Middle Of The Night | Bagian Dua Puluh Satu - Slow Hands

6.1K 165 2
                                    

📎📎📎

" Benar kataku, seharusnya aku saja yang terluka. "

📎📎📎

KESEIMBANGAN tubuhnya pun, mulai tidak stabil kembali. Ia rapuh, bahkan sangat rapuh. Kakinya bergetar hebat, dan ia hampir terjatuh kelantai.

Demian dengan sigap menahan tubuh Pricillia dengan kedua tangannya, tubuhnya menahan keseimbangan keduanya agara tidak terjatuh bersamaan.

Manik - manik keduanya, bertemu satu sama lain. Yang membuat Demian kehilangan konsentrasinya sejenak untuk menahan tubuh keduanya.

Mereka terjatuh.

Terjatuh diatas sebuah permadani berbentuk angsa berwarna putih, tubuh mungil Pricillia telah terkunci oleh tubuh Demian. Walaupun tubuh mereka sama-sama kecil, Demian jauh lebih kuat daripada dirinya.

Lantunan musik klasik, pun tiba-tiba menyala yang membuat merinding seketika. Pricillia memejamkan matanya, hatinya berkomat-kamit tidak jelas.

Ternyata, oh ternyata...

Tempat semegah ini, masih mencium berbau mistis? Menyeramkan.

Musik itu, jauh lebih keras daripada sebelumnya. Demian pun mulai menikmatinya, ia mulai beraksi seperti apa yang dirinya fikirkan selama ini dengan wanita barunya.

Tubuh Pricillia lebih bergetar daripada sebelumnya, tangannya mengulurkan kebagian pinggul belakang Demian. Dan... musik klasik itu berhenti?

Demian mendesah, " Biarkan musiknya berjalan nona, agar kita lebih menikmatinya? "

Pricillia mendongak, membuang tubuh Demian jauh-jauh dari tubuhnya yang sangat suci itu. " Kau, bajingan! " gertak Pricillia, terhadap Demian.

Acuh tidak acuh, Demian tidak mengurubisnya. Ia mengambil tubuh Pricillia kembali terhadap dekapannya.

Tangannya agresif terhadap wanitanya, ia meraba-raba keseluruh tubuh wanitanya, dan ia menciumnya dengan kasar.

Nafas wanitanya terengah-engah, " Hentikan, aku mohon..." sambil mendorong tubuh Demian. Air matanya lolos, dari bola matanya. Tidak kuasa untuk menahannya, Pricillia berlari untuk mencari kamar mandi untuk menenangkan dirinya sekejap.

📎📎📎

Didalam perjalanan menuju Los Angeles memanglah tidak dekat, Britney yang setia mendampingi Durya untuk berpergian meetingnya.

Perjalan meeting memang tidak asing bagi keduanya, hanya pasangannya yang berbeda. Sepeti Britney selalu menemani Demian, Durya yang selalu di dampingi sekretarisnya.

Klasik, percampuran yang berbeda dari keduanya.

Sesekali Britney, melihat kebawah untuk memandangi keindahan kota New York dari kejauhan beberibu kaki dari ketinggian berada.

" Kau sepertinya tidak nyaman dalam perjalanan ini? " tanya Durya, terhadap Britney yang memecahkan keheningan.

Britney menoleh terhadap Durya, Durya seperti ayahnya yang telah meninggal dunia, hanya dirinya Durya bukanlah Dornan ayah kandungnya.

" No, Sir! "

Durya menaikkan alis kirinya keatas, Ya Tuhan... mereka sangatlah serupa, andaikan saja Durya kembarannya Demian. Pasti dirinya akan jatuh cinta sepenuh hati terhadap Durya, bukanlah untuk Demian.

" Really? "

" Yes, Sir! "

📎📎📎

Love, Quennu Taggart

Middle Of The Night ✔ ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang