Itu bukan ambisiku. Menuntut ilmu bagiku agar aku tidak tertinggal jauh dari staf Appa."
"Apa pun alasanmu tapi kau punya segalanya sekarang. Aku selalu memantau Yong Hwa Oppa, dia belum menikah lagi hingga saat ini. Kurasa karena dia menunggumu."
"Kami bertengkar persis saat aku hendak berangkat 3 tahun lalu. Dan aku belum bertemu lagi dengannya."
"Kau tidak mungkin tidak menginginkannya bukan? Pertengkaran kalian pasti karena kau jual mahal padanya."
Shin Hye tidak menjawab.Sepertinya analisa Seo Hyun tepat, dirinya jual mahal kepada Yong Hwa. Sebab setelah 3 tahun di London, dimana dirinya bertemu banyak pria Korea di kampusnya, ia pun tidak bisa memilih salah satu dari mereka. Bahkan kalimat pertama yang selalu ia lontarkan terhadap mereka yang seperti tertarik padanya :
Aku pernah melahirkan seorang bayi, tapi dia meninggal.
Shin Hye terpenjara dengan fakta itu. Dan dirinya seperti tidak bisa lari dari kenyataan itu.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAHAN HATI
RomanceTakdir dan nasib seumpama gerbong panjang kereta api yang melintas diatas rel. Takdir seumpama rel, dan nasib laksana gerbongnya. Nasib begitu mudah direkayasa dan dipermainkan, nasib dapat dirubah sekehendak hati. Namun takdir adalah mutlak. Takdir...