PROMISE - Part 27: Di Luar Nalar

280 13 0
                                    

"gabriel mendapat nilai...." pak hanny menggantung kata-katanya sesaat sambil memandang pekat iel. Iel juga memandang pak hanny dengan hati berdebar. Ify di bangkunya masih saja menutup matanya, terus berdoa.

"...68..." kata pak hanny saat menyerahkan kertas ujian ke iel.

Hati iel langsung menelocos. 'Cuma tinggal 2 angka lagi gue bakal berhasil, tapi... Nilai gue ga nyampe 7, gue sudah gagal mengapainya... Ya Tuhan... kenapa...' iel benar-benar tak habis pikir. Segala sesal, ketidakpercayaan, kekecewaan yang mendalam, semua sekarang benar-benar berkecamuk, memenuhi diri iel. Ify yang mendengar hasil ujian iel langsung membuka matanya, dan menatap nanar ke arah iel dan pak hanny. Pak hanny yang sempat melirik ke arahnya hanya tersenyum tipis. Dia pun langsung tersandar dikursinya, menunduk kecewa. Iel lalu mengambil kertas hasil ujiannya dengan lesu.

Saat dia kembali ke bangkunya, dia sempat saling pandang dengan ify. dari tatapannya, tersirat penyesalan yang sangat mendalam dari pancaran mata iel. Ify hanya menganguk pelan, mencoba menerima apa yang sudah terjadi. mereka sudah usaha semaksimal mungkin. Dia sudah pasrah nilai tugasnya bakal di anggap nol sama pak hanny karena iel ga berhasil memenuhi target.

"kenapa ga semangat gitu bro?? Ga senang loe??" tanya riko saat iel melewati mejanya.

"hmm..."

"kenapa?? Biasanya loe dapat nilai setengah dari nilai loe sekarang juga senang-senang aja, tapi kenapa sekarang dapat nilai rada bagusan jadi lesu gini??" kata sion yang duduk di sebelah samping.

"gak papa kok..." jawab iel lesu. Lalu dia menghempaskan dirinya di bangkunya. beberapa saat dia terdiam duduk di bangkunya. Dia kembali menatap lembar ujiannya, setengah berharap kalau nilai yang tertera di kertasnya itu tak seperti nilai yang dia dengar dari ucapan pak hanny tadi. Berharap dia tadi telah salah dengar. Berharap nilai dikertasnya berubah.

Tapi setelah sekian menit melototin nilainya itu, dia akhirnya bisa menyadari kalau itu hanya angan-angan belaka. Nilai 68 di kertasnya tak akan pernah berubah sedikitpun. Dia sadar, itu suatu hal yang mustahil. Itulah kenyataan yang harus dia hadapi. Sesaat kemudian, dia melirik ke arah bangku ify didepan. Dia melihat ify yang nampak masih tertunduk lesu di bangkunya. Diam-diam iel lalu mengeluarkan Hpnya dan menulis sebuah SMS.

--------------------------

To: ify

Fy, maaf... Sori banget gue bikin lo kecewa..

-----------------------------

From: ify

Lo ga salah, kita sudah usaha max. gue ikhlas kok

----------------------------

Iel menatap ify didepan. 'Apa benar loe bisa ikhlas fy? Apa loe rela mendapat apa yang ga seharusnya loe terima...' benak iel. Dia tampak berfikir sesaat, lalu dia kembali menuliskan sebuah SMS.

------------------------------

To: ify

ntar jangan langsung plagi, gue pengen ngomong, penting!

-----------------------------

Sesaat kemudian, iel melihat ify melirik lemah ke arahnya. Iel pun balas memandangnya dengan penuh harap. Tak lama kemudian, iel melihat anggukan pelan dari ify sebelum gadis itu kembali membaikan badannya kembali menghadap depan.

----------------------

Tett... Tettt.... Bunyi bel tanda pulang sekolah pun tlah berbunyi. anak-anak langsung berhamburan untuk pulang. Saat banyak anak-anak yang sudah keluar kelas, ify masih bertahan di kelas itu, sibuk berkutat dengan barang-barangnya yang masih berantakan.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang