Shin Hye memilih baju dengan setengah hati, ia tidak ingin pergi tapi tentu saja tidak bisa menolak perintah Seo Hyun. Ia mengenakan gaun bunga-bunga berbahan lembut dengan model tanpa pinggang, memperlihatkan perutnya yang sudah besar. Dilapisi coat berbahan ringan. Tak urung ia duduk di belakang ajhussi sopir yang mengemudi.
Tiba di rumah Seo Hyun sudah banyak orang, orang tua Seo Hyun dan Yong Hwa. Teman-teman mereka, dan tentu saja Yong Hwa sebagai tuan rumah yang langsung membuang muka begitu melihatnya datang. Ruang keluarga rumah itu disulap menjadi serba gold, ada juga box bayi yang di dalamnya penuh kado. Itu tandanya perayaan babby shower. Shin Hye membungkuk kepada semua orang yang menjadikan dirinya fokus pandang dengan tatapan aneh, seakan mereka berkata : ini dia ibu sewa itu! Wanita yang tega menyewakan rahimnya. Begitu frustasi, karena hidup miskin dan tanpa suami. Bahkan kekasih pun sulit ia dapat.
Shin Hye gamang berada di tengah-tengah mereka yang tidak menyukai kehadirannya. Tapi bayi Seo Hyun dan Yong Hwa ada di dalam rahimnya. Tuan rumah sendiri tampak tak acuh, hanya ibunya Seo Hyun yang ramah menyambutnya.
"Aigo... Shin Hye-ya! Perutmu sudah besar. Dia pasti merepotkanmu." sapanya sambil menyentuh perut Shin Hye.
"Annyong hasesoyo, Samo-nim." Shin Hye segera membungkukan badan.
"Seo Hyun Eomma mengenalnya?" ibunya Yong Hwa menatap mereka heran.
"Nde, Shin Hye putri ajhumma yang bekerja di rumah kami, Besan. Bahkan sejak kecil hingga remaja ikut tinggal bersama kami." jelas Ny Seo tersenyum.
"Pantas jika begitu. Tapi Seo Hyun tidak pernah cerita."
"Karena alasannya itu makanya aku memilihnya untuk menjadi ibu sewa bagi bayi kami, Eommonim." sambar Seo Hyun menuding Shin Hye. Segera Shin Hye pun membungkukan badan kepada wanita yang tampak berkuasa itu.
"Annyong hasesoyo, Samo-nim." sapanya. Dia tidak menanggapi. Hanya buang muka.
"Duduk, Shin Hye-ya! Kau pasti pegal." Ny Seo lagi-lagi yang membimbingnya ke kursi supaya duduk.
"Kamsahamnidha.""Jadi bayi kalian yang ada di dalam perutnya itu, Seo Hyun-ah?" salah satu terdengar bertanya dan menunjuk Shin Hye.
"Nde, karena ada kelainan dalam rahimku sehingga tidak dapat dilakukan inseminasi buatan, maka kami memilih program bayi tabung yang ditanam di rahim ibu sewa." jawab Seo Hyun.
"Aigo... pasti biayanya sangat mahal." seru yang lain.
"Itu bukan masalahnya. Karena kami akan melakukan segala cara untuk memperoleh momongan."Shin Hye tak ubah seperti sebuah objek berada di tengah-tengah mereka. Sebuah benda yang dengan bangga dipamerkan Seo Hyun kepada teman-temannya. Lalu mereka membahasnya. Yang menyakitkan Yong Hwa turut di dalam pembicaraan mereka. Seo Hyun juga mengungkapkan betapa dirinya tidak menerima jika Shin Hye sampai gagal melahirkannya.
Shin Hye memang dianggap Seo Hyun hanya sebuah objek, ketika semuanya menikmati pesta itu dengan asik memamah biak, hanya dirinya yang diam. Seo Hyun sama sekali tidak mempedulikannya. Terlebih ketika pesta Barbecue dimulai, semua orang berada di halaman samping menikmati makanan panggang yang disajikan Chef yang sengaja diundangnya.
Shin Hye memutuskan untuk pergi saja dari tempat itu. Ia akan menuju ke pintu ketika terdengar suara seseorang bertanya.
"Kau akan pergi kemana? Pestanya belum selesai." Shin Hye menghentikan langkah, lantas membalikan badan kepada yang mengajaknya bicara.
"Iya, tapi sebaiknya aku pergi saja." tukasnya.
"Kata siapa kau boleh pergi? Kau sangat tidak menghargai Seo Hyun yang mengundangmu."
"Aku tidak dibutuhkan lagi disini." suara Shin Hye pelan.
"Benar, kau tidak dibutuhkan lagi tapi bayi itu sangat dibutuhkan untuk mengikuti pestanya."
"Ini bayiku bukan bayi Seo Hyun, dia tidak harus mengikuti pesta sama denganku."
"Tapi dia juga bayiku. Aku membuat pesta ini untuk bayiku."
"Jebal, Tuan! Jangan membuatku lebih sulit. Jangan terus menyakitiku! Atau aku terpaksa akan ungkap kebenarannya." Shin Hye tidak kuasa menahan tangisnya.
"Lakukanlah jika kau berani, tapi aku akan mengikuti permainan Seo Hyun. Aku akan menyangkal kebenaran yang kau ungkap. Menurutmu siapa yang akan rugi?" Yong Hwa balas menatap Shin Hye dengan begitu tajam."Kebenaran apa, Oppa?" tiba-tiba sosok Seo Hyun menyeruak dari pintu. Shin Hye segera menghapus kelopak matanya. "Kau menangis, Shin Hye-ya? Apa Oppa memarahinya?" Seo Hyun menuding Shin Hye dan Yong Hwa bergantian.
