Bag 13

729 155 11
                                    

"Ada apa ini, Jae Ri-ah? Kenapa Shin Hye?" Ny Seo panik tak kepalang. "Cepat telepon ambulance!" perintahnya.
"Sudah, Samo-nim." jawab Jae Ri.
"Ambulance sudah diperjalanan, Samo-nim." lapor Soo Mi pula yang menghubungi 119.
"Apa yang terjadi sebenarnya ini? Cha Ajhummaaa... Seo Hyuuunnn..." Ny Seo teriak-teriak. "Shin Hye-ya. Bangun, Nak!" Ny Seo menepuk-nepuk pipi Shin Hye pelan, tapi Shin Hye tetap terpejam.
"Eomma..." diambang pintu Seo Hyun berdiri kaku. Dia takut ibunya menyalahkannya.
"Kapan ini kejadiannya, Jae Ri-ah?" tanya Ny Seo sama sekali tidak mempedulikan Seo Hyun, ketakutan Seo Hyun dan kondisi Shin Hye, berbanding lurus. Shin Hye menjadi seperti itu pasti ulah Seo Hyun. "Sudah berapa lama Shin Hye pingsan? Dan kenapa tidak kalian pindahkan ke atas?" Ny Seo jadi panik campur emosi. "Cha Ajhumma, kenapa kau hanya diam saja? Shin Hye anakmu bukan?" dia meraung marah.
"Mianhamidha, Samo-nim." Cha Ajhumma menghampiri sambil tidak dapat mengangkat wajah.

Untung ambulance segera datang, Shin Hye segera dibawa oleh petugas ke dalam ambulance.
"Kalian tidak boleh ada yang meninggalkan rumah ini! Kau, Seo Hyun... tetap disini. Dan kau, Cha Ajhumma, juga jangan pergi kemana pun! Aku tidak mengijinkanmu turut mengantar Shin Hye ke RS." putusnya. Jelas tidak dapat dibantah oleh siapa pun.
"Ajhussi, ayo kita ikuti 119. Cepat, Ajhussi!" Ny Seo langsung menaiki lagi mobilnya mengikuti ambulance yang berlari kencang menuju RS.

Seo Hyun gemetar mendapati kenyataan ini, ibunya nyata marah terhadapnya. Dan ia sendiri sangat ketakutan terjadi hal tidak diharapkan kepada Shin Hye. Tak terbayang nanti betapa ibunya akan memarahinya. Meski Cha Ajhumma bisa membelanya, bagaimana dengan kedua ajhumma lain yang menjadi saksi kelakuan anarkisnya. Itu yang membuatnya tidak tenang.
"Bagaimana ini, Ajhumma?" liriknya kepada Cha Ajhumma yang juga tampak gemetar. Bagaimana pun Ny Seo memergokinya yang membuat Shin Hye pingsan. Bukan siapa pun namun dirinya sendiri. Ibunya.
"Agashi cepat telepon Tuan. Katakan semua ini tidak disengaja dilakukan sebelum ibu Anda yang melaporkannya versi Nyonya." usulnya.
"Iya, benar, Ajhumma." Seo Hyun lalu mengambil ponselnya. Lalu menghubungi ayahnya.
"Yobseyo, Seo Hyun-ah." suara Tn Seo.
"Appa... ottokhe?" Seo Hyun menangis.
"Whe geudaeyo, Seo Hyun-ah? Kepana kau menangis?"
"Appa, mianhe! Aku tidak sengaja melakukannya?"
"Apa yang sudah kau lakukan?"
"Shin Hye datang ke rumah Eomma, aku sedang disini. Kami bertengkar, Appa. Aku tidak sengaja mendorongnya, perutnya kena sudut meja makan. Shin Hye pingsan, keluar darah banyak. Eomma memergoki Shin Hye sudah pingsan dilantai, dan Eomma marah. Sekarang Eomma mengantar Shin Hye ke RS. Eomma pasti mengira semua itu karena aku. Ottokheyo, Appa?" Seo Hyun terisak lagi.
"Mwoga-yo?"
"Mianheso, Appa! Aku sungguh tidak sengaja."

Di ruang UGD RS, Shin Hye mendapat pemeriksaan intensive dari tim dokter. Yang paling mereka khawatirkan adalah kondisi janinnya, namun masih ada tanda-tanda kehidupan. Kondisi yang benar-benar sulit. Bayi itu belum saatnya untuk dilahirkan jika mau dikeluarkan, namun sulit juga untuk dipertahankan di dalam kandungan sebab kondisi Shin Hye sendiri dalam keadaan koma. Benturan dan penyiksaan Seo Hyun menyebabkan terjadi perdarahan cukup serius, dan akibat tidak kuat menahan rasa sakit Shin Hye kehilangan kesadaran.

Tim dokter yang terdiri dari dokter kandungan, dokter saraf dan bedah melakukan diskusi serius untuk penanganannya. Sehingga dari diskusi itu ada beberapa opsi penanganan. Namun untuk melakukannya pihak keluargalah yang memutuskan. Dalam hal ini ayah bayi itu.
Merasa tidak bisa membuat keputusan, Ny Seo menghubungi suaminya untuk berunding. Tn Seo sendiri tidak bisa memutuskan sebab bayi itu milik Seo Hyun dan Yong Hwa. Ny Seo yang masih marah kepada putrinya akhirnya hanya menghubungi Yong Hwa, ayah janin itu.
"Yobseyo, Eommonim." Yong Hwa menjawab sapaan ibu mertuanya diujung telepon.
"Maaf, Eomma menggangu. Apa kau bisa datang ke RS sekarang, Yong Hwa-ya? Ada kabar buruk, Shin Hye masuk RS karena terjadi perdarahan. Kondisi Shin Hye sekarang dalam keadaan koma. Dan tim dokter ingin berunding dengan kalian orang tua bayi yang dikandung Shin Hye, tentang tindakan apa yang ingin kalian ambil." terang Ny Seo singkat dan jelas.

Yong Hwa malah terdiam. Apa? Shin Hye masuk RS karena perdarahan? Dan kondisinya sekarang sedang koma? Bukankah saat mau berangkat kerja tadi mereka masih bicara di telepon? Dan Shin Hye baik-baik. Malah dia mengatakan sedang sarapan sambil menjawab teleponnya itu.
"Yobseyo, Yong Hwa-ya?" ulang Ny Seo.
"Eoh, Eommonim. Tadi sebelum berangkat kerja aku masih mengobrol dengan Shin Hye, sekarang Shin Hye sedang koma karena perdarahan? Mohon maaf, apa Eommonim tidak salah memberi informasi?" Yong Hwa jelas tidak percaya.
"Nanti Eomma ceritakan kejadiannya, tapi sekarang lekaslah kau datang ke RS. Shin Hye harus segera ditolong. Kondisinya berbahaya." pinta Ny Seo mendesak.
"Apa benar Shin Hye sekarang dalam keadaan koma, Eommonim?" pekik Yong Hwa.
"Cepatlah datang, Nak! Kau tidak punya banyak waktu."
Tanpa sempat menjawab Yong Hwa lekas berdiri, menyambar coat dan kunci mobil kemudian melesat keluar.

Sambil melarikan mobilnya, air matanya menetes. Tidak, Tuhan. Jangan! Gelengnya. Jemarinya mencengkram keras setir. Apa sebenarnya yang telah terjadi? Kenapa yang mengabarkan hal ini ibu mertuanya? Apa Seo Hyun mengetahuinya? Apa ini adalah kelakuannya?
Yong Hwa lalu menyentuh monitor pada dashboard mobilnya, menekan nomer kontak Seo Hyun. Tidak lama terdengar sahutan dari telepon genggam Seo Hyun.
"Yobseyo, Oppa." suara Seo Hyun tidak bisa diterka, sedikit gemetar tapi juga kencang.
"Eodiga jigeum?"
"Aku di rumah Eomma, apa Oppa sedang di kantor?"
"Kau sedang apa dirumah Eommonim?" Yong Hwa mulai curiga. Seo Hyun sedang di rumah mertuanya, semula ia kira Seo Hyun berada di rumah mereka atau di kantornya atau malah di RS.
"Eoh, aku sedang berkunjung ke rumah Eomma." suara Seo Hyun agak gugup.
"Nde. Geuno." Yong Hwa segera memutus sambungan teleponnya.

Apa Seo Hyun tidak tahu apa-apa makanya tidak berada di RS? Apa Eommonim tidak memberitahunya bahwa Shin Hye di RS? Tidak mungkin. Ini membingungkan, jika tindakan kepada Shin Hye menunggu keputusan orang tua bayi yang dikandung Shin Hye, harusnya Seo Hyun pun berada di RS. Kecuali, Seo Hyun-lah yang menyebabkan Shin Hye mengalami perdarahan itu. Dan ibu mertuanya mengetahui lalu marah kepada Seo Hyun dan melarangnya untuk turut ke RS.
Yong Hwa menginjak pedal rem lebih kuat, ia ingin segera tahu kebenarannya. Apa sesungguhnya yang telah terjadi kepada Shin Hye hingga harus mengalami semua ini?
💰

Dihadapan dokter Yong Hwa tidak bisa bicara, ia hanya duduk lemas sambil menunduk. Ibu mertuanya sudah menjelaskan kepada dokter bagaimana posisi janin yang dikandung Shin Hye, adalah bayi tabung dari benih Yong Hwa dan Seo Hyun. Tapi keputusan Seo Hyun diwakili olehnya.
"Mungkin Anda bisa kehilangan bayi Anda, Tuan. Kita mengeluarkannya untuk menyelamatkan ibunya. Namun jika mendengar kronologi keberadaan bayi ini, bisa coba dipertahankan sampai kondisinya kuat untuk dikeluarkan, tapi resikonya ibunya akan mengalami keadaan ini lebih lama." jelas dokter.
"Aku mengikuti apa yang terbaik menurut dokter." putus Yong Hwa akhirnya. Keduanya bukan pilihan, sebab ia tidak mau kehilangan bayinya terlebih kehilangan Shin Hye.
"Bagi kami pun ini dilema, karena tentu saja kami ingin keduanya selamat. Namun jika melihat progress, mengeluarkan bayi lebih progresif. Sebab mengambil penyebab utama sang ibu kehilangan kesadaran, atau mengatasi permasalahan utama." lanjut dokter.
"Lakukan yang terbaik padanya, dokter!" pinta Yong Hwa dengan mata yang berkaca.
"Kalau begitu kami akan segera melakukan pembedahan untuk mengeluarkan bayi Ny Park. Tolong Tuan tanda-tangani berkas ijin tindakannya."
Yong Hwa mengangguk sambil mengusap kelopak matanya. Tn Seo mengelus pundak Yong Hwa memberinya support. Berat, teramat berat! Tapi tetap harus membuat keputusan.

Bersambung...

BELAHAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang