"Kau tahu itu rupanya?"
"Aku tahu semua tentangmu. Haha, terdengar menyeramkan bukan?"
•••
Dari jauh-jauh hari, Jimin sudah merencanakan sesuatu untuk Yeonji. Tenang saja, itu bukan rencana jahat seperti mafia-mafia di luar sana. Ia juga sudah mempertimbangkan ini pada Namjoon. Karena ia juga tahu sendiri bagaimana kerasnya bibi Yeonji. Tak mudah membawa Yeonji kemana-mana, apalagi dalam waktu yang cukup lama.
Ternyata cukup sulit. Tapi untungnya Namjoon mau membantunya. Dia yang meminta ijin pada bibi Yeonji, dengan sedikit dusta yang cukup manjur.
Hari ini, adalah saatnya. Jimin sudah mengatakan ini pada Yeonji. Awalnya Yeonji bingung. Tapi bukan Jimin jika ia tidak memaksanya. Akhirnya Yeonji mau, dan sekarang Jimin harus menjemputnya.
Sesuai permintaan Yeonji, ia tak berhenti di depan rumahnya. Mungkin hanya berjarak beberapa meter saja. Waktu terus berjalan, tapi Yeonji belum keluar. Jimin mengerti karena Yeonji pasti menunggu bibinya tidur. Karena terlalu lama menunggu, ia memilih untuk tidur beberapa menit. Perjalanan akan sangat panjang.
"Hey, Jimin-ah. Bangunlah, mau sampai kapan kita tetap diam di sini?"
Perlahan, Jimin membuka matanya. Awalnya terasa berat, tapi dengan sedikit paksaan, ia membuka kedua matanya yang terasa lengket. Yang pertama kali ia lihat adalah Yeonji yang duduk di sampingnya. "Hmm," diregangkan otot-otot tangannya yang terasa sedikt pegal karena posisi tidurnya yang kurang nyaman.
"Sudah berapa lama kau di sini?"
"Mungkin, sekitar lima belas menit yang lalu."
Setelah memastikan kedua matanya terbuka sepenuhnya, ia menyalakan mesin mobilnya. Sejenak, ia menatap Yeonji yang ternyata masih menunjukkan reflek takut ketika mesin mobil itu menyala.
Jimin tersenyum dan mengusap rambut Yeonji. "Rileks. Kau akan terbiasa dengan ini."
Yeonji hanya mengangguk, ia menyandarkan punggungnya. Jimin melihat gerak-geriknya. Tapi pandangannya tertuju pada satu benda. Ia mendekatkan badannya ke arah Yeonji. Bahkan ia bisa merasakan hembusan nafas Yeonji menerpa rambutnya. Bukan ingin melakukan hal lain, Jimin hanya memasangkan seatbelt untuk Yeonji.
Setelah terpasang, ia menjauhkan badannya dan tertawa melihat ekspresi Yeonji. "Lucu sekali," ucapnya sangat pelan. Entah Yeonji mendengarnya atau tidak.
Mobil hitamnya pun mulai melaju. Jimin sengaja melajukan mobilnya dengan kecepatan normal karena sedang ada Yeonji di sampingnya. Biasanya jika seperti ini ia akan melajukan mobilnya dengan sangat cepat agar cepat sampai.
Jimin akan membawa Yeonji ke pantai yang cukup jauh dari kota. Entah karena apa, Jimin hanya berpikir pantai mungkin tempat yang bagus untuk mereka. Yang ia pilih bukanlah pantai yang terlalu ramai. Tempat itu sepi, hanya beberapa orang yang mengetahui tempat itu. Yang lebih menguntungkan lagi adalah, saudaranya memiliki villa di sana.
Jadi ia dan Yeonji bisa menginap di sana. Tentunya, secara gratis.
Jimin tersenyum dan menyalakan radio yang mungkin bisa membuat suasana lebih terisi. Sejak tadi mereka hanya diam tanpa berbicara sama sekali. Lagu pertama dimulai, dan kebetulan Jimin tahu jelas lagu itu. Dengan sedikit bernyanyi, ia melirik Yeonji yang ternyata juga menikmati lagu itu. Yeonji menggerakkan kepala dan jari tangannya sesuai irama.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS | pjm ✔️
Fanfiction[COMPLETED] You took away the stars of my night and the sun in my day. In the end there's only clouds left in the darkness. Park Jimin dan Jung Yeonji sudah saling mengenal jauh sebelum mereka bertemu lagi. Mereka berpisah dalam waktu yang sangat la...