Salahkah... Aku terlalu cinta...
Berharap semua kan kembali....
Kau buang aku.. Tinggalkan diriku...
Kau hancurkan aku... Seakan ku tak pernah ada...
Akukan bertahan... Meski takkan mungkin...
Menerjang kisahnya.. Walau perih...
Walau perih....
Lagu milik vierra itu terus mengalir pelan di kesunyian kamar itu. Harmoni-harmoni yang mengalun, mengiringi bait-bait lagu yang penuh kepedihan itu, seolah-olah juga turut menggambarkan kepedihan hati yang tertanam dari satu-satunya kehidupan yang ada disana. Hati milik seorang gadis, yang baru saja disisihkan oleh sahabat-sahabatnya sendiri. Hati milik seorang gadis bernama Ify.
Ify terus terdiam, tak bergeming, dalam kesunyian dan keremangan kamarnya. Kamar itu hanya disinari sebuah lampu tidur yang berpedar lemah. Ia duduk, bersandar lemah pada sisi tempat tidurnya sambil mendekap kedua lututnya dalam pelukannya. Matanya kosong, menerawang ke arah jendela kamar yang setengah terbuka, tepat di hadapannya. Jendela kamar yang dibiarkan terbuka itu membuat angin malam dapat dengan sesukanya menerobos masuk. Melambaikan tirai, mengoyangkan hiasan bertuliskan I-F-Y yang tergantung di jendela itu dan membuatnya bergerak-gerak dan mendetingkan lonceng yang teruntai di ujungnya. Bergerincing pelan, mengusik keheningan kamar itu.
Tapi tampaknya, dinginnya angin malam yang menusuk, serta suara pelan dari lonceng itu tak sedikitpun mampu mengusik kebisuan gadis itu. Gangguan kecil itu tak akan sanggup mengalihkan pikirannya dari keresahan yang menggelayuti hati dan pikirannya. Bahkan keadaan dirinya sekarang pun ikut terabaikan karenanya. Dirinya tampak begitu berantakan. Wajahnya yang begitu sendu itu tampak mengguratkan keletihan. Mata sayunya juga tampak bengkak karena air matanya yang terus mengalir sejak tadi siang. Tak ada sinar cemerlang yang selalu bersinar di kedua bola mata indah itu. Hanya sinar kepedihan, kekecewaan, dan penyesalan...
Kenapa mereka tak sedikit pun memberinya kesempatan untuk menjelaskan? Kenapa mereka dengan mudahnya menghakimi dirinya? Apakah foto itu telah menghapus begitu saja dengan mudahnya segala kenangan mereka? Menghancurkan segala hal yang tlah lama diuntai, yang tlah lama mereka rangkai dengan indah? Apa hanya karena foto itu, semua ini harus berakhir? Hanya karena foto itu...
Bulir-bulir hangat itu kembali mengalir pelan mengikuti lekuk wajahnya, bagai aliran sungai yang mengalir mengikuti arusnya, tanpa bisa menentang. Dirinya tau, apa yang terus menggerogoti pikiran di benaknya itu akan terus membuat hatinya terluka. Tapi, apa yang bisa dirinya lakukan? Dirinya sama seperti aliran air matanya yang mengalir lemah itu. Tak bisa menahan, tak bisa menentang, tak bisa mengingkari.
Foto itu... Siapa yang tlah membongkarnya? Siapa? Hanya dirinya, iel dan sion yang tau. Apakah salah satu dari mereka? Tapi untuk apa? Untuk melihat dirinya hancur seperti ini?
Sesaat dirinya teringat ucapan iel saat mereka terakhir kali bertemu di perpus...
"gue cuma lagi nikmatin kebersamaan gue sama loe kok fy.... Karena habis ini kayaknya gue ga bakal lagi bisa deket sama loe kayak sekarang... Mulai besok keadaan udah kembali seperti dulu lagi... Mungkin gue harus mulai membiasakan diri gue lagi berantem sama loe dan anak-anak gank gaul kayak dulu...hehe...."
Sebersit pikiran negatif sekelebat melintas dibenaknya. Tapi Ify segera menggelengkan kepalanya dan memejamkan matanya, mencoba segera menepis pikiran itu. Dalam hatinya, dia benar-benar tak berharap itu benar. Sekali lagi ia menggelengkan kepalanya untuk mengusir jauh angannya itu. Dia tak ingin memikirkan itu lagi sekarang. Itu bukanlah hal yang terpenting untuknya sekarang. Teman-temannya. Itu lebih penting. Jauh lebih penting untuk dipikirkan baginya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
Teen FictionPROMISE Karya : Tri Mustikawaty NOTE : Tulisan ini murni milik Tri Mustikawaty. Tidak ada penambahan, perubahan atau pengurangan huruf sama sekali. Jika ada kesalahan dalam penulisan dan sebagainya maka itu murni dari sang pengarang. Kami tidak akan...