PROMISE - Part 33: Lubang dalam Rahasia

259 14 1
                                    

"pagi..." sapa ify ramah pada seorang teman sekelasnya yang sedang menyapu, menjalankan tugas piketnya pagi itu. Anak itu tampak sedikit kaget disapa ify, orang yang selama ini dikenal sebagai orang yang agak jarang berinteraksi dengan teman-teman yang lain diluar gank gaul.

"eh.. pagi juga fy... Pagi banget datangnya fy?" jawab anak itu agak kikuk sambil membalas senyum ify. Ify tak menjawabnya dan hanya membalasnya dengan seulas senyum tipis di bibirnya, lalu melangkah memasuki kelasnya.

Ify memang datang sangat pagi hari itu. Kelas masih tampak begitu lenggang dan sepi. Hanya terdengar suara 2-3 orang teman sekelasnya yang kebetulan sedang piket, sibuk merapikan dan membereskan kelas mereka. Ify mengedarkan pandangannya ke arah bagian belakang kelas. Tak ada satupun tas tergeletak di meja-kursi yang ada di deretan belakang kelas itu, menandakan belum datangnya sang penghuni meja-meja itu. Ia menghela nafasnya. Orang yang diharapkannya telah hadir pagi itu, sepertinya belum datang. Tampaknya dia benar-benar datang terlalu pagi sepertinya. Tapi tak apalah. Karena sebuah janjilah, yang membuatnya begitu bersemangat datang sangat pagi di hari itu. Sebuah janji, yang tak lain adalah janjinya dengan iel untuk menuntaskan perjanjian mereka yang malam tadi sempat tertunda karena keabsenan iel. Dan jika diminta menunggu sebentar, itu tak akan mengurangi semangatnya itu sedikit pun.

Setelah meletakkan tasnya, dia lalu melangkahkan kakinya menuju perpustakaan sekolah. Tadi malam dia sudah SMS iel agar datang lebih pagi. Dan tempat yang dia janjikan ke iel untuk bertemu adalah tempat mangkal mereka selama ini, bagian terpojok ruang perpustakaan. Sesampainya dia di perpus, perpus juga masih tampak sepi. Syukurlah bu jihan, pustakawan di perpus itu sudah datang dan sudah memulai aktivitasnya. Setelah menyapa ramah kepada bu jihan, ify lalu mengambil sebuah buku di sebuah rak untuk dijadikan sekedar teman pengisi waktunya, kemudian ia segera menuju bagian pojok perpus itu dan duduk menunggu disana.

Waktu terus bergulir, detik demi detik, menit demi menit. Sudah lumayan lama dia menunggu. Di perpus kini sudah lumayan banyak anak-anak lain yang berkunjung, tapi tak ada satupun dari mereka adalah orang yang diharapkan ify memunculkan wajahnya di perpus itu sekarang. Iel belum juga menampakan batang hidungnya. Ify sudah berkali-kali melirik jam tangan yang melingkar ditangannya itu. Dia sudah mulai gelisah, sambil sesekali menengok ke arah pintu perpus. Jam masuk sudah akan berbunyi beberapa menit lagi. Dan ify sepertinya mulai kehabisan kesabarannya.

'Kemana ya iel??' benak ify sambil terus melirik ke arah pintu perpus. Lalu ify mencoba mengontak HP iel.

Tuttt... Tuttt... Tuttt...

Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar area.... Ify benar-benar bingung. 'Aduh... Kemana lagi tuh anak, mana gue ga tau no telepon rumah dia lagi... Jangan-jangan mau ngerjain gue lagi nih!'

Tettt... Tett... Bel tanda masuk sudah berbunyi nyaring. Langsung saja terdengar suara ramai anak-anak yang berjalan menelusuri koridor menuju kelas masing-masing untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Begitu juga anak-anak yang ada di perpus sekolah saat itu, tanpa di komandoi, satu per satu keluar dari perpus. Ify pun akhirnya mau tak mau harus turut keluar perpus, dan segera menuju ke kelasnya. Di tengah perjalanannya ke kelas, tiba-tiba ada seorang adik kelasnya yang menegurnya.

"kak ify, kakak kelas 9A kan?" tanya anak itu sopan.

"iya olivia... Kenapa?" tanya ify

"ini tadi ada yang nitip surat izin..." kata anak yang dipanggil oliv itu sambil menyerahkan sepucuk surat kepada ify.

"oh... Makasih ya..." sahut ify. Lalu ify memeriksa surat itu, dan membaca isi surat izin tersebut. Disana tertulis...

Memberitahukan bahwa anak kami, Gabriel Stevent Damanik, Kelas 9 A, tidak bisa mengikuti pelajaran pada hari ini dikerenakan...........

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang