"IFY...!!!" teriak iel. Tanpa pikir panjang, Iel langsung meniti atap dengan cepat, melompati balkon kamarnya dengan sigap, dan langsung berlari ke bawah secepat yang ia bisa untuk segera menyusul ify yang sudah jatuh ke halaman rumah.
'Ya tuhan.. semoga ify ga kenapa-kenapa...' doa iel dalam hatinya. Hatinya sekarang benar-benar dipenuhi sesal dan kekhawatiran yang mendalam. Dia tak sanggup membayangkan apa yang tengah terjadi dengan ify sekarang. Baru beberapa menit yang lalu ify menghiburnya. Baru beberapa menit yang lalu bersenda gurau denganya. Baru beberapa menit yang lalu keceriaan menyelimuti mereka. Tapi kenapa keadaan begitu cepat berubah? Andai suatu hal yang buruk terjadi padanya, dia takkan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Tak perlu waktu lama, iel telah berada di halaman rumahnya. dengan penuh kepanikan, iel mencari ify dalam keremangan malam itu.
"ify!!" teriak iel. Tak jauh dari sana, iel tiba-tiba mendengar rintihan dari semak-semak dan tumbuhan yang tumbuh di taman halaman rumah itu. Iel segera mendekat kesana, dan disana dia dapati ify yang tampak sedang dengan susah payah mengeluarkan kakinya dari rimbunan tanaman. Melihat itu, sesaat iel bisa bernafas sedikit lebih lega karena ify jatuh tepat di atas tanaman di halaman rumah iel, dan itu membuat tubuhnya tak langsung menghantam keras tanah saat terjatuh.
"ify!! Loe gak papa kan? Ada yang luka? Patah-patah? yang mana yang sakit??" tanya iel dengan kepanikan plus perhatian ekstra. Ify tak menjawab, hanya terus meringis kesakitan sambil memegangi tangannya.
"aww!! pelan-pelan yel..." rintih ify saat iel dengan kepanikannya memeriksa tangan ify.
"sori.. sori... gue cuma khawatir aja... Tangan loe sakit banget ya? kayanya lukanya rada parah deh..." kata iel saat melihat lengan baju ify yang berlengan panjang itu sudah agak robek dan banyak merembeskan noda merah darah pekat.
"iya... Kena batu itu tadi pas jatuh..." lirih ify. Memang di dekat sana ada sebuah batu besar sebagai penghias taman itu. Sesaat iel tampak tertengun melihat luka-luka ify. Selain luka di tangannya itu, masih ada beberapa luka gores dll di tangan dan kakinya. Tapi dia tak lama berselang langsung kembali tersadar.
"Kita obatin ke dalam yok..." ajak iel sambil membantu ify berdiri lalu mepapah ify untuk berjalan. Iel lalu mendudukkan ify di kursi teras, dan bergegas masuk ke dalam mengambil obat-obatan untuk kemudian mengobati luka-luka ify itu. Setelah beberapa waktu kemudian, iel telah selesai mengobati luka-luka ify.
"nah, udah agak mendingan..." kata iel setelah selesai mengobati luka-luka ify dan memperban luka di tangan ify.
"thx ya yel..." kata ify sambil tersenyum tipis ke iel, "kalau gitu gue pulang sekarang deh..." sambung ify sambil kemudian berusaha berdiri dari kursinya. Dia tampak begitu goyah saat berdiri karena kakinya masih begitu lemah akibat lukanya itu.
"loe masih bisa jalan apa nggak sih?" tanya iel penuh perhatian.
"masih bisa kok..." jawab ify sambil berjalan sendiri dengan tertatih-tatih. Iel terdiam sesaat memperhatikan ify yang sudah melangkah. Lalu dia segera menyusul ify.
"fy tunggu!" kata iel.
"naik.. Biar gue gendong..." kata iel kemudian sambil berjongkok di depan ify. Ify terpaku melihat iel. Merasa ify tak bergerak, iel menatap tajam ify, lalu kembali berucap.
"loe mau nyampe di rumah loe jam berapa? kalau loe jalan lelet kaya gitu, subuh baru nyampe tuh... Ayo naik!!" kata iel lagi. dengan sedikit ragu, ify akhirnya menuruti iel. Iel pun langsung dengan sigap menggendong ify, dan mulai berjalan menuju rumah ify.
"fy sori ya.. Seharusnya gue ga biarin loe ikut-ikutan naik atap tadi..." kata iel di tengah perjalanan mereka.
"gak papa kok yel..." lirih ify.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
Teen FictionPROMISE Karya : Tri Mustikawaty NOTE : Tulisan ini murni milik Tri Mustikawaty. Tidak ada penambahan, perubahan atau pengurangan huruf sama sekali. Jika ada kesalahan dalam penulisan dan sebagainya maka itu murni dari sang pengarang. Kami tidak akan...