Bag 19

900 170 16
                                    

Perawat berdatangan ke kamar itu, Shin Hye semakin beringas. Ia bahkan melawan kala dokter magang akan menangkapnya. Reaksinya yang tidak terkendali itu adalah bentuk begitu besarnya tekanan yang ia terima. Otak kecilnya sudah tidak dapat lagi menahan benturan demi benturan yang bertubu-tubi. Shin Hye setelah itu dipindahkan ke ruang perawatan khusus untuk pasien dengan tekanan kejiwaan. Yang menanganinya adalah dokter jiwa dan psikiater. Ruangan itu seperti ICU tidak mudah dimasuki selain oleh tim medis.

Ny Seo menangis menungguinya di ruang tunggu. Tn Seo dan Yong Hwa berdatangan saat diberitahu. Mereka tidak menyangka kondisi kejiwaan Shin Hye sampai terganggu.
Yong Hwa hanya bisa menatapnya dari pintu kaca seperti saat di ruang ICU. Dia menjadi sulit lagi untuk menemuinya.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Eommonim?" tanya Yong Hwa merasa putus asa.
"Bersabar. Lebih bersabar lagi, Yong Hwa-ya!" jawab Ny Seo.
"Bagaimana dengan istrimu?" tanya Tn Seo ingat terhadap Seo Hyun.
Yong Hwa menghela napas dalam. "Dia selalu mengurung diri di dalam kamar, tidak mau keluar."
"Kau berbaik hatilah kepada istrimu. Dia dengan Shin Hye sama. Sama-sama tidak siap menghadapi kenyataan. Hanya Shin Hye lebih parah, sebab dia kehilangan bayinya karena sebuah trauma." jelas Tn Seo. Yong Hwa tidak bicara.

Dia sendiri berada pada posisi yang sangat sulit. Hatinya ingin melepaskan Seo Hyun tapi kondisi Seo Hyun sendiri sedang depresi berat. Bukan jalan terbaik mengembalikan Seo Hyun kepada Cha Ajhumma-ibu kandungnya, dalam keadaan seperti itu. Dirinya jadi tidak berperasaan. Meski Seo Hyun telah membuat Shin Hye terkapar di RS dan kehilangan bayinya.
Seo Hyun sendiri tidak merasa bersalah telah membuat Shin Hye melahirkan sebelum waktunya dan terang menolak kenyataan jika dirinya bukan putri kandung Presdir Seo. Terlebih ibu kandungnya itu ternyata Cha Ajhumma. Ia menolak keras-keras.

Namun syukur setelah sekitar 2 hari di ruang isolasi, akhirnya Shin Hye dinyatakan stabil, ia mau menerima kenyataan tentang bayinya yang kembali ke pangkuan Tuhan. Ia hanya minta bukti bahwa bayinya telah tiada. Yong Hwa membawa abu jenazahnya. Ia menangis menerima toples berisi abu, lalu menyerahkan kembali toples itu. Ia kemudian tidak mau melihatnya lagi.

Setelah itu Shin Hye diijinkan pulang. Ny Seo membawa Shin Hye ke rumahnya. Hingga hari itu Shin Hye belum tahu tentang test DNA yang menyatakan bahwa dirinya putri kandung Presdir Seo.
Nyonya atau Tn Seo pun belum bisa menjelaskan tentang hal itu sebab trauma dengan reaksi Shin Hye. Di rumah majikan ibunya itu Shin Hye menginap sekitar 2 malam, setelah itu ia bersiap untuk pergi di hari ketiga. Ia merasa sudah kembali sehat.
"Eodiga? Kenapa pagi-pagi kau sudah siap pergi?" tatap Ny Seo melihatnya sudah rapi dan berniat hendak pamit kepada tuan rumah.
Shin Hye membungkukan badan terlebih dahulu.
"Karena sudah merasa sangat sehat, aku akan pergi, Nyonya. Terima kasih banyak atas segala perhatian dan kepedulian Nyonya serta Tuan." ucap Shin Hye.
"Kau mau pergi kemana memang?" tanya Ny Seo.
"Ke rumah sewa bersama Harmeoni."
Ny Seo menarik ujung bibirnya lembut. Keluar dari kursi lalu menarik kursi makan dan mendudukan Shin Hye.
"Duduklah dulu! Kita mengobrol, eoh!" pinta wanita lembut hati itu.
Shin Hye menurutinya.
"Kau tidak bertanya kenapa ibumu tidak ada disini?" lanjutnya lagi.
"Nyonya sudah memecatnya kata Soo Mi."
"Nde. Apa kau tidak mau tahu kenapa aku memecatnya?"
Shin Hye menggeleng.
"Karena dia telah menipu dan membohongiku sangat lama. Bahkan andai terjadi sesuatu padamu saat di RS, kami akan menjebloskannya ke penjara."
"Apa memang yang sudah Eomma lakukan terhadap Nyonya? Kebohongan bagaimana?" pandang Shin Hye.
"Janji kau tidak akan shock lagi?" Ny Seo hati-hati.
"Wheo?" Shin Hye jadi takut.
"Karena ini kebohongan tentang kalian, kau dan Seo Hyun. Kau mau mendengar? Tapi janji kau tidak boleh shock." pinta Ny Seo.
Shin Hye mengangguk pelan.

Ia sendiri ragu, apa bisa dirinya tidak shock? Tapi cukup penasaran untuk mengetahui teka-teki itu.
"Dia, Cha Ajhumma, telah menukar kalian saat bayi. Kau dengan Seo Hyun, dia tukarkan. Kau yang sebenarnya anak kandungku dia tukarkan dengan Seo Hyun anak kandungnya. Maka kau menjadi anaknya dan Seo Hyun jadi anakku." jelas Ny Seo pelan-pelan.
Shin Hye tampak mengernyit, tidak segera percaya.
"Apa ada buktinya dari itu semua?" tanyanya.
"Keuroum. Buktinya hasil test DNA. Aku melakukannya saat menjagamu di RS."
"Bisa aku lihat hasil test DNA-nya, Nyonya?"
"Nde, sebentar. Aku ambil dulu."

Shin Hye seperti tengah tertidur lelap dan bermimpi, ia berulang kali melihat kertas itu khawatir salah melihat. Tapi tidak berubah. Kecocokan DNA atas namanya dengan Nyonya dan Tuan Seo 90% lebih. Sangat akurat. Dan Cha Ajhumma yang berulah menukar dirinya dengan Seo Hyun saat bayi merah dulu tidak menampik memang benar telah menukarkannya dalam keadaan sadar. Tanpa tekanan atau paksaan siapa pun saat mengakuinya.
Hal itu pun dibenarkan oleh ibunya Cha Ajhumma yang mengaku, itu pulalah alasan pertengkaran hebat mereka dahulu, karena ibunya tidak menyetujui tindakannya tersebut. Dan ibunya Cha Ajhumma mengaku siap untuk dilaporkan kepada yang berwajib sebab tidak lekas melaporkan tindakan kriminal anaknya kala itu.

Setelah melihat dan mendengar semua itu apa Shin Hye percaya? Tidak. Dia tetap pamit akan meninggalkan rumah itu.
"Shin Hye-ya, jangan pergi, Nak!" larang Ny Seo dengan mata membasah.
Shin Hye hanya membungkuk hormat lalu melangkah pergi.
"Shin Hye!" teriak Ny Seo.
Shin Hye tidak peduli. Ia terus melangkah pergi.

Ia menuju rumah sewa bersama neneknya sebelum ia menempati apartemen. Di rumah petak itu ia mendapati ibunya.
"Mwoga? Kenapa kau datang kesini?" tanya ibunya galak.
"Eomma, aku pulang." senyumnya.
"Shin Hye-ga, kau-kah itu?" suara neneknya.
"Harmeoni!" panggil Shin Hye.
"Sayang, Park Shin Hye. Urri aga! Kau datang, Nak." Harmeoni memburu lalu memeluknya. Mereka saling berpelukan sambil bertangisan.
Cha Ajhumma hanya membuang muka.

"Bayiku tidak bisa diselamatkan, Harmeoni. Karena terlalu cepat dilahirkan." isaknya pedih.
"Gwenchana. Kau masih muda, Sayang. Masih banyak waktu untukmu melahirkan anak-anakmu lagi. Yang penting kau sehat." hibur Harmeoni mengelusnya.
"Nde." angguk Shin Hye.
"Karena bayi itu hasil kau berkhianat, maka langit pun menghukummu." sambar ibunya tanpa perasaan.
"Jangan kau dengarkan! Ibumu dalam keadaan stress sebab dipecat dari pekerjaannya." wanita tua itu menutup kuping Shin Hye oleh kedua telapak tangannya.
"Aku benci melihatmu, kenapa kau malah datang kesini? Apa ibumu tidak memberitahumu?" tatap ibunya lagi.
"Aku ingin tetap menjadi putri Eomma, apa itu tidak boleh?" Shin Hye balas menatap.
"Jangan panggil aku Eomma! Kau bukan anakku, itu sebabnya aku tidak pernah menyayangimu bahkan sejak dulu."
"Aku tidak bisa tiba-tiba menerima Presdir Seo dan Nyonya adalah orang tua kandungku, aku akan tetap disini bersama Eomma dan Harmeoni."
"Tapi aku tidak sudi melihatmu."
"Rumah ini Shin Hye yang membayar deposit dan uang sewanya, Suk Mi-ya." peringat Harmeoni.
"Nde, akan aku bayar sekarang juga. Berapa uang deposit untuk rumah kecil dan jelek ini?" Cha Ajhumma berdiri melangkah ke dalam kamar, tak lama ia melempar beberapa lembar uang kertas ke wajah Shin Hye.
"Cha Suk Mi!" bentak ibunya.
"Gwenchana, Harmeoni." hardik Shin Hye kepada neneknya yang marah kepada ibunya.
"Jika kau tidak lekas pergi, maka aku yang akan pergi." ancam Cha Ajhumma.
"Sana pergilah kau, anak durhaka!" teriak Harmeoni lagi.
"Aniyo, Harmeoni! Biar aku saja yang pergi. Gwenchana." Shin Hye tidak mau mereka bertengkar lagi.
"Tidak, Shin Hye. Jangan! Kau akan pergi kemana? Kau baru sembuh." geleng Harmeoni.
"Aku akan kembali ke rumah Tuan dan Ny Seo saja, bukankah mereka orang tua kandungku, Harmeoni?" senyum Shin Hye.
"Ya, baiklah kalau kau akan pergi ke rumah orang tua kandungmu." Harmeoni akhirnya luluh.
"Terima kasih Harmeoni tetap sehat. Dan terus jagalah kesehatan. Aku akan selalu merindukanmu, Harmeoni." Shin Hye memeluk lagi wanita tua nan kumal itu sambil menetes air matanya.

Bersambung...

BELAHAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang