Bab 18

757 170 8
                                    

Ny Seo langsung membaik kondisinya setelah melihat Shin Hye. Seperti terobati shock berat yang dialaminya mendengar pengakuan kepala pelayan di rumahnya itu. Untuk sementara ia pun tidak peduli dengan Seo Hyun. Namun sayang keadaan Shin Hye yang terus membaik itu tidak diikuti bayinya, karena kemudian jantung bayinya berhenti berdetak. Ketika dicoba dilakukan resusitasi, hanya berdetak sebentar selanjutnya tidak berdenyut lagi. Dokter akhirnya menyatakan kematiannya.

Yong Hwa menangis mendapati kenyataan itu. Bagaimana pun tubuhnya belum siap untuk segera dikeluarkan dari rahim ibunya. Dan ia tidak kuat lagi bertahan setelah 1 minggu di dalam incubator. Bayi laki-laki yang bahkan organ tubuhnya ada yang belum sempurna itu baru 28 minggu usianya saat dipaksa harus dikeluarkan supaya ibunya dapat diselamatkan.
Yong Hwa lalu membawa bayinya untuk dikremasi. Ia kemudian menyimpan abunya untuk diberitahukan kepada Shin Hye saat sembuh nanti.

Mereka sedih dengan kepergian bayi yang bahkan belum sempat mereka kenali, tapi hal itu tidak diperlihatkan kepada Shin Hye.
Dan sejak membuka mata kondisi Shin Hye terus membaik, sehingga setiap hari ada alat medis yang dilepasnya.
Hari itu dihari ketiga ia bangun, Shin Hye mulai bisa diajak bicara. Ruangannya pun dipindahkan ke ruang perawatan. Ny Seo selalu menemaninya.
"Bagaimana bayiku, Suster?" ia ingat dengan buah hatinya.
Suster terlebih dahulu menuding Ny Seo.
"Nyonya sabar dulu. Bayi Nyonya masih belum bisa dijenguk, Nyonya sehatkan dulu tubuh Nyonya sehingga bisa pergi sendiri ke ruang bayi." jawabnya tidak mau menjelaskan yang sebenarnya, sebab kondisi emosi Shin Hye belum stabil.
"Oh, seperti itu. Baiklah." ia mau memahami. Tapi lalu ia berbalik kepada Ny Seo.
"Apa Eomma baik-baik saja, Samo-nim?" tanyanya menyadari ibunya tidak terlihat datang menjenguk. Bahkan selalu majikan ibunya itu yang menemaninya dengan sangat setia dan telaten.
"Kau ingin bertemu dengannya? Baiklah akan Eomma panggilkan." ujar Ny Seo. Lalu berjalan keluar untuk melakukan sambungan telepon.
Eomma...! Ny Seo juga selalu menyebutkan dirinya eomma terhadapnya.

"Shin Hye ingin bertemu denganmu, tapi kau hanya boleh menemuinya tanpa bicara apa pun. Putriku masih belum sehat benar." peringatnya kepada bekas pelayannya itu.
"Nde." Cha Suk Mi menjawab pelan.
Wanita itu tidak berani menatap mata Shin Hye, terus menundukan kepalanya seperti merasa bersalah. Disamping itu ia mungkin takut karena Ny Seo terus mengawasinya dengan galak di dalam kamar itu.
"Eomma." sapa Shin Hye. "Eomma, mianhe! Aku membuat Eomma harus datang kesini. Aku sudah melahirkan, Eomma. Tapi bayinya masih harus dirawat, benarkan, Samo-nim?" Shin Hye menuding Ny Seo.
"Nde." angguk Ny Seo menyembunyikan wajah.
"Bayinya laki-laki, Eomma. Apa Eomma sudah melihatnya? Aku belum bisa melihatnya." celotehnya membuat wanita yang dipanggilnya eomma itu meneteskan air mata.
"Whe urro, Eomma?"
"Aniyo, cepatlah sehat!" ucapnya. "Lanjutkan kehidupan yang bahagia, maaf aku selalu membuatmu menderita." wanita itu tidak dapat menahan tangisnya. Shin Hye masih saja menganggapnya ibu. Dia sakit hati karena kebeningan hati gadis itu.
"Apa Eomma bisa memberitahu Harmeoni? Jika bisa tolong beritahu Harmeoni supaya menjengukku, Eomma. Aku ingin bertemu Harmeoni." pintanya pula.
"Nde, akan aku beritahu."
"Eomma jangan menangis dan jangan katakan selalu membuatku menderita. Aku bahagia jadi putri Eomma." ucap Shin Hye lagi membuat Cha Suk Mi semakin tersedu.

Dirinya telah membuat Shin Hye menderita, tapi dia mengatakan bahagia menjadi putrinya. Itu seperti tamparan buatnya.
Ny Seo pun turut meneteskan air mata.
"Shin Hye-ya, waktu kunjungan untuknya habis. Biarkan dia pulang." beritahunya tidak kuat melihat drama itu lebih lama.
"Nde, Samo-nim. Terima kasih Eomma sudah menyempatkan datang menjengukku. Jangan terlalu lelah bekerja, Eomma harus tetap sehat." pesannya.
"Mianhe, Shin Hye-ya! Mianhamidha, Ajhumma telah teramat jahat padamu." Cha Suk Mi sekarang melutut di kaki bed sambil menangis tersedu.
Ny Seo membuang muka menyembunyikan tangisnya. Shin Hye malah semakin bingung dengan tingkah ibunya yang seumur ia mengenalnya tidak pernah sekali pun ibunya berucap maaf kepadanya, tapi kini seperti tersangka mengakui kesalahannya.
"Bangunlah, Eomma! Jangan seperti ini." larangnya.
"Mianhe... mianhe... mianheso!" pekik Cha Suk Mi tertahan.
Shin Hye akhirnya membiarkan dia menangis semakin pilu sambil menekuk lututnya di lantai.

Ada beberapa hal yang tidak ia pahami tentang sikap orang-orang setelah ia bangun. Dan yang membuat benaknya bertanya-tanya kenapa majikan ibunya yang terus menemaninya? Hal itu sungguh membuatnya rikuh. Kebalikannya dengan Seo Hyun, dia belum pernah menampakan batang hidungnya sekali pun. Apa karena dia akhirnya tahu bayi itu bukan bayinya?

Saat ia bisa berjalan sendiri ke toilet, ia menginginkan sekali melihat bayinya.
"Aku sudah kuat berjalan, Samo-nim. Apa bisa aku pergi melihat bayiku?" tanyanya.
"Tidak, Sayang. Kau tetap harus menunggu ijin dari dokter untuk pergi melihat bayimu." tepis Ny Seo dengan dada berdebar. Sebab ia tengah membohongi Shin Hye.
"Begitu? Baiklah. Nanti biar aku bertanya kepada dokter saat memeriksaku." Shin Hye menaiki lagi bed.

Dan keinginan untuk bertemu bayinya itu begitu kuat, maka kala dokter datang untuk memeriksanya, ia meminta ijin kepada dokter untuk pergi melihat bayinya.
Lelaki berwibawa itu terlihat menghela napas.
"Maafkan kami, Nona. Terpaksa kami harus berbohong kepada Anda, bayi Anda sudah tidak ada. Dia tidak dapat bertahan karena... karena kondisinya belum siap kala dilahirkan." jelas dokter.
Shin Hye terdiam. Tapi matanya berkaca. Ny Seo segera menghampiri untuk memberi penjelasan. Tangannya meraih tangan Shin Hye untuk ia genggam, namun dengan keras ditepisnya. Shin Hye kemudian menangis histeris seraya meremas selimut yang menutupi tubuhnya. Ia menjerit-jerit tidak bisa menerima kenyataan bayinya telah tiada.
"Aniyo.. Uisa-nim! Aniyo... dia bayi yang kuat. Dia pasti sanggup bertahan." teriaknya membuat Ny Seo lalu memeluknya.
"Sabar, Anakku! Sabar, Sayang! Dia telah pergi ke tempat yang indah."
"Kau telah berbohong padaku, Samo-nim. Lepaskan!" bentaknya.
"Shin Hye, Nak."
Tapi kedua tangan Shin Hye lalu mendorong tubuh wanita itu sekuat tenaga membuat Ny Seo terjerembab ke lantai. Shin Hye juga melepaskan jarum infus di pergelangannya, membuat darahnya tercecer kemana-mana. Dia menjadi beringas.

Melihat itu suster segera menangkap tubuhnya lalu dokter magang menyuntikan obat penenang membuatnya terkulai lemah. Ia kemudian direbahkan lagi di atas bed. Tak berdaya.
"Hal ini yang selalu kami takutkan, Nyonya. Kondisi Nn Park sendiri belum stabil dan harus menerima goncangan lagi." jelas dokter.
"Apa dia akan baik-baik saja, dokter?" Ny Seo mengelus kening Shin Hye yang kembali terpejam seraya air mata tidak henti berderai.
"Berdoa saja, segala kuasa ada pada Tuhan. Kita hanya berusaha." ucap dokter.
"Dia sudah banyak menderita selama hidupnya, Dokter. Tolong lakukan yang terbaik untuknya!"
"Nde, itu tugas kami." angguk dokter. "Reaksi obat sekitar 2 jam, Nyonya. Nanti Nn Park akan sadar kembali." beritahu dokter. "Kalian perhatikan dengan seksama saat sadar nanti, jika ada hal tidak lazim lekas beritahu aku!" pesan dokter kepada dokter magang dan suster.
"Nde, aguesmidha." angguk mereka. Kemudian semuanya meninggalkan ruangan itu.
💰

Shin Hye membuka mata. Tangannya dengan kasar menepis tangan Ny Seo yang sedang mengelus keningnya.
"Kau sudah sadar, Shin Hye-ya?" tanya Ny Seo kaget tapi lalu tersenyum senang.
"Naga!" usirnya.
"Aniyo, kalau Eomma pergi siapa yang akan menemanimu disini." tolak Ny Seo.
"Kenapa kau selalu sebut dirimu eomma, eomma... terhadapku? Kau bukan ibuku." pekiknya dengan mata melotot.
"Nde, karena aku ingin menjadi ibumu? Apa boleh?" Ny Seo tidak terpengaruh.
"Aniyo! Jangan perlakukan aku seperti orang bodoh, fisikku mungkin sedang sakit tapi otakku masih sangat waras."
"Maka cepatlah sehat, Sayang! Kita akan pergi berlibur saat kau sudah sehat. Kau, Eomma dan Appa." Ny Seo terus berceracau.
"Jangan kau pikir aku menderita karena hidupku miskin, sehingga aku berkhayal ingin menjadi anak kalian." teriak Shin Hye seraya mencabut jarum infus dari tangannya lalu menjatuhkan tiangnya ke lantai. Ny Seo sampai terkaget. Ia segera menekan tombol pada bed memanggil perawat.

Bersambung...

BELAHAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang