Aku berpikir lagi, berpikir untuk kesekian kalinya. Ini sesuatu yang sangat ajaib. Tentu saja karena aku diberikan tiga kali kesempatan untuk tetap hidup.
Bertahun-tahun yang lalu, sebuah kecelakaan menimpaku. Aku masih bisa melanjutkan hidupku, hanya saja, ingatanku sempat hilang. Dan beberapa tahun yang lalu, kecelakaan kembali menimpaku. Aku sangat bersyukur untuk kejadian yang satu ini. Karena meskipun aku mengalami pendarahan cukup hebat, kecelakaan itu tidak mengambil sesuatu dariku.
Buktinya aku masih bisa mengingat Namjoon oppa, Jungkook, Eunwoo, Jungmi, Jina eonnie, Hyera, beberapa teman Jungkook, dan juga Jimin.
Apa yang terjadi denganku setelah itu? Aku lari dari kehidupan normalku. Kenapa? Karena aku lelah dengan semua beban itu. Tak ada yang tahu aku pergi jauh.
Rambut pirang, mata biru, dan namaku yang menjadi Yeonsil. Aku sengaja melakukannya. Entah apa yang ada dipikiranku saat itu. Jika aku mengingatnya lagi, aku merasa konyol. Setelahnya, aku mulai menjalani hidupku sebagai Yeonsil.
Rasanya aneh, pada awalnya. Tapi beberapa hari aku jalani, hidupku sebagai Yeonsil tidak begitu buruk. Semuanya aku jalani dengan usahaku untuk terus menutup diri. Menutup identitasku sebagai Yeonji. Kenapa aku melakukan itu? Karena aku rasa itu lebih baik.
Tapi semuanya mulai berbeda, sejak kalimat itu terucap.
"Hiduplah bersamaku."
Yah, sejak kalimat itu terucap. Aku benar-benar melakukannya. Hidup bersama seorang Park Jimin.
Setelah ia tahu Yeonsil adalah aku, ia mengatakan itu pada paman dan bibinya, dan juga Seulki. Oh, juga dengan bibi yang berbaik hati memberikan rumahnya padaku.
"Jadi kakak akan menikah dengan Kak Jimin?"
Seulki memang aneh. Aku sempat malu dengan kalimat itu. Menikah? Entahlah. Sebenarnya itu tawaran bagus, tapi aku ragu. Aku sudah cukup dewasa, dan aku tahu pernikahan tidak semudah itu.
Beberapa hari setelah semuanya tahu bahwa aku adalah Yeonji. Aku dan Jimin memutuskan untuk kembali ke Seoul. Aku tidak bisa tinggal di rumahku lamaku. Karena rumah itu sudah terjual. Awalnya aku akan tinggal bersama Namjoon oppa, tapi Jimin menawarkan rumahnya padaku. Atau lebih tepatnya, dia memaksaku untuk tinggal di rumahnya.
Bukannya tidak mau, yang aku permasalahkan hanya Tuan dan Nyonya Park. Aku takut mereka tidak suka dengan kehadiranku. Dan yang mengejutkan terjadi setelah Tuan dan Nyonya Park pulang.
"Dia siapa Jimin?"
"Ayah, ibu, kenalkan dia Yeonji, kekasihku."
"Jung Yeonji," ucapku.
"Ini benar kekasihmu?"
Aku kira Nyonya Park tidak akan menyukaiku. Tapi nyatanya aku salah besar! Dia berbuat baik padaku. "Jika Jimin berbuat sesuatu padamu, katakan pada ibu. Biar aku hajar anak itu."
Meskipun begitu, aku merasa ada yang berbeda dengan Tuan Park. Feelingku berkata Tuan Park kurang menyukaiku. Apa karena penampilanku? Mengingat rambutku masih berwarna pirang saat itu.
Malam itu, aku memberanikan diri untuk menghampiri Tuan Park yang duduk di kursi dekat kolam renang. Awalnya suasana cukup tegang. Tapi lambat laun, aku mulai berpikir lain. Tepatnya semenjak Tuan Park memberikan senyuman kecilnya padaku.
"Aku senang Jimin membawamu kemari. Tolong perbaiki anak itu."
Jadi Tuan Park menerimaku? Jawabannya big yes!
Sebenarnya Jimin tak pernah mengatakan sesuatu yang menyatakan bahwa dia ingin menjalin hubungan lagi denganku. Tapi tiba-tiba saja kami beranggapan bahwa kami adalah sepasang kekasih. Sudahlah. Itu sudah terjadi.
Semua teman-teman terdekatku bahagia ketika melihatku muncul kembali. Memang aku sudah menghilang lama sekali. Dan juga, tidak ada yang tahu kemana aku pergi.
"Yeonji! I miss you so bad!"
"Tega sekali kau tidak datang ke acara pernikahanku dengan Hyera."
"Kau harus bertemu dengan istri dan anakku."
"Mau mampir ke perusahaanku?"
Okey. Sepertinya aku ketinggalan banyak hal beberapa tahun terakhir ini. Mulai dari Namjoon oppa yang ternyata sudah menikah dan memiliki anak, Jungkook dan Hyera yang juga sudah menikah, dan Eunwoo yang sudah memiliki perusahaan sendiri. Kalian pasti tahu apa kelanjutan kisahku dengan Jimin. Yup, Jimin melamarku. Di depan Tuan dan Nyonya Park, dan semua teman-temanku.
Tidak ada alasan bagiku untuk menolaknya.
Aku menerimanya. Kemudian kami mulai menyiapkan beberapa hal untuk hari pernikahan. Gedung, gaun, beberapa properti lain, dan juga wali untukku. Beruntungnya ayah dan ibu Namjoon oppa mau menjadi waliku untuk hari pernikahanku.
"Selamat Yeonji! Aku dan Eunwoo akan menyusulmu nanti."
"Selamat untuk kalian."
"Jadi kalian berakhir bahagia?"
"Selamat ya. Semoga kalian cepat memiliki penerus."
Mengenai penerus, sebenarnya aku tak terlalu memikirkannya. Hanya saja, Jimin. Dia seperti menuntutku untuk segera memiliki anak. Heol, jika dia yang melahirkan, aku bisa saja langsung menyetujuinya. Aku juga takut. Aku membayangkan bagaimana rasanya ketika melahirkan nanti.
Aku bahkan sampai bertanya pada istri Namjoon oppa, dan juga Nyonya Park.
"Jika nanti anak kita perempuan, aku ingin nama anak kita nanti Park Yeonsil."
"Kalau laki-laki?"
"Park Jihyun?"
Satu tahun setelah pernikahan, kami melakukannya. Dan Tuhan mengijinkanku untuk mengandung anak kita yang pertama. Pada saat itu, Jiminlah yang paling bahagia. Karena ia sangat ingin anak pertama kita perempuan. Dan doanya terjawab. Janin yang ada dalam kandunganku ternyata perempuan.
"Park Yeonsil akan lahir! Tunggu, kenapa aku menangis?"
Aku masih bisa mengingat wajah bahagia Jimin waktu itu.
Kemudian hari itu tiba. Hari dimana Yeonsil akan datang ke dunia. Dengan susah payah aku melakukan yang terbaik untuk kelahiran Yeonsil. Sakit memang, aku tak menyangka rasanya akan sesakit itu.
"Selamat datang Park Yeonsil. Ini appa, tumbuhlah menjadi anak yang baik. Jangan menyusahkan ibumu. Kau mengerti kan? Anak pintar."
Rasanya teduh sekali ketika melihat Jinmin berbicara dengan Yeonsil yang masih berwarna kemerahan. Aku juga masih mengingat air matanya yang mengalir saat Yeonsil baru saja lahir.
Semuanya berlalu begitu cepat. Tak terasa Yeonsil sudah masuk ke taman kanak-kanak. Tapi anehnya, aku merasa ada yang salah dalam diriku.
Setelah diperiksa, hasilnya, ada satu penyakit yang menghampiriku.
Dokter bilang penyakit itu bisa sembuh. Tapi setelah 3 bulan berlalu, aku tak kunjung sembuh. Justru aku semakin melemah, dan berakhir berbaring di rumah sakit.
"Aku berjanji padamu dan Yeonsil. Aku pasti akan sembuh. Aku janji."
Ada alasan mengapa aku mengucapkan janji itu. Yaitu Jimin, dan Yeonsil. Mereka berdua adalah yang terpenting bagiku saat itu. Saat aku hampir menyerah, aku berpikir ini bukanlah diriku. Aku adalah aku yang tidak mudah putus asa.
Jadi mulai hari itu, aku berusaha menepati janjiku. Walaupun itu sedikit sulit bagiku.Now I have a reason to live. That is for them. With them I live, without them I'm died.
———
dengan ini saya menyatakan DARKNESS BENAR-BENAR AKAN TUTUP CHAPTER! aye aye 😝
semoga kalian cukup puas ya dengan dua bonchap yang udah aku kasih ke kalian. walaupun ada yang belum terjawab dari epilognya. yup, tentang yeonji yg akan berakhir seperti apa.
kalo kalian suka happy ending ya anggep aja yeonji sembuh. kalo suka sad ending anggep aja yeonji hampir tidak sembuh ehe :")
kasian kalo yeonji tiada. nanti yang jadi emaknya yeonsil sapa dong?
yah kita bertemu di story lain yg akan datangg..
• D A R K N E S S •
190108[COMPLETED]
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS | pjm ✔️
Hayran Kurgu[COMPLETED] You took away the stars of my night and the sun in my day. In the end there's only clouds left in the darkness. Park Jimin dan Jung Yeonji sudah saling mengenal jauh sebelum mereka bertemu lagi. Mereka berpisah dalam waktu yang sangat la...