Niat zahra dan angel yang ingin mencari ify untuk bisa menghiburnya dari kegundahan hatinya, sepertinya benar-benar dimudahkan oleh-Nya. Mereka tak memerlukan waktu yang lama untuk bisa menemukan keberadaan ify. Tampak di sudut taman sekolah, dibalik pohon besar, mereka bisa melihat ify duduk sendirian disana, tengah asyik bermain-main dengan seekor kucing dipangkuannya. Pelan-pelan zahra dan angel mendekatinya dari arah belakang ify. Terdengar sayup suara pelan ify.
"manis... Kenapa gak ada yang mau ngertiin gue? Gue harus ngapain lagi biar temen-temen gue mau percaya lagi sama gue..." lirih ify yang seolah-olah berbicara pada kucing yang ada di pangkuannya itu. Ada nada kegundahan dan keputusasaan yang terdengar disana. Kucing dipangkuannya mengeyong pelan, entah ingin menyahuti perkataan ify, atau hanya sekedar mengeyong sebagai bentuk rasa berterima kasihnya atas perlakuan lembut ify yang tengah membelai tubuhnya dengan kasih sayang itu. Zahra dan angel yang melihat itu dari belakang, hanya bisa saling menatap dalam keheningan, lalu kembali menatap ify dengan pandangan penuh keibaan. Perlahan mereka berdua menghampiri ify dan menegurnya.
"fy..." sapa zahra sembari menyentuh pundak ify pelan. Ify sedikit tersentak kaget dan sontak berpaling untuk melihat siapa yang tlah menyapanya itu. Setelah tahu itu zahra dan angel, ify langsung membuang mukanya, berusaha untuk menutupi kesedihan yang terpancar dari wajahnya.
"fy loe ga papa kan?" tanya zahra lagi. Ify hanya diam, masih membuang wajahnya dari tatapan zahra dan angel, dan menatap hampa ke arah lain. Melihat kebisuan ify itu, Zahra dan angel hanya bisa saling pandang dan menghela nafas. Lalu mereka segera duduk di samping ify.
"fy, maaf ya, mungkin kalau gue ga maksa loe ketemu sama dayat dulu, mungkin ga bakal kejadian hal kaya gini sama loe..." kata zahra. Ify sesaat melirik ke arah zahra, sebelum kemudian ia kembali menundukkan wajahnya. Dari kontak mata yang sesaat itu, Zahra sudah bisa langsung menangkap sorot tatapan mata sayu dan kehampaan ify yang tampak terpuruk dalam kesedihannya yang mendalam. Hati zahra semakin merasa tak enak.
"harusnya gue gak maksa loe waktu itu... ini salah gue... Sori fy..." tutur zahra lagi, masih dengan menatap lekat ify. Sekilas ia bisa melihat seberkas senyum yang terukir tipis di sudut bibir ify walau terkesan begitu teramat pahit. Ia lalu menggeleng pelan.
"bukan salah loe kok ra, emang udah seharusnya gue ngelakuin itu" kata ify akhirnya, walau masih tanpa memandang zahra. Lalu ia kembali terdiam dan kembali membelai-belai kucing dipangkuannya.
Seekor kupu-kupu terbang rendah melintas di depan matanya. Pandangan Ify tanpa sadar, mengekor kupu-kupu yang terbang mengitari bunga-bunga, dengan begitu lepas, begitu bebas. Perlahan ia menghela nafas beratnya. Andai saja hatinya bisa selepas kupu-kupu itu. Ringan tanpa beban... pasti tak akan terasa begitu menyesakkan seperti sekarang... andai saja....
Lamunannya sedikit tersentak saat kucing dipangkuannya tiba-tiba melompat dari pangkuannya, mengejar sang kupu-kupu yang terbang rendah tadi. Setelah kucing itu pergi, ify kembali terdiam, kini ia menatap nanar lambayan dedaunan pepohonan disekitarnya yang bergerak-gerak lemah di tiup hembusan angin. Bergoyang diombang-ambing angin hingga akhirnya terlepas dari tangkainya, tak kuat melawan hembusan angin itu. Lalu ia jatuh ke tanah dengan tak berdaya... Persis seperti dirinya kini... tak berdaya....
Dan di sisi ify, Zahra sudah bisa sedikit bernapas lebih lega. Ia senang ify tak marah dan menyalahkan dirinya. Tapi masih ada sebersit rasa mengganjal di hatinya. Ia ingin gadis ini bisa tersenyum, tapi apa yang harus ia katakan lagi? Apa yang harus ia lakukan? Ia sendiri merasa bingung, dan akhirnya hanya bisa terdiam seperti ify. Sedangkan Angel yang duduk di depan ify, mendengar perkataan zahra tadi, dan sambutan ify atas kehadiran mereka, semakin membuatnya aneh. Ia tampak terlihat duduk semakin gelisah dan tak tenang. Ada yang juga ikut mengganjal di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
Fiksi RemajaPROMISE Karya : Tri Mustikawaty NOTE : Tulisan ini murni milik Tri Mustikawaty. Tidak ada penambahan, perubahan atau pengurangan huruf sama sekali. Jika ada kesalahan dalam penulisan dan sebagainya maka itu murni dari sang pengarang. Kami tidak akan...