23 : Don't Be Mad. You Misunderstood

1.5K 287 2
                                    

"Apa kau yakin Yeonji juga menyukainya?

"Ingat. Jangan sampai kau menyesal."

•••

Jimin rasa semua yang diucapkan Yoongi itu benar. Ia memang tidak tahu apakah Yeonji menyukai pria itu atau tidak. Tapi ia rasa, akhir-akhir ini Yeonji menjadi semakin dekat dengan pria itu.

Jimin bertemu dengan pria itu saat ia telat menjemput Yeonji. Dan itu mungkin karena kebodohannya sendiri, ia membiarkan Yeonji berdua dengan pria lain. Wajar saja jika ia cemburu. Ia menyukai Yeonji sejak kecil, dan perasaan itu selalu ia jaga.

Memikirkan hal itu membuatnya merasa sedikit minder. Ia akui Eunwoo sangat tampan. Mungkin, Eunwoo lebih tampan darinya. Ia juga yakin Yeonji pasti bisa menyukai Eunwoo. Jika ia dibandingkan dengan Eunwoo, mungkin Eunwoo lebih sempurna.

Sekali lagi ia minder.

Tapi biarpun pikirannya sedang kacau, ia tetap saja mengkhawatirkan Yeonji. Gadis itu pulang dengan siapa? Apa ia akan menunggu lagi? Jika Jimin tidak menjemputnya, apa ia akan pulang dengan Eunwoo? Ah tidak, ia tidak berharap itu Eunwoo.

Jimin melirik jam tangannya. Sebentar lagi Yeonji pulang dari kantornya. Sementara ia masih bingung, jemput Yeonji atau tidak?

"Astaga, aku sudah gila!"

"Memang kau gila."

Jimin lupa ada Yoongi di sana. Semalam mereka berdua menginap di basecamp. Hanya berdua, entah kemana perginya yang lainnya. Tapi tentu saja mereka tidak tidur sekamar. Jimin ada di kamar, sementara Yoongi di kursi sofa.

"Hoam, kenapa lagi?"

Yoongi baru saja bangun dari tidurnya. Memang tadi pagi dia sudah bangun, itu pun saat matahari sudah berada di tengah langit. Kemudian ia tidur lagi dan sekarang ia baru saja bangun dari tidurnya.

"Yoongi hyung, apa aku harus menjemput Yeonji?"

Yoongi terdiam, ia menatap kedua mata Jimin dengan intens. "Kenapa kau bertanya padaku?"

Jimin hanya menggaruk rambutnya karena bingung. Kalimat Yoongi benar-benar terdengar tajam. Selama Jimin menggaruk rambutnya, Yoongi menyilangkan tangannya di depan dada. Yoongi seperti sedang menunggu jawaban darinya.

Ia bisa melihat Yoongi berjalan menuju meja di ruang tengah. Ia meraih kunci mobil milik Jimin. Yoongi kembali berjalan ke arah Jimin, namun ia berhenti dengan jarak yang cukup jauh. Ia melemparkan kunci mobil itu pada Jimin.

Jimin menangkapnya dan menatap Yoongi dengan bingung.

"Pergi."

Mungkin caranya berbicara terdengar seperti ia sedang mengusir Jimin. Tapi Jimin tahu, sebenarnya Yoongi sudah memberi jawaban atas pertanyaannya. Ya, dia menyuruh Jimin untuk pergi.

Dengan sekali anggukan, Jimin keluar dari basecamp dan menuju tempat parkir di apartemen itu. Dengan terburu-buru, ia mengemudikan mobilnya menuju kantor Jungkook sebelum jam pulang Yeonji.

Seperti biasa, ketika ia datang ke sana, suasana sudah mulai sepi. Karena para pegawai sudah bergantian pulang ke rumah mereka. Hanya ada beberapa yang tetap di sana.

Senyumnya mengembang ketika melihat Yeonji masih berdiri di depan pintu utama Jeon's Company itu. Yeonji masih menunggu kedatangan Jimin walaupun ia tahu Jimin sempat salah paham padanya. Bisa Jimin bayangkan jika tadi Yoongi tidak ada bersamanya. Mungkin Yeonji akan kecewa menunggunya, atau ia akan bersama Eunwoo lagi.

Jimin menghentikan mobilnya tepat dihadapan Yeonji, dan ia menurunkan kaca mobilnya.

"Menunggu lama?"

Ia menggelengkan kepalanya dengan senyuman tipis. "Tidak. Aku baru saja keluar."

Jimin tersenyum ke arah Yeonji, tapi ujung matanya menatap seseorang yang tengah berjalan mendekati Yeonji. Dia Eunwoo.

Eunwoo menyentuh pundak Yeonji dan menyapa Yeonji dengan begitu manis. Astaga, Jimin semakin khawatir Yeonji akan menyukai Eonwu. Jimin sendiri sadar, semenjak kedatangan Eunwoo, raut wajahnya berubah. Bagaimana tidak? Bahkan sekarang Yeonji asik mengobrol dengan Eunwoo. Jadi ia di sana, tapi tidak dianggap.

"Yeonji."

Ia menoleh dengan cepat ke arah Jimin. "Ah iya. Eunwoo, aku pulang dulu ya."

Yeonji berlari ke samping kanan mobil Jimin. Ketika ia berlari, Jimin melihat Eunwoo dengan tatapan datar. Tapi Eunwoo membalasnya dengan senyuman dan mengangkat tangan kanannya. Jimin tidak menghiraukannya.

Ketika ia mendengar pintu mobilnya sudah tertutup, ia segera menutup kaca mobilnya dan melaju meninggalkan gedung itu. Sebenarnya tadi ia ingin mengajak Yeonji makan bersama. Tapi kedatangan Eunwoo lagi-lagi membuat niatnya berantakan. Sekarang ia diam tanpa mempedulikan Yeonji di sampingnya.

Sejak tadi ia ingin membuka mulut untuk berbicara pada Yeonji, tapi entah kenapa, rasanya ada saja yang membatalkan niatnya. Ketika ia berkutat dengan pikirannya sendiri, sesuatu menyetuh lengan kanannya. Yeonji menekan-nekan jari telunjuknya dengan lucu. Jimin ingin sekali mengacak-acak rambut panjang milik Yeonji. Tapi justru yang ia lakukan hanya diam dan tidak berkutik sama sekali.

Karena tidak mendapat respon dari Jimin, Yeonji terus menekan-nekan jarinya, kali ini semakin keras.

"Jimin.. Kau marah?"

Jimin hanya menggelengkan kepalanya. Kini Yeonji menggoyangkan lengan Jimin dengan sedikit keras.

"Lalu kenapa?" Yeonji menghentikan gerakannya. "Jangan marah."

Jimin menyingkirkan tangannya. "Aku tidak marah.

Yeonji memandangi Jimin dari samping. Susah bagi Jimin untuk menahan diri. Ia sangat ingin memainkan wajah Yeonji. Gadis itu terlihat lucu baginya. Yeonji berlagak ikut marah karena Jimin cuek padanya. Dan itu membuat Jimin semakin ingin meremas wajahnya.

"Tahan Jimin tahan."

Untunglah Jimin bisa menahan dirinya sampai di depan rumah Yeonji. Ketika mobilnya sudah berhenti, Yeonji tidak segera turun. Bahkan ia belum melepas seatbelt nya. Jimin menatap Yeonji dengan tatapan datar.

Yeonji menghela nafas dan membuka tas sekolahnya. Mencari sesuatu di dalam sana, kemudian ia memberikannya pada Jimin.

"Ini, milik Seokjin oppa 'kan? Aku sudah mencucinya. Katakan padanya masakannya sangat enak."

Jimin hanya menerimanya tanpa membuka suara sama sekali. Setelah mendapat respon yang buruk dari Jimin, Yeonji melepas seatbelt nya dan membuka pintu mobil. Tapi sebelum kakinya menyentuh tanah, ia berhenti dan kembali menatap Jimin.

Jimin bingung dan hanya menatap kedua mata Yeonji. Yeonji melepaskan tangannya dari pintu mobil dan mendekat ke arah Jimin.

DARKNESS | pjm ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang