"Dan aku pun akan tetap menceraikannya meski dia tetap putri kandung Eommonim." tandas Yong Hwa bulat membuat Ny Seo menatap wajahnya dalam.
"Apa kau mencintai Shin Hye?" tanyanya.
"Nde, sangat, Eommonim." angguk Yong Hwa lalu menunduk. "Bukan karena ternyata dia putri kandung, Eommonim. Aku sudah menyukainya semenjak remaja dulu. Tapi aku tidak punya kesempatan untuk memilihnya." lanjut Yong Hwa.
"Apa orang tuamu tahu tentang itu?"
"Abeoji sudah kuberi tahu, Eommonim."
"Eomma sungguh tidak paham dengan semua peristiwa ini." Ny Seo menggeleng-gelengkan kepalanya.Sudah bisa ditebak, karena begitu frustasi Seo Hyun mendatangi ibu mertuanya untuk mengadukan masalah Yong Hwa yang berniat ingin menceraikannya. Namun berbeda dengan biasanya, dimana ibu mertuanya itu selalu membelanya, kali itu ia harus menelan ludah yang terasa pahit.
"Aku sudah tahu kau bukan putri kandung Presdir Seo, melainkan kau anak pelayannya. Aku tidak ingin ikut campur dengan anakku lagi, Seo Hyun-ah. Terserah saja dia akan melakukan apa, aku setuju dengannya. Sebab apa jadinya, dan apa kata orang nanti jika kami memiliki menantu putri pelayan keluarga Presdir Seo." tukasnya dengan wajah masam.
"Maksud, Eommonim... Eommonim menyetujui Yong Hwa Oppa menceraikanku?" Seo Hyun tidak percaya.
"Nde, amat sangat setuju. Karena alasannya pun masuk akal kenapa dia ingin menceraikanmu."
Seo Hyun menjerit mendengar itu, lalu menangis sejadi-jadinya. Ny Jung segera saja meninggalkannya.
💰Shin Hye membuka mata, dan ia tahu dirinya berada dimana. Di RS lagi. Pergelangan tangannya terasa pegal, namun ia hanya bisa menatapnya. Di sofa ia melihat majikan ibunya yang lagi-lagi setia menemaninya.
"Samo-nim." panggilnya dengan suara pelan.
Seketika Ny Seo menolehnya.
"Kau sudah bangun, Shin Hye-ya?" Ia memburunya. "Apa ada yang terasa sakit?" tanyanya memeriksa tubuh Shin Hye.
"Aniyo, Samo-nim." geleng Shin Hye sambil tersenyum kecil.
"Ah, syukurlah. Apa sudah merasa lebih enak sekarang?"
Shin Hye mengangguk. Ny Seo menghela napas lega.
"Gomasmidha, Samo-nim!"
"Mwogayo?"
"Samo-nim lagi yang telah menolongku."
"Karena kau tidak menurutiku maka kau ke RS lagi. Seharusnya kau patuh padaku." ketus Ny Seo.
"Mulai sekarang aku akan mematuhi Samo-nim."
"Yagsog?"
"Nde." angguk Shin Hye.
"Geurae. Cepatlah sehat, supaya kita pulang sama-sama ke rumah."
Shin Hye mengangguk lagi.Tidak ada pilihan memang buat Shin Hye selain mematuhi takdirnya menjadi putri kandung majikan ibunya itu. Ia pulang lagi ke rumah besar itu. Tapi kali ini ia tidak akan kabur lagi.
Baru sehari ia menempati kamarnya, tiba-tiba Seo Hyun datang. Rumah sepi siang itu. Ny Seo sedang beristirahat di kamarnya, Shin Hye pun sedang tidur di kamarnya saat Seo Hyun datang dan langsung membuka semua pintu kamar, mencari di kamar mana Shin Hye berada. Saat ditemukan tanpa sopan santun ia memasukinya. Mendengar pintu yang dibanting keras Shin Hye langsung terbangun. Seo Hyun berkacak pinggang di tepi tempat tidur.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya seperti majikan kepada pelayannya.
"Seo Hyun-ah. Kau datang?" tanya Shin Hye.
"Apa sekarang kau merasa jadi tuan putri, makanya bisa enak-enakan tidur di kamar ini?" semprotnya menarik selimut dari tubuh Shin Hye.
"Ada apa, Seo Hyun-ah?" tanya Shin Hye tenang.
"Kau ini... dasar ular!" Seo Hyun hilang kendali. Setelah menarik selimut dari tubuh Shin Hye, ia lalu membuka lemari, mengeluarkan isinya yang terdiri dari beberapa potong baju Shin Hye. Kemudian menginjak-injaknya seraya berteriak-teriak histeris.Shin Hye tidak terintimidasi, ia hanya menatap dari atas tempat tidur. Seo Hyun lalu melemparkan apa pun yang ada di kamar itu ke lantai hingga suara yang ditimbulkannya membuat kedua pelayan di rumah itu berdatangan.
"Agashi, apa yang sedang Agashi lakukan?" teriak Soo Mi.
Namun Seo Hyun yang kalap malah melempari Soo Mi dengan tas pakaian Shin Hye.
"Keluar kau, pelayan! Pergi sana." teriaknya.
"Sebaiknya Anda yang keluar, jika tidak aku akan panggil security." ancam Jae Ri melihatnya begitu beringas.
"Kurang ajar! Panggil saja siapa pun yang kau kehendaki. Aku tidak takut." pekiknya dengan mata merah.Jae Ri langsung berlari memanggil security, Seo Hyun lalu digelandang keluar dari kamar Shin Hye. Teriakannya yang berisik menolak diseret oleh security membuat Ny Seo akhirnya bangun dan keluar dari kamarnya.
"Ada apa ini?" tanyanya.
"Eomma...Eomma, lihat! Security dan para pelayan berani kurang ajar padaku." ia mengadu.
Tapi Ny Seo sekarang bukan Ny Seo sekitar sebulan yang lalu.
"Kau ini siapa sekarang, Seo Hyun-ah? Kau sebaiknya lekas pergi jika tidak ingin aku menyuruh security menyeretmu keluar." ucapnya.
"Eomma, kenapa Eomma bicara begitu padaku? Apa Eomma tahu, dikamar itu ada wanita gila yang telah berselingkuh dengan suamiku hingga dia hampir melahirkan anak?"
"Ya, dia putriku. Kau pergilah, cari ibumu! Dan jangan pernah lagi mengacau di rumah ini. Bawa dia keluar, Ajhussi!" perintah Ny Seo.
"Eomma... Eomma..." Seo Hyun memanggil-manggil Ny Seo tapi security terus menyeret keluar.Ny Seo lalu menghampiri Shin Hye yang kaget dengan kejadian itu.
"Gwenchana?" tanyanya.
"Nde, gwenchana."
"Jangan dipikirkan dan jangan dimasukin ke hati ucapan Seo Hyun. Dia pasti sangat stress. Apalagi Yong Hwa pun sudah menceraikannya."
Shin Hye menatap lekat mata ibunya tapi tidak terdengar bersuara. Ia diam seribu basa mendengar penuturannya itu. Apa keputusan Yong Hwa menceraikan Seo Hyun berhubungan dengan dirinya? Apa karena dirinya Yong Hwa mengambil keputusan itu? Tetap saja ia memikirkan itu meski Ny Seo bilang jangan dipikirkan.Seo Hyun tidak kembali kepada ibu kandungnya dengan tangan hampa, sebab Yong Hwa memberikan rumah yang mereka tempati. Setelah resmi menceraikan Seo Hyun, Yong Hwa pindah menempati apartemen.
Shin Hye sendiri meski awalnya sangat canggung tinggal di rumah yang dulu adalah majikan ibunya, lama-lama dapat menyesuaikan diri. Sampai beberapa hari sangat sulit untuk memanggil ibunya dengan sebutan 'Eomma'. Tapi siang itu setelah sebelumnya berlatih dicermin, kata itu meluncur dari mulutnya.
"Panggil Eonni untuk makan, Jae Ri-ah!" perintah Ny Seo.
Shin Hye menolak untuk dipanggil 'Agashi', ia ingin dipanggil seperti biasa saja. Maka kedua pelayan itu tetap memanggilnya 'Eonni'.Mereka menikmati makan siang sambil mengobrolkan rencana liburan.
"Katakan apa yang sangat kau inginkan dalam waktu dekat ini?" tatap Ny Seo sambil menyuap.
"Mm... berlibur." tukas Shin Hye dengan suara pelan.
"Liburan kemana? Di dalam negeri atau keluar negeri?"
Shin Hye malah tersenyum dalam. Liburan baginya teramat sangat mahal harganya, mau di dalam negeri terlebih keluar negeri. Maka berlibur kemana pun hanya sebatas khayalan baginya.
"Katakan, mau liburan kemana?" Ny Seo mendesak.
"Kemana saja tapi juga tidak memaksa." geleng Shin Hye.
"Eomma tahu, minggu depan Appa harus pergi ke Jepang. Bagaimana kalau kita ikut. Biarkan Appa bekerja, dan kita jalan-jalan. Otteyo?" tawar Ny Seo tersenyum. Shin Hye mengangguk sambil pula tersenyum.
"Kamsahamnidha... Eomma!" ucapnya. Ny Seo yang akan menyuapkan nasi ke mulut, batal. Ia menurunkan lagi sendoknya.
"Ucapkan sekali lagi!" pintanya.
"Eomma..."
"Benar. Jangan salah lagi panggil Eomma!"
Shin Hye mengangguk dengan senyum.
💰Menjelang keberangkatan mereka ke Jepang untuk bisnis sekalian berlibur, tak ayal mereka sibuk. Ini pertama kali bagi Ny Seo pergi liburan dengan putri kandungnya. Ia menjadi excaiting. Terlebih bila mengingat hidup Shin Hye yang sangat sulit sebagai putri pelayannya, ia ingin membayar semua hal yang tidak bisa ia berikan sebelumnya. Presdir Seo pun telah memindahkan kepemilikan saham atas nama Seo Hyun kepada Shin Hye, dan membuat rapat para pemegang saham geger karena putri presdir ditukar dengan putri pelayannya. Meski begitu mereka tidak serta merta menukar nama mereka.
Perjalanan Presdir Seo ke Jepang kali itu pun sebetulnya untuk hal itu. Menghapus nama Seo Hyun dari daftar pewarisnya dan dialihkan kepada putri kandungnya untuk bisnisnya di negeri tetangga itu.Yong Hwa dan ayahnya yang turut menghadiri rapat luar biasa para pemegang saham itu, menahan langkah Presdir Seo saat rapat itu selesai.
"Abeonim." panggilnya.
"Eoh, Yong Hwa-ya. Jung Hoejang-nim." Presdir Seo menoleh kepada ayah dan anak itu. "Kita bicara di ruanganku saja." ajaknya sambil mendahului melangkah.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAHAN HATI
RomanceTakdir dan nasib seumpama gerbong panjang kereta api yang melintas diatas rel. Takdir seumpama rel, dan nasib laksana gerbongnya. Nasib begitu mudah direkayasa dan dipermainkan, nasib dapat dirubah sekehendak hati. Namun takdir adalah mutlak. Takdir...