Yong Hwa menunggu ajhussi sopir dengan tidak tenang di balkon. Ia ingin tahu apa yang terjadi dengan Shin Hye setelah pergi dari rumahnya. Ketika melihat mobil Seo Hyun memasuki pekarangan rumah, segera ia turun, lurus ke garasi.
"Bagaimana dia, Ajhussi?" tanyanya tergesa seraya membuka pintu mobil.
"Eoh, Tuan Muda." Ajhussi kaget dibuatnya.
"Bagaimana, Shin Hye? Apa Ajhussi mengantarnya sampai apartemen?"
"Nde. Agashi menangis sepanjang jalan."
"Apa dia mengatakan sesuatu?"
Ajhussi sopir tidak segera menjawab, Shin Hye ingin mati, bisik hatinya. "Tidak, Tuan. Nn Park hanya menangis dengan sangat sedih..." Ajhussi sopir tidak berani terus terang, ia merasa Yong Hwa tidak harus tahu tentang kondisi Shin Hye selama di dalam mobil, sebab ia tahu Seo Hyun tipikal istri seperti apa. Kalau suaminya menghawatirkan wanita lain, bisa kacau urusannya.
"Syukurlah kalau dia tidak mengatakan apa pun kepada Ajhussi. Gomowoyo, Ajhussi!" Yong Hwa kemudian berlalu.Tapi sebetulnya Yong Hwa tetap khawatir, maka saat rumahnya sudah sepi menjelang malam, ia menuju atap sambil membawa telepon genggam. Ia menekan nomor kontak Shin Hye, tapi Shin Hye membiarkannya. Ia hanya menatap layar telepon genggamnya berbunyi. Merasa tidak disahuti, Yong Hwa lalu menulis pesan :
Shin Hye-ya, mianhe atas kejadian tadi. Tolong angkat teleponnya, aku ingin bicara.
Shin Hye hanya membaca, kemudian mengabaikannya. Jadi sikap yang tadi ditunjukannya itu maksudnya apa? Cari muka dihadapan Seo Hyun? Shin Hye mulai berpikir untuk melarikan diri. Ia akan mengingkari kontraknya dengan Seo Hyun, peduli setan. Kontrak itu mengikatnya jika bayi yang ia kandung adalah benih Yong Hwa dan Seo Hyun. Tapi faktanya bayi itu darah dagingnya sendiri, artinya kontrak itu pun cacat hukum.
Nada pesan ponselnya berbunyi lagi, ia tidak mempedulikannya. Ia akan mulai berkemas. Semakin cepat pergi menjauh semakin baik. Ia akan melahirkan bayinya di tempat yang jauh. Ibu dan neneknya tidak perlu tahu. Ia akan seorang diri saja.
Yong Hwa menatap telepon genggamnya yang panggilannya tidak mendapat respon. Pesannya pun diabaikan. Ia lalu berdiri, hatinya teramat cemas. Ia khawatir Shin Hye mengambil tindakan yang tidak diharapkan. Ia akhirnya turun dari atap, menuju kamarnya untuk mengambil coat dan kunci mobil. Ia harus mendatangi apartemen Shin Hye.
"Oppa, mau kemana? Kau akan pergi?" Seo Hyun yang tengah membuka kado pemberian teman-temannya untuk calon bayinya nanti, menatap Yong Hwa yang terburu-buru pergi.
"Nde."
"Eodiga?"
Tidak ada jawaban, Yong Hwa sangat terburu-buru. Tidak lama mobilnya meninggalkan garasi.Seo Hyun mengerutkan kening. Suaminya akan pergi kemana dengan terburu-buru seperti itu? Tanpa mau memberitahunya pula. Setelah ragu sejenak, akhirnya ia pun menyambar kunci mobilnya. Ia akan membuntuti kemana Yong Hwa pergi. Sebab mencurigakan.
Sudah pergi jauh, tapi untung masih tampak punggung mobilnya di perempatan lampu merah. Seo Hyun akhirnya bisa membuntutinya. Mobil Yong Hwa seperti menuju apartemen Shin Hye, dan memang betul. Seo Hyun terbelalak. Apa yang terjadi? Yong Hwa tanpa bicara padanya mendatangi Shin Hye? Apa dia sering datang kesini sendirian seperti ini di belakangnya? Ingin saja ia lari mengejar dan bertanya, tapi langkahnya tertahan kala bertemu petugas keamanan apartemen itu. Sebaiknya ia lakukan investigasi kepada security apartemen untuk menghindari kebohongan Yong Hwa. Sebab kalau kepergok bulat-bulat seperti itu, bisa saja ia nanti berbohong. Maka Seo Hyun membelokan langkah ke pos security.
Di dalam apartemen, Shin Hye kaget mendapati Yong Hwa sudah berada di dalam kamarnya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Yong Hwa melihat koper terbuka sedang diisi pakaian dan barang-barang Shin Hye.
"Kata siapa kau boleh masuk ke apartemenku?" pelotot Shin Hye tampak marah dengan kedatangan Yong Hwa yang tanpa permisi.
"Tentu saja aku boleh masuk, apartemen ini aku yang membayarnya. Kau hanya menumpang disini."
"Jika begitu tepat bila aku ingin pergi meninggalkan tempat ini."
"Aniyo. Siapa yang mengijinkanmu?"
"Kenapa aku harus meminta ijin?" Shin Hye menghentikan pekerjaannya.
"Karena kau terikat kontrak denganku."
"Bayi ini darah dagingku bukan darah daging Seo Hyun. Kontrak itu berlaku bila yang memberikan sel telornya Seo Hyun." tandas Shin Hye.
"Dengan Seo Hyun benar kau tidak ada kontrak, tapi denganku ada. Kau menandatanganinya, jadi jangan berpikir untuk melarikan diri dariku." ancam Yong Hwa.
"Aku tidak akan memberikan bayi ini pada kalian, bayi ini darah dagingku." hiba Shin Hye dengan mata yang mulai membasah.
Yong Hwa membuang muka, ia tidak tega melihat mata itu selalu menangis karena dirinya. "Kenapa kau membuatku selalu tampak jahat padamu, Shin Hye-ya?" tanyanya mengepalkan telapak tangan.
Shin Hye semakin menangis, sekarang ia terduduk sambil memegang dadanya begitu sesak oleh tangis. Beberapa jenak Yong Hwa membiarkannya, namun lalu ia melangkah mendekati Shin Hye dan menekuk lutut di sampingnya. Kemudian tangannya merengkuh kepala Shin Hye ke dadanya. Ia membiarkan wanita itu menangis di dadanya. Tangannya mengelus kepalanya.
💰Seo Hyun sampai terdiam bisu mendengar penjelasan security apartemen, yang mengatakan Yong Hwa sering mendatangi apartemen Shin Hye. Bahkan 2-3 minggu lalu nyaris setiap hari Yong Hwa datang sore dan baru meninggalkan apartemen malam hari. Seo Hyun ingat, itu saat suaminya mengatakan harus lembur, sebab sedang banyak pekerjaan. Jadi alasan lembur adalah untuk mengelabuinya karena yang benar Yong Hwa setiap sore hingga malam hari menghabiskan waktu dengan Shin Hye.
Pantas pula, Yong Hwa selalu menolak setiap kali ia mesrai, alasannya capek. Padahal semuanya sudah ia curahkan kepada betina itu makanya Yong Hwa tidak bernapsu lagi kepadanya. Seo Hyun merasa punggungnya ditusuk hingga tembus ke dada. Tapi tadi di acara Babby Shower mereka sempurna menyembunyikannya, seolah tidak ada hubungan apa-apa, bahkan hingga membuat betina itu menangis. Dan rupanya setelahnya ia merasa sangat bersalah. Maka tanpa berpikir lagi berlari ke apartemennya.
Kemarahan di otak Seo Hyun membakar hati dan kepalanya. Tapi kakinya tidak bisa digerakan untuk melabrak rival bebuyutannya itu, sebab ada Yong Hwa disana. Ia khawatir malah akan menemukan hal yang akan membuat hatinya hangus. Matanya tidak siap bila melihat adegan mesra yang nanti dipertontonkan suaminya dengan Shin Hye. Akhirnya ia hanya terduduk diam di pos security. Ia bahkan sudah tidak merasa jika suhu disana sangat dingin.
Sementara di dalam apartemen, Yong Hwa berusaha meyakinkan Shin Hye. Pelukan yang diberikannya kepada Shin Hye membuat Shin Hye sedikit luluh.
"Maafkan aku! Sungguh minta maaf, Shin Hye-ya! Jujur aku marah saat kau katakan aku tidak seperti laki-laki. Aku marah karena kau menemukan kekuranganku. Aku mencintaimu, aku ingin tampak hebat di matamu." ucap Yong Hwa seraya mengusap pipi Shin Hye yang basah oleh air mata dengan jemarinya. "Tolong lupakan pembicaraan kita di rumahku tadi! Aku tidak akan menyangkal bayi ini bayi kita dan mengikuti permainan Seo Hyun. Aku perlu sedikit lagi waktu untuk membuka kebenarannya kepada semua orang jika bayi ini adalah anakmu dan aku. Sebelum dia lahir aku janji sudah menemukan cara bagaimana membuat Seo Hyun paham, bahwa dia tidak punya hak atas bayi ini." lanjutnya.
Shin Hye seperti sebelumnya hanya diam.
"Kau percaya padaku kan? Kau mau menungguku lagi?" tatapnya penuh harap.
Meski lama, tak urung Shin Hye akhirnya mengangguk. Yong Hwa menghembuskan napas lega.
"Gomowo. Kau tetap duduk disini! Aku akan membereskan lagi barang-barangmu ke dalam lemari, eoh?" pinta Yong Hwa.Shin Hye takluk. Ia akhirnya mengangkat kedua kakinya ke atas pembaringan, menyandarkan punggung pada bantal yang Yong Hwa letakan berdiri di belakangnya. Tangannya mengelus perut merasakan janinnya yang bergerak-gerak di dalam. Yong Hwa segera merapikan lagi barang-barang Shin Hye yang turun dari lemari. Mengeluarkan juga yang sudah berada di dalam koper.
Bersambung...
Nulis sambil dengerin suara Yong nyanyi itu, membuat Author berasa konyol. Masa iya kelakuannya spt ini? Pdhl suara Yong klo nyanyi itu innocent... serasa ingin meluk gitu..
Apalg klo sdh ngeluarin lenguhan-lenguhan atau desahan-desahan manjanya yg... Astagfirulloh!🙊
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAHAN HATI
RomanceTakdir dan nasib seumpama gerbong panjang kereta api yang melintas diatas rel. Takdir seumpama rel, dan nasib laksana gerbongnya. Nasib begitu mudah direkayasa dan dipermainkan, nasib dapat dirubah sekehendak hati. Namun takdir adalah mutlak. Takdir...