Tindakan bedah terhadap Shin Hye dilakukan segera setelah Yong Hwa menandatangani ijin operasi tertulis. Meski Yong Hwa bukan suaminya tapi bayi yang dikandung Shin Hye adalah buah hati Yong Hwa dengan Seo Hyun, maka ijin itu diberikan olehnya sebagai wali.
Pembedahan itu untuk mengambil bayi supaya perdarahan terhenti dan diharapkan Shin Hye terbangun dari komanya, walau pun bayi itu sendiri belum cukup waktu untuk dikeluarkan. Mereka bertiga menunggu dengan cemas, Yong Hwa belum sempat mempertanyakan kenapa Shin Hye bisa mengalami hal itu. Ny Seo hanya mengatakan Shin Hye mengalami blooding karena benturan pada perutnya. Karena Ny Seo sendiri tidak tahu detail kejadiannya.Yong Hwa hanya diam membeku di tempat tunggu ruang bedah. HPnya sengaja ia matikan. Begitu juga kedua orang tua Seo Hyun, hanya bisa saling diam. Mereka tidak bisa meninggalkan Shin Hye, sebab Shin Hye sudah seperti anak sendiri bagi mereka. Sejak kecil sudah tinggal di rumah mereka, turut membantu ibunya. Dan Shin Hye anak yang baik, makanya baik Nyonya atau Tuan Seo sayang kepada Shin Hye. Disamping itu, kejadian itu karena kelakuan Seo Hyun. Membuat Tuan dan Ny Seo tidak bisa lepas tangan.
Namun ditengah-tengah ketegangan mereka menunggu proses pembedahan yang dilakukan terhadap Shin Hye, tiba-tiba terjadi ketegangan lain di ruang bedah. Shin Hye kembali mengalami perdarahan hebat membuat persediaan darahnya menipis. Hal itulah yang membuat suster menghampiri keluarganya untuk meminta donor. Yang pertama terpikir orang yang bisa mendonorkan darah untuk Shin Hye, pastilah ibunya. Cha Ajhumma. Meski begitu mereka bertiga pun bersedia dilakukan cek darah, siapa tahu cocok. Dan samlpe darah Tuan dan Nyonya Seo syukurnya cocok. Ny Seo tetap menyuruh sopirnya untuk menjemput ibunya Shin Hye, untuk berjaga-jaga.
Tapi mengejutkan, sebab sample darah Cha Ajhumma justru sama sekali tidak cocok dengan Shin Hye. Sehingga kepala pelayan Cha tidak diminta untuk mendonorkan darahnya. Wajah wanita itu seketika pucat ketika tujuannya dipanggil ke RS untuk diperiksa sample darahnya. Dan ia menjadi begitu gelisah ketika dinyatakan sample darahnya tidak cocok dengan putrinya dihadapan majikannya.
Tidak lama berselang, pembedahan terhadap Shin Hye selesai. Dokter mengatakan operasinya berhasil. Semua orang mengusap wajah mengucap syukur. Shin Hye kemudian dipindahkan di ruang ICU, sedangkan bayinya ditempatkan di ruang NICU. Keduanya dalam kondisi tidak stabil. Yong Hwa hanya bisa meneteskan air mata, baik kala melihat bayinya yang hanya sebesar botol minuman dengan harapan hidup yang masih dipertanyakan. Terlebih kala melihat Shin Hye yang terbaring dengan banyak alat medis dipasangkan di tubuhnya.
Jika tahu akhirnya akan seperti ini, ia akan menolak dengan tegas ide Seo Hyun tentang menyewa rahim. Dan akan melupakan keinginan ibunya yang memaksa untuk memiliki momongan dari benih mereka berdua. Ia sungguh merasa jadi orang yang telah menyebabkan Shin Hye harus mengalami penderitaan ini. Bukan Seo Hyun atau Eomma. Sebab jika saja dirinya mau bersikap tegas, semua ini dapat dihindarkan. Andai saja dirinya bisa bertindak sebagai lelaki seperti yang dikehendaki Shin Hye, semua ini tidak harus terjadi.
Ny Seo menyentuh pundaknya melihatnya terduduk lemas dengan mata membasah di depan ruang ICU.
"Pulanglah! Istirahat di rumah, kau pasti sangat lelah." ucap wanita berparas lembut itu.
"Aniyo, Eommonim. Biar aku menunggu disini. Anda saja bersama Abeonim yang pulang." geleng Yong Hwa menolaknya.
"Seo Hyun mungkin tidak akan menemanimu disini menunggui Shin Hye malam ini."
"Tak apa, aku bisa sendiri."
"Apa orang tuamu sudah tahu tentang ini?"
"Belum, Eommonim. Aku tidak ingin memberitahunya dulu."
"Kalau begitu kami pulang, Yong Hwa-ya. Mungkin Seo Hyun ingin mendengar apa yang terjadi sebab tadi Eomma melarangnya untuk ikut." pamit Ny Seo akhirnya.
"Nde, Eommonim bersama Abeonim pulanglah. Malam ini biar aku yang berjaga."
"Apa kau akan ikut pulang atau disini, Ajhumma?" Ny Seo menatap ibunya Shin Hye.
"Akan disini saja, Samo-nim." tukas wanita itu menunduk.
"Ya, baik. Kami pulang kalau begitu. Kabari cepat bila ada apa-apa, Yong Hwa-ya!" pintanya.
"Tentu, Eommonim." angguk Yong Hwa sambil berdiri mengantar kedua mertuanya berlalu. Ayah mertuanya menepuk pundaknya sambil lalu, Yong Hwa membungkuk hormat.
Setelah itu ia duduk dengan Cha Ajhumma tapi tidak terdengar obrolan apa pun. Keduanya saling diam.
💰Di dalam mobil yang membawa Tuan dan Ny Seo pulang, Ny Seo memikirkan seluruh kejadian hari itu sejak pagi hingga baru saja keluar dari RS. Satu saja yang sangat menyita pikirannya, kenapa golongan darah Cha Ajhumma dengan Shin Hye tidak cocok? Kenapa malah mereka berdua yang cocok dengan golongan darah Shin Hye sehingga mereka bisa mendonorkannya. Ny Seo sangat penasaran dengan hal ini.
Dan tentang dosa Seo Hyun terhadap Shin Hye, Ny Seo akan langsung memanggil kedua pelayan yang tadi menjadi saksi mata.
Maka itulah yang ia lakukan. Begitu tiba di rumah, Seo Hyun masih ada dan langsung memburunya bertanya ini itu, tampak cemas.
"Apa yang terjadi dengan Shin Hye, Eomma? Bagaimana dengan kehamilannya, apa baik-baik saja? Lalu kenapa tadi Cha Ajhumma diminta ke RS? Apa yang sebenarnya terjadi, Eomma?" berondongnya.
Tapi Ny Seo tidak mempedulikannya. "Tentang Shin Hye kita bicarakan nanti, Seo Hyun-ah. Sekarang Eomma minta kejujuranmu, apa sebenarnya yang kau lakukan tadi kepada Shin Hye?" tatapnya.
Seo Hyun seketika pucat.
"Shin Hye berada disini, apa kau yang memanggilnya?"
"Aniyo, Ajhumma yang memanggilnya, Eomma." gelengnya cepat.
"Dan apa yang kau lakukan padanya, jika kau tidak menjawab, Eomma akan bertanya kepada Soo Mi dan Jae Ri."
"Eomma... mianhe! Jeongmal, mianhe!" Seo Hyun langsung duduk melutut di lantai di kaki ibunya sambil menggosok-gosok kedua telapak tangannya.Tapi Ny Seo tidak terayu, ia berteriak memanggil kedua pelayannya. Dan dari pelayannya itu Ny dan Tuan Seo mendengar apa yang sesungguhnya terjadi. Seo Hyun tidak bisa mengelak. Tuan Seo sampai memerah wajahnya, ia menghampiri Seo Hyun lalu... Plak! Plak! Dengan sangat keras tangan lelaki penyayang itu menyarangkan tamparannnya di pipi Seo Hyun.
"Ampun, Appa!" rintih Seo Hyun.
"Apa kau ingin membunuhnya?" pelototnya. "Kenapa kau begitu benci padanya? Dan kenapa kau selalu iri, padahal Shin Hye sudah menurutimu mengandung janin kalian, mengorbankan hal yang paling berharga dalam dirinya. Tapi kau malah tega mencelakainya. Apa aku pernah mengajarimu untuk sedengki itu?" Tn Seo memuntahkan amarahnya.
Jika cerita seperti yang dikatakan 2 pelayannya itu tentang kekejian Seo Hyun, memang tidak pantas dimaafkan. Ia sungguh sedih dan kecewa sebagai ayah.Seo Hyun gemetar, matanya meneteskan air dan tampak ia begitu ketakutan. Ini pertama kali baginya, ayahnya sedemikian marah. Padahal bisanya ia begitu lembut, apa pun keinginannya tidak pernah diabaikannya.
"Apa sebenarnya yang ada di otakmu sehingga kau tega melakukan kekejian itu?" lanjut Tn Seo.
"Josungheyo, Appa! Tapi karena Shin Hye dengan Yong Hwa Oppa telah mengkhianatiku. Bayi itu bukan bayiku dengan Yong Hwa Oppa, tapi bayi mereka. Oppa dengan Shin Hye." Seo Hyun coba membela diri.
"Tapi kau tidak harus membalasnya dengan anarkis seperti itu." bentaknya. "Dengar, tidak peduli kau putriku, jika sampai terjadi hal yang tidak diharapkan kepada Shin Hye, maka aku tidak segan untuk mengirimmu kepenjara. Kau camkan itu!" ancam Tn Seo tidak main-main. Seo Hyun semakin gemetar, tapi ia tidak bisa apa-apa.Malam itu mereka tidak ada yang bisa terpejam, kejadian itu sungguh tidak terduga. Di dalam kamarnya Nyonya dengan Tuan Seo meski sama-sama belum tidur namun juga tidak terdengar mengobrol. Mereka berbicara dengan hati dan benaknya masing-masing. Ny Seo ingat lagi dengan ketidak-cocokan sample darah Cha Ajhumma dengan Shin Hye. Sejak kecil Shin Hye sudah ikut tinggal di rumah itu, dan dia suka membantu pekerjaan ibunya. Namun meski sambil bekerja nilai sekolahnya bagus. Itu yang membuat dirinya maupun suaminya sayang kepada anak itu. Sikapnya pun sangat jauh dengan ibunya yang jutek dan terkadang kasar. Shin Hye kecil ramah dan santun. Mata Ny Seo membasah saat mengingat kondisi Shin Hye yang masih terbaring koma di RS.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
BELAHAN HATI
RomanceTakdir dan nasib seumpama gerbong panjang kereta api yang melintas diatas rel. Takdir seumpama rel, dan nasib laksana gerbongnya. Nasib begitu mudah direkayasa dan dipermainkan, nasib dapat dirubah sekehendak hati. Namun takdir adalah mutlak. Takdir...