Siang itu, tampak jalan perkotaan terlihat begitu padat. Mobil-mobil dan kendaraan saling berdesakkan menyusuri jalan itu. Matahari yang bersinar sangat terik seakan menambah kesumpekan dan kegerahan kepadatan kota yang tak terkendali. Tapi, di salah satu mobil yang terjebak kemacetan itu, seorang gadis tengah bertopang dagu, menyandarkan kepalanya pada kaca jendela mobil sembari memandang hampa ke jalanan yang menyajikan pemandangan semerawut itu. Walau dirinya dan mobilnya terjebak dalam kemacetan kota itu, tapi itu tidak berlaku dengan angan pikirannya. Pikirannya terbang melayang bebas, menembus ruang dan waktu tanpa bisa tertahan. Mencoba kembali menyusuri dan merunut apa saja yang tlah terjadi menimpa dirinya dalam beberapa hari itu.
Hari yang penuh pergolakan batin di hari-hari yang lalu itu tlah berlalu. Hari-hari itu mungkin hari yang takkan pernah dilupakan olehnya. Itu hari-hari yang mungkin telah mengajarkan dia banyak hal. Hari-hari yang tlah mengasah sisi kedewasaannya.
Dan sekarang, seperti hari itu, disaat dia mulai menjalani hari-hari berikutnya, dia merasa seperti menjalani hari yang lebih baru. Walau hari itu dia masih diperlakukan dengan sangat dingin oleh kedua sahabatnya, tapi setidaknya hari itu dia masih bisa bersyukur. Masih ada orang-orang baik, yang mau menerimanya dan siap menyangganya disaat ia mulai terjatuh kembali. Seperti kejadian hari itu, dimana ia memulai langkah di hari yang baru, dan ketegaran hatinya kembali diuji...
----------------- ---------------
"eh, loe liat gak tadi vi, hari ini si penghianat udah berani terang-terangan banget, dateng semobil coba sama si kunyuk itu! Ihh, gak punya malu banget sih..."
Hari itu masih pagi, tapi obrolan yang sepertinya sengaja dibuat heboh mau tak mau menarik perhatian penghuni kelas yang sudah datang, termasuk ify. Ify yang sedari masuk kelas tadi sudah memilih untuk diam duduk di bangkunya, tenggelam dalam buku pelajarannya, sontak juga mengangkat kepalanya. Dia bisa melihat sila dan via yang baru saja datang dan memasuki kelas dan melangkah menuju bangku mereka, tepat di depannya.
"siapa ya yang kemaren mohon-mohon ke kita, sumpah-sumpah ga pernah ngehianatin kita? Sekarang, ternyata..." sinis sila lagi. Lalu ia menatap tajam ify, "bener-bener bermuka dua ya loe?" lanjutnya lagi sebelum berbalik dan duduk di bangkunya.
Ify tak bereaksi dan lebih memilih untuk diam dan kembali menunduk. Ia tak mau menambah runyam masalah dengan melawan teman-temannya itu. Tapi kalau ify bisa menerima semua perlakuannya itu, ini ternyata tidak berlaku untuk dengan teman-teman lainnya. Karena tak lama setelah itu, anak-anak lain yang mengetahui betul perkara ini segera bergerak.
"eh sil, belum puas juga ya loe mojokin ify kaya gitu?! Udah gue bilang kan, Ify gak ngelakuin seperti yang kalian pikirkan! Gue jamin itu!" bentak tian yang duduk di belakang ify langsung berdiri membela sahabatnya. Sila yang mendengar itu, sontak berdiri dan berbalik menghadap tian.
"diem loe! Orang kaya loe yang juga udah terang-terangan nyebrang gabung sama anak-anak pencundang juga gak bisa di percaya lagi omongannya! Gak usah sok deh loe!" sahut sila tak kalah keras. Tian yang agak emosi sontak maju. Tapi dia tertahan tangan ify yang tiba-tiba berdiri dan menahannya pergerakannya.
"sil... mungkin loe boleh ngatain gue apa aja, tapi please... Jangan bawa temen-temen yang lain. Ini cuma masalah gue sama kalian kan?" lirih ify sembari menatap sayu sila.
"gak fy... masalah loe, masalah kita juga!" kini iel juga turun tangan, diikuti teman-temannya, lalu berdiri tepat disamping ify menghadang sila. "Emang kalau ify dan tian milih nyebrang ke pihak gue emang kenapa?! Yang musuhan sama gue dari SD kan cuma kalian berdua..." kata iel lagi.
"Jadi, kalau mereka milih bergaul dengan temen-temen yang lain, salah? Kalau mereka gak mau ikutan kalian nyari musuh juga, apa itu salah? Ada yang SALAH?!" tekan iel sambil menatap tajam sila dan juga via yang kini juga telah berdiri di belakang sila.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
Teen FictionPROMISE Karya : Tri Mustikawaty NOTE : Tulisan ini murni milik Tri Mustikawaty. Tidak ada penambahan, perubahan atau pengurangan huruf sama sekali. Jika ada kesalahan dalam penulisan dan sebagainya maka itu murni dari sang pengarang. Kami tidak akan...