"Iya, sudah." angguk Shin Hye.
Terdengar Yong Hwa menghela napas dalam. "Lalu apa yang membuatmu menerima tawarannya?" tanyanya.
Shin Hye ingin saja mengatakan, dirinya sebenarnya tidak menerimanya tapi Seo Hyun melakukan segala cara untuk membuatnya mau menerima.
"Aku butuh uang untuk membebaskan Harmeoni." akhirnya jawabnya.
"Apa yang terjadi dengan Harmeoni?" Yong Hwa terkejut.
"Harmeoni akan masuk penjara jika aku tidak bisa menebusnya dengan sejumlah uang."
"Apa memang yang telah Harmeoni lakukan?"
"Harmeoni dituduh mencuri."
"Mencuri...? Apa memang yang Harmeoni curi?"
"Seseorang sepertinya sengaja menjebaknya."
"Menjebak?"
"Iya, karena Harmeoni pun tidak sempat mengetahui isi tas yang diambilnya itu."
"Ah... kau pasti sangat bingung, makanya tanpa pikir panjang menerima tawaran Seo Hyun."
"Benar." angguk Shin Hye."Menyesal sekali aku pun harus melakukan ini padamu hanya supaya kau bisa membebaskan nenekmu." sesal Yong Hwa. "Apa ibumu tidak bisa membantu untuk membebaskan Harmeoni hingga kau harus menerima tawaran Seo Hyun?" Yong Hwa masih penasaran.
"Hubungan Eomma dengan Harmeoni sejak dulu tidak baik."
"Ah, iya. Mereka tidak akur. Baiklah, Shin Hye-ya. Bukan aku tidak mau menolongmu dengan menyetujui rencana Seo Hyun, tapi jika bukan kau yang menjadi ibu sewa untuk anak kami, aku pun ragu. Bagaimana pun pilihan Seo Hyun padamu, menurutku tepat. Jadi mohon maaf aku tega melakukan ini padamu. Namun aku berjanji, aku akan menanggung kehidupanmu dengan Harmeoni yang menjadi tanggunganmu sejak bayi kami kau kandung hingga dia kau lahirkan. Dan aku akan memberikan kompensasi yang pantas setelah anak itu lahir untuk mengganti semua hal yang telah kau korbankan yang tidak bisa kami nilai. Apa kau setuju?"Shin Hye mengangguk namun sambil matanya meneteskan air. Ia pikir Yong Hwa tidak akan sampai menyetujuinya. Ia pikir Yong Hwa akan berpikir dari sisinya, seperti dulu sering membelanya dari sikap tidak pantas Seo Hyun kepadanya. Rupanya sekarang tidak. Ya, karena sekarang Yong Hwa suami Seo Hyun. Tidak mungkin dia akan membelanya. Dirinya berharap hal yang mustahil saat mengiyakan permintaan Seo Hyun. Nyata pula baginya, tidak mungkin meminta Yong Hwa untuk menolongnya membebaskan Harmeoni tanpa ia harus melakukan apa yang diinginkan Seo Hyun. Melainkan ia tetap harus menyewakan rahimnya untuk mengandung benih Yong Hwa dan Seo Hyun.
Yong Hwa menatapnya dengan nelangsa. Dia bahkan tidak tega saat melihat Shin Hye melangkah meninggalkannya.Entah kenapa hatinya harus menyetujui pilihan Seo Hyun terhadap Shin Hye untuk menjadi ibu sewa buat calon bayinya. Tapi jauh di dalam hatinya, jauh sekali... dia memikirkan hal lain sehingga tidak menolak Shin Hye untuk menjadi ibu sewa itu.
Dia masih menatap bayangan Shin Hye yang berjalan menjauh dari jendela kala terasa tangan Seo Hyun menggapit lengannya.
"Oppa, mho-he?" tanyanya.
"Aniyo." tukasnya melepaskan cekalan Seo Hyun. "Aku akan kembali ke kantor, Seo Hyun-ah." pamitnya.
"Nde, lusa Shin Hye mulai melakukan cek kesehatan. Jika oke, proses pengambilan sperma dan sel telornya dimulai, Oppa. Jadi kita harus ke RS." jelas Seo Hyun.
"Nde." Yong Hwa menjawab tak acuh. "Aku pergi, Seo Hyun-ah." ujarnya sambil melangkah menuju pintu.
💰Hari itu Shin Hye pergi ke RS untuk dilakukan pemeriksaan kesehatannya. Ia pergi hanya diantar Seo Hyun. Setelah kesehatannya dinyatakan baik, 2 hari kemudian Yong Hwa dengan Seo Hyun yang pergi ke RS untuk diambil sel telor dari Seo Hyun dan sperma dari Yong Hwa, sebagai awal dari proses bayi tabung. Nanti pembuahannya dilakukan pada cawan petri, kemudian setelah jadi embrio akan ditanamkan ke dalam rahim Shin Hye.
Shin Hye sendiri sudah ditempatkan di sebuah apartemen yang disewakan Seo Hyun, sejak mereka menandatangani surat kontrak di hadapan notaris. Apartemen dengan 2 kamar tidur itu, belum Shin Hye isi. Tapi dia mulai bolak-balik untuk membersihkannya. Apartemen yang sangat layak meski bukan apartemen mewah. Harmeoni justru tidak mau pindah dari rumah sewanya. Harmeoni berpendapat, jika rumah itu kosong khawatir mereka akan kehilangannya padahal tinggal di apartemen hanya selama 9 bulan saja. Atas alasan itulah Harmeoni tidak bersedia ikut Shin Hye.
