Ruangan itu terasa penuh dengan ketegangan dan keresahan penghuninya. Sekarang ify dan iel sudah duduk berdampingan di sofa ruang tamu itu. Iel tampak begitu tegang dan duduk tak nyaman disana. Matanya terus saja menatap ke arah luar jendela. Disampingnya ify duduk dalam keadaan tak jauh berbeda, menunduk diam dalam kegelisahannya. Dan di depan mereka, telah duduk seorang cowo yang udah ga asing lagi buat mereka. Dia terus memandangi 2 orang didepannya dengan pandangan penuh menyelidik.
"kok bisa ada ify disini? Ngapain loe fy?" tanya cowo itu yang sudah untuk kesekian kalinya. Iel dan ify masih saja bungkam. Cowo itu masih menunggu jawaban dari keduanya.
"woy! pada ga punya mulut ya??!" sewot cowo itu kesel karena dari tadi pertanyaannya tak satupun di jawab.
"sejak kapan kalian pacaran?" tanya dia lagi. Iel dan ify kaget dan langsung mendongak ke arah cowo itu.
"kita ga pacaran!!" sahut iel dan ify bersamaan. Cowo itu sesaat memandang agak aneh ke iel ify, lalu langsung ketawa.
"hwahaha... Kompak banget sih... jadi kalau ga pacaran, ngapain loe berduaan gini? Ga mungkin kalau ga ada apa-apa... Ngapain ify ada di rumah loe yel?!" tanya cowo itu lagi masih dengan pandangan menyelidiknya.
"dia...." iel menggigit bibirnya, bingung mau gimana menjelaskannya. Iel menatap bingung ke arah ify. Ify melirik ke iel, lalu ke cowo itu, lalu balik ke iel lagi. Lalu dia menghembuskan nafas beratnya.
"udah yel, sion udah terlanjur tau hal ini, loe cerita aja..." lirih ify lemah ke iel tak lama kemudian. Ternyata cowo didepan mereka itu adalah sion. Sion yang berkunjung ke rumah iel, tanpa sengaja jadi memergoki keduannya. Dan iel ify tak bisa mengelak lagi kali ini.
"tapi fy?" lirih iel menatap dalam mata ify. Ify hanya tersenyum pahit. 'Gak papa kok...' bisik ify lagi.
Iel menghela nafas panjangnya. Sebenarnya dia tak ingin rahasianya ini diketahui orang lain. Dia tau, ini bakal membuat rahasia mereka semakin riskan untuk bocor. Apalagi ini bocor sama sion, orang yang agak sradak-sruduk kalau ngomong. Dan apabila rahasia ini sampai bocor, berarti dia udah ingkar janji ke ify karena dia udah berjanji bakal menjaga rahasia ini selama ify mau ngikutin perintah dia. Dan apabila itu sampai terjadi, dia bakal merasa bersalah banget sama ify, orang yang juga bakal jadi pihak yang paling terancam mengalami masalah besar kalau ini sampai terbongkar.
"ayo pada cerita! kalau ga, jangan salahkan gue kalau gue nganggep kalian pacaran..." sahut sion.
Iel kembali menatap tajam ke arah sion yang terus menatapnya, menunggu jawaban yang terlontar dari mulut mereka berdua. Iel kembali menghelakan nafasnya dengan sangat berat. karena melihat tak ada lagi pilihan selain jujur ke sion, iel pun mulai bercerita tentang semuanya ke sion.
"sebenarnya...." lalu iel mulai menceritakan semua kejadian yang sebenarnya ke sion, mulai dari foto-foto ify di aula dengan dayat dkk, sampai perjanjiannya dengan ify tentang posisi ify yang bersedia jadi pesuruhnya selama 1 bulan. Dan cerita itu diakhiri dengan ditunjukannya foto-foto yang jadi sumber masalah terjadinya perjanjian itu.
"waw, sampai sebegitu cintanya loe sama genk ga jelas loe itu, loe mau ngelakuin hal ini fy?? Ckckc... Salut gue..." komentar sion setelah mendengar penjelasan panjang iel sambil ngeliat foto-foto yang udah ditunjukan iel juga dari HPnya. Ify yang sedari tadi hanya mendengarkan, terus diam menunduk sambil terus memainkan jemarinya, kebiasaan yang selalu dilakukan ify untuk mengurangi kegelisannya dikala dia merasa begitu sangat gelisah seperti sekarang.
"eh, jangan-jangan loe ya fy, yang bikin sobat gue ini rada cerdasan dikit akhir-akhir ini ya? Wah loe yel, curang ga ngajak-ngajak gue..." kata sion lagi. Iel ga menjawab dan membuang pandanganya ke arah luar. Dia males meladeni sion dan membiarkan sion terus berkomentar sesuka hatinya sekarang. Sion masih terus melihat-lihat foto di HP iel itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
Fiksi RemajaPROMISE Karya : Tri Mustikawaty NOTE : Tulisan ini murni milik Tri Mustikawaty. Tidak ada penambahan, perubahan atau pengurangan huruf sama sekali. Jika ada kesalahan dalam penulisan dan sebagainya maka itu murni dari sang pengarang. Kami tidak akan...