Tuhan akankah waktu itu akan terulang
Dimana aku bisa menyaksikan senyumnya
Dimana aku bisa bercerita dengannya
Memegang lembut tangannyaBelum ada kata yang terucap dari mulutku
Rasa cinta ini belum sempat tersampaikan
Rindu ini belum sempat aku titipkan
Entah harus disampaikan dan dititipkan
Atau harus aku telan sendiri merasakan getirnya cinta yang tak terungkapMerasakan rasa yang dirasa terpenjara oleh waktu dan ketakutan
Telah mengoyak jiwa batin
Meruntuhkan tubuh yang tlah rapuh dimakan rayap- rayap ketakutan
Memenjarakan pikiran dalam harapan
Mendiamkan diri dalam kebisuan
Menyendiri dalam keterasingan
Melihat dalam kepura- puraanOh Tuhan, jangan jauhkan aku dengannya
Agar mata ini senantiasa memandangnya
Walau tak memiliki
Bukan luka tertusuk belati yang paling menyakitkan
Tetapi luka yang disebabkan perpisahanMemilikimu adalah hal yang tersulit bagiku
Banyak orang yang bercerita tentangmu
Kehidupan yang mewah dan glamor
Berbanding terbalik dengankuAku seperti air dan kau seperti minyak
Walau ada dalam ruang yang sama
Tetapi kita sulit menyatuPerbedaan itu nyata kehadirannya
Keberadaannya akan selalu ada
Selama Tuhan masih ada
Selama itu juga perbedaan itu akan tetap adaSudah cukup!
Akan aku racun harapan itu
Biarkan tempat itu, kursi cantik itu, menjadi saksi bisu
Aku pernah jatuh hati padamu
Akan aku ingat dan aku kenang
Syair ini sebagai pengingatku
Selama bumi ada, selama itu pula
Aku ada dalam syair ini.Selasa, 08.09.2015 ( 17.26’ WIB )
Posko KKN Ds, Sumberjaya Tempuran Karawang
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabda Semesta
PoesíaSabda Semesta merupakan kumpulan puisi tentang kehidupan yang berdasarkan pada femomena sosial yan terjadi dan dapat dirasakan oleh penulis, selain kritik sosial, Sabda Semesta ini berisi puisi tentang persahabatan dan cinta.