Akhirnya Shin Hye benar-benar tidak bisa menolak keinginan Seo Hyun. Sebentar lagi ia akan mengandung calon anak Seo Hyun dan Yong Hwa. Ia mengusap perutnya. Ia akan hamil melalui poses yang tidak lazim, dan nanti bayi yang dikandungnya dengan susah payah itu harus ia serahkan kepada pasangan yang telah menyewa rahimnya, yaitu Seo Hyun dan Yong Hwa. Apa sebenarnya yang telah terjadi dengan hidupnya? Kenapa harus sampai menjalani kehidupan menyakitkan seperti ini? Shin Hye menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Ia terduduk seraya memeluk lututnya yang ia tekuk di lantai.
Yong Hwa tidak berhenti minum sejak kembali dari RS diambil sel spermanya. Ia benar-benar merasa seperti seorang pecundang. Kenapa Eomma begitu menginginkan anaknya yang dilahirkan Seo Hyun? Mungkin ia akan memiliki anak jika dengan wanita lain. Dokter berulang kali menegaskan dirinya tidak memiliki masalah apa pun dengan kesehatan reproduksinya. Ia sehat. Hanya Seo Hyun memiliki masalah dengan rahimnya. Ah... Yong Hwa meneguk lagi botol minumannya.
Ia meninggalkan klub saat langit sudah sangat gelap. Ia meminta supir pengganti untuk mengantarnya pulang. Tapi di tengah jalan tiba-tiba ia meminta taeri menuju sebuah tempat. Yong Hwa mendatangi sebuah apartemen. Ia menekan keyword pintu apartemen itu membuat pemilik di dalamnya kaget dan segera membukakannya.
"Yong Hwa-ssi!" serunya.
"Shin Hye-ya." Yong Hwa melangkah masuk sambil sempoyongan dan tubuhnya roboh menimpah tubuh Shin Hye.
"Aigo... Yong Hwa-ssi!" Shin Hye sedaya upaya menahan tubuh Yong Hwa yang berat. "Apa yang terjadi? Kenapa kau harus mabuk begini?" tanyanya. "Apa Seo Hyun tahu kau pergi kesini?"
"Shin Hye, biarkan aku disini beberapa jenak." pintanya menjatuhkan wajah di pundak Shin Hye.Shin Hye sambil terengah menyeret tubuh Yong Hwa ke sofa. Ia menidurkannya di atas sofa. Sementara itu ia melangkah ke dapur. Ia baru pindah ke apartemen itu, tidak ada minuman apa pun untuk obat mabuk. Tapi lalu terdengar Yong Hwa terbatuk. Shin Hye segera memburunya, khawatir Yong Hwa muntah di sofa. Dan benar, Yong Hwa sudah tero'ek hendak muntah. Segera ia menariknya ke toilet. Yong Hwa termuntah-muntah di toilet.
Shin Hye membuatkan teh hangat dan ramen sebagai obat mabuk. Yong Hwa hanya menyeruput teh-nya. Kemudian ia berbaring lagi di sofa.
"Cepat pulang kalau sudah merasa baik, Yong Hwa-ssi." usik Shin Hye melihatnya berbaring seraya memejamkan mata.
"Aku tidak akan pulang, aku akan menginap disini." tukasnya.
"Andwe! Seo Hyun pasti menunggu-nunggumu pulang."
"Kau tidak boleh melarangku menginap disini. Apartemen ini juga bukan milikmu."
"Tapi Seo Hyun yang mencarikannya untukku."
"Tapi aku yang membayarnya. Kau jangan cerewet menyuruhku pergi dari sini."
Shin Hye akhirnya diam.Terduduk sambil menatap Yong Hwa yang tampak menderita. Apa sebenarnya yang membuatnya harus menderita? Apa dia pun sesungguhnya tidak menghendaki memiliki anak dengan cara ektrim seperti ini? Apa ibunya lagi yang memaksanya?
Hidup kita sebenarnya tidak berapa berbeda, selalu harus patuh pada kehendak wanita yang telah melahirkan kita. Bisik Shin Hye di dalam hatinya. Ia kemudian berdiri, melangkah ke dalam kamar untuk mengambil selimut. Ia lalu membawa selimut itu dan ditutupkan ke tubuh Yong Hwa. Selesai memasangkan selimut saat hendak berbalik, tangan Yong Hwa menangkap pergelangannya. Shin Hye menolehnya lagi. Belum sempat berbicara, Yong Hwa menariknya hingga Shin Hye jatuh menimpa tubuhnya. Wajahnya tepat berada di dada pria itu, hingga ketika ia mengangkatnya wajahnya dan wajah Yong Hwa begitu dekat berhadapan. Sejenak ia masih terkesima. Ia akan berusaha bangkit tapi tangan Yong Hwa memeluknya, membuatnya akhirnya hanya bisa diam dalam dekapannya.Bersambung...
So, apa yang akan terjadi berikutnya? Apa benar akan terjadi penanaman embrio ke dalam rahim Shin Hye? Atau pembuahan secara alami...???
Aigo... jantung Author sampai melompat-lompat begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAHAN HATI
RomanceTakdir dan nasib seumpama gerbong panjang kereta api yang melintas diatas rel. Takdir seumpama rel, dan nasib laksana gerbongnya. Nasib begitu mudah direkayasa dan dipermainkan, nasib dapat dirubah sekehendak hati. Namun takdir adalah mutlak. Takdir...