"Jung Yeonji."
"Kenapa mendapatkanmu bisa sesulit ini?"
•••
Malam ini Jimin berada di basecamp. Tempat itu sunyi, karena tak ada siapa pun yang datang, mungkin yang lainnya sedang sibuk. Dalam diam Jimin terus memikirkan rencana untuk membuat Yeonji ingat padanya. Anehnya, dalam situasi seperti ini, jalan pikirannya lebih lambat dari biasanya.
Tak lama, pintu utama terbuka dari luar. Nampaklah sosok Jungkook. Wajahnya kusut, dengan baju kerja yang masih melekat di tubuhnya.
Jungkook memang seorang yang benar-benar giat dalam pekerjaannya. Ia bahkan merelakan masa sekolah menengah atasnya hanya untuk menjadi CEO menggantikan ayahnya. Meskipun awalnya memang karena paksaan. Tapi sepertinya Jungkook mulai bisa menerimanya.
Jimin sebenarnya tak tega melihat Jungkook kelelahan, tapi egonya lebih menguasai dirinya. Ia masih sedikit kesal karena alasan yang tak jelas.Jungkook merebahkan dirinya di samping Jimin. Mereka berdua berada di kursi sofa. Jungkook memejamkan matanya sejenak, kemudian ia berbicara pada Jimin dengan suara yang serak. "Apa kau ada masalah, hyung?"
Jimin hanya menggelengkan kepalanya, dan berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Itu hanya alasan, sungguh. Sebenarnya ia tak bisa mendiami Jungkook seperti itu. "Tidak."
"Kenapa kau lebih pendiam dari biasanya?"
Jimin menghela nafas, ia menyerah. Jungkook memang tak bisa dijadikan musuh. Entah ia yang tak bisa, atau memang itu tidak boleh terjadi. Jimin memejamkan matanya untuk sesaat. "Jungkook, aku ingin bertanya padamu."
Jungkook menegakkan badannya, dan menyilangkan kakinya. "Apa itu?"
"Gadis itu. Yang kau maksud itu Yeonji 'kan?"
Jimin menatap Jungkook dengan tatapan tenang. Sementara Jungkook terlihat membuka matanya dengan begitu lebar. Jimin yakin pasti Jungkook terkejut. Karena sebelum ia mengatakan nama gadis itu, Jimin sudah mengetahuinya lebih dulu. "Apa maksudmu-"
"Dia Jung Yeonji 'kan?" Entah kenapa Jimin seakan semakin mendesak Jungkook untuk segera menjawab pertanyaannya.
Jungkook mengusap lehernya karena gugup. "D-darimana kau tahu hyung?"
Jimin tersenyum sekilas, ia menunduk tanpa langsung membalas pertanyaan Jungkook. Dalam hati ia berkata, "Tentu saja aku tahu Yeonji."
Jimin menyandarkan punggungnya pada kursi sofa, menatap langit-langit ruangan yang sempit itu. "Aku tahu, karena kita sejak dulu sudah saling mengenal."
Jimin bisa merasakan badan Jungkook yang sedikit bergerak. Jungkook duduk menatapnya dengan tegak. Jimin sangat tahu, Jungkook itu mudah penasaran. Seperti sekarang, ia terlihat seperti meminta penjelasan.
"Kami berteman sejak kecil. Dulu kita dekat, mungkin sangat dekat. Tapi itu hanya bertahan sampai kita berumur tiga belas tahun. Setelah itu, aku pergi jauh karena ayahku."
Jungkook tak membuka suaranya untuk bertanya. Dan Jimin masih ingat, Jungkook tahu tentang hal itu. Tapi ia tak tahu fakta di balik kisah itu.
"Aku dan dia bertemu lagi, pertemuan itu sangatlah unik. Waktu itu aku menolongnya saat dompetnya diambil oleh pencuri." Jimin menghela nafas. "Tapi ini sangat diluar dugaanku. Yeonji hilang ingatan. Dan parahnya lagi, aku tak pernah tahu Yeonji pernah mengalami kecelakaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS | pjm ✔️
Fanfiction[COMPLETED] You took away the stars of my night and the sun in my day. In the end there's only clouds left in the darkness. Park Jimin dan Jung Yeonji sudah saling mengenal jauh sebelum mereka bertemu lagi. Mereka berpisah dalam waktu yang sangat la...