"Nde, aku tidak suka karena dia tidak menghargaimu. Dia akan melarikan diri disaat pestanya belum selesai, Seo Hyun-ah." adu Yong Hwa membuat wajah Seo Hyun langsung memerah.
"Jadi kau akan kabur, Shin Hye-ah? Kau sungguh tidak tahu diri. Aku mengundangmu ke rumahku bukan untukmu tapi untuk janinku yang kutitipkan padamu." jerit Seo Hyun membuat orang-orang seketika menolehkan muka ke jendela.
Bahkan Ny Seo langsung memburunya.
"Mianhamidha, Seo Hyun-ah! Aku tidak bermaksud begitu..."
"Takjho! Jangan coba membela diri. Kau memang selalu iri padaku. Aku salah memilihmu untuk menjadi ibu sewa bayiku..." raung Seo Hyun, sekarang ibunya Yong Hwa pun menghampiri. Di halaman belakang senyap, tidak terdengar canda tawa seperti sebelumnya.
"Kau ini apa yang terjadi? Kenapa harus teriak-teriak seperti itu?" Ny Seo bersuara.
"Eomma... apa yang telah aku lakukan padanya? Kenapa dia selalu jahat padaku?" Seo Hyun berakting menangis kepada ibunya.
"Mianhamidha, Samo-nim! Aku yang salah." Shin Hye membungkuk kepada ibunya Seo Hyun.
"Shin Hye-ya, kau pulanglah! Istirahat di rumah, eoh. Kau pasti sangat lelah." Ny Seo tidak tega melihat Shin Hye yang gemetar dengan perutnya yang buncit besar. Dia pasti sangat malu dan terkejut. "Ajhumma, panggilkan Ajhussi sopir!" teriaknya.
"Kamshahamnidha, Samo-nim! Mianhamidha, Agashi! Aku sangat menyesal." Shin Hye lalu membungkuk pula kepada Seo Hyun.
"Kau ini seharusnya tidak usah datang jika hanya akan mengacau begini. Dasar perempuan tidak tahu adat. Memalukan saja! Sejak awal aku sangat tidak suka padamu." omel ibunya Yong Hwa ikut-ikutan.
"Eomma..." Yong Hwa menghardik ibunya.Ny Seo akhirnya menuntun Shin Hye diantarkan menuju mobil yang akan membawanya pulang. Shin Hye menghapus air matanya lantas membungkuk pamit kepada ibunya Yong Hwa, sebelum berlalu meninggalkan tempat itu. Yong Hwa pun langsung menghadang Seo Hyun yang akan mengejar Shin Hye dengan memeluknya.
Ia menatap dengan ekor matanya Shin Hye yang berlalu pergi. Kemudian menunduk dalam. Sama sekali bukan ingin menyakitinya, ia hanya merasa sangat kesal sebab tuduhan Shin Hye atas dirinya yang adalah pecundang tidak bisa ia ingkari. Seperti itulah memang dirinya. Mianhe, bisiknya perih.
💰Di dalam mobil yang mengantarnya pulang Shin Hye tidak dapat menahan tangisnya, ia terus terisak membuat ajhussi sopir akhirnya bersuara. Merasa sangat iba.
"Sudah, Agashi jangan terus menangis! Kasihan bayi Anda."
Tapi tangis Shin Hye malah kian pilu. "Agashi hanya tinggal seorang diri di apartemen, jika bukan Agashi yang menyayangi bayi itu lalu siapa? Orang lain tidak akan peduli kepadanya selain Agashi yang mengandungnya. Karena Agashi ibunya." lanjut ajhussi sopir membuat tangis Shin Hye agak mereda.
"Aku rasanya tidak ingin melanjutkan hidup, Ajhussi." rintihnya.
"Jangan. Jangan punya pikiran seperti itu. Bayi Anda baru akan menikmati hidupnya, Anda jangan sekali-kali berpikir untuk membuat dia tidak merasakan menghirup udara dunia. Tuhan membenci itu, Agashi. Dan hiduplah untuk Tuhan, sebab kita ini milik-Nya. Hidup dan mati kita hanya milik Tuhan. Ketika Agashi bersabar menghadapi setiap ujian yang diberikan-Nya, maka kasih Tuhan seisi dunia. Sesungguhnya Tuhan bersama orang-orang yang sabar, Agashi." khotbah ajhussi sopir membuat Shin Hye mulai menghapus air matanya.Ya, bayi itu miliknya meski Yong Hwa ayahnya. Bayi itu bukan milik Seo Hyun. Ia harus berjuang karena dirinya ibunya. Dia bukan akan hidup dan melahirkan bayi itu untuk membuat Yong Hwa atau Seo Hyun bahagia, tapi untuk dirinya sendiri. Sebab bayi itu berasal dari sel telornya sendiri. Semua orang bahkan sudah menghinanya dengan sorot matanya, bahwa dirinya harus menggadaikan keperawanan untuk hamil diluar nikah. Mulai sekarang dia akan berjuang dan bertahan untuk bayi itu, darah dagingnya sendiri. Sebab dirinya tidak membohongi siapa pun. Yang berbohong adalah Yong Hwa terhadap Seo Hyun dan sebaliknya, Seo Hyun terhadap Yong Hwa.
💰Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAHAN HATI
RomanceTakdir dan nasib seumpama gerbong panjang kereta api yang melintas diatas rel. Takdir seumpama rel, dan nasib laksana gerbongnya. Nasib begitu mudah direkayasa dan dipermainkan, nasib dapat dirubah sekehendak hati. Namun takdir adalah mutlak. Takdir...