Nana menidurkan kepalanya di atas meja belajar yang ada di dalam kamarnya. Gadis itu terdiam, merenungkan setiap ucapan yang di lontarkan pak Yoongi tadi. Dia berfikir, benarkah selama ini dia sudah membebankan gurunya itu? Menjadikan kesulitan seseorang untuk kebahagiaannya sendiri?
Dia menyadari kebodohannya setelah apa yang ia jalani selama ini dengan pak Yoongi. 5 bulan bukan waktu yang singkat untuknya, mengingat bahwa itu adalah kali pertama ia menjalani hubungan dengan seorang pria.
Ia benci, bahwa ia sudah bertindak gegabah hanya untuk urusan hatinya. Kenapa waktu itu dia tidak menolak pak Yoongi saja? Malah diam dan bercerita ke teman-temannya.
Ia bodoh. Tak mempelajari dasar menjalin hubungan yang seharusnya dua insan itu saling membahagiakan. Bukannya malah satu orang bahagia, dan satu lagi terbebani.
Tapi, kenapa pak Yoongi tak berkata begitu sejak lama? Apakah karena pria itu kasihan padanya?
Semua pertanyaan konyol mulai memenuhi otak gadis itu. Ia sungguh sedih dengan keadaannya sekarang. Hubungan yang tak jelas, dan tak ada kelanjutannya seperti ini.
Dia ingin bercerita, tapi ia takut salah bertindak lagi. Mengingat sifat Nana yang selalu mengikuti pendapat orang lain, bukannya mempercayai hati kecilnya sendiri.
Ya, itulaha Nana Jae. Bodoh!
"Hiks.." (sumpah gue bingung suara isakan tangis harus di tulis kek gimana)
Gadis itu terisak dalam diam. Merasakan pahitnya cinta di bawah pijaran lampu belajarnya. Dia ingin sekali menanyakan kabar pria itu seperti biasa, tapi mengingat kondisi hubungannya sedang seperti ini, ia jadi merasa ragu.
Bolehkah ia melakukan itu?
Suara pintu kamar gadis itu tiba-tiba berbunyi. Memperlihatkan 2 sosok manusia laknat yang tengah melongok ke dalam kamar Nana.
"Suuut.. suuut.. cewek,"panggil salah satu dari mereka dengan pelan yang tak di gubris olehnya.
"Woi tai!"ucap satunya lagi yang hanya di diami oleh Nana.
"Yeee anju."ucap kesal pria pertama sembari masuk ke dalam kamar. Mereka berjalan menghampiri Nana yang tengah membelakanginya.
"Nana Nana main yuk,"ucap salah satu diantara mereka.
"Ripat Ripat main yuk,"ucap yang disamping pria tadi.
"Woi anjing! Bapak gue itu."ucap pria pertama tak terima.
"Yee gak seneng aja sih lo! Sebel deh inces."
"Gue pukul lo ya Niel sekali lagi saying gitu."
"Ish biarin aja sih bang. Gue ini yang saying, kok jadi lo yang angry."
"Gak like gue! Kenapa, gak suka lo?"
"Enggak! Lo gak menarik soalnya dimata gue."
"Najis!"
"Jijik goblok."
"Ewh!"
Nana menghembuskan nafasnya pelan mendengarkan perkelahian antara abang dan sepupunya itu yang entah kapan bisa bersikap dewasa.
Biasanya, gadis itu akan berceloteh panjang x lebar kalau dua manusia laknat itu sudah bertengkar di dalam kamarnya. Apa lagi hanya masalah sepele dan tak jelas.
"Na lo kenapa diem aja?"tanya Niel khawatir sembari menggoyangkan tangan Nana.
"Diem Niel,"jawab Nana pelan.
"Adek abang kenapa? Sepertinya tidak bersemangat sekali. Biasanya juga lo ngamuk Na kalo liat kita disini,"ucap bang Henry.
"Gpp bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku? - Min Yoongi
FanfictionPutih?✔ Ganteng?✔ Pendek?✔ Tapi... Dia guru mu atau suamimu? ✔✔