"Ya, Jung Yeonji. Sadarlah, kenapa bicaramu mulai aneh?"
"Oppa, aku ingin bibiku kembali."
•••
Jimin masih sangat hafal dengan bulan dan hari ini. Tak ada alasan baginya untuk melupakan hari penting seperti ini. Benar, hari ini adalah hari yang istimewa bagi Yeonji. Ini hari ulang tahunnya. Tapi anehnya, Jimin belum pernah merasa sebingung ini.
Biasanya, selalu ada beribu ide di otaknya yang melintas secara kebetulan. Tapi kali ini benar-benar buntu. Ia sudah menghampiri Namjoon, hanya untuk menanyakan kado apa yang cocok untuk Yeonji.
"Yeonji tak pernah meminta hadiah."
Hanya itu yang Namjoon katakan padanya. Yah, Jimin juga tahu Yeonji memang tak pernah meminta hadiah. Tapi maksudnya, ia bertanya pada Namjoon agar Namjoon mengatakan hal apa yang Yeonji suka atau Yeonji inginkan. Bukannya malah membuat pikirannya semakin buntu.
Jungkook bahkan belum tahu tanggal ulang tahun Yeonji, jika saja Jimin tidak memberitahunya. Ketika Jimin menanyakan hal yang sama, Jungkook hanya mengangkat bahunya. Dan ketika Jimin bertaya apa yang akan ia berikan."Mungkin aku akan memberinya ponsel."
Well, tak salah jika Jungkook memberi Yeonji hadiah semahal itu. Ia sangat mampu untuk membelinya, bahkan ponsel yang harganya selangit sekalipun. Untuk kebutuhan, Yeonji juga pasti sangat membutuhkan ponsel. Jadi tak ada salahnya Jungkook memberinya ponsel. Tapi masalahnya kembali kepada Jimin sekarang.
"Ayolah.. Pikirkan sesuatu, pikirkan sesuatu!" Jimin memukul-mukul kepalanya sendiri. Tapi tak ada satupun ide yang keluar. Ia tak habis pikir dengan otaknya yang selalu tak berfungsi jika diperlukan.
Saat ini ia bahkan hanya mondar-mandir di depan rumah Yeonji. Bodohnya, ia belum menyiapkan apa-apa sebelum bertemu dengan Yeonji.
Pintu rumah Yeonji terbuka. Karena terlalu sibuk dengan pikirannya, Jimin tak mendengar suara dari pintu itu. "Kau sedang apa?"
Deg
Tubuhnya menegang, pergerakannya terhenti seketika. Ia berbalik menatap Yeonji yang tengah memandanginya di ambang pintu. Dengan kikuk, Jimin menggaruk kepalanya. Ia jadi lebih bingung sekarang. "A-ah, itu.."
Jimin mendekati dan ingin menarik tangan Yeonji. Tapi sebelum ia menarik Yeonji menjauh dari rumahnya, Yeonji berhenti dan melepaskan tangannya dari genggaman Jimin.
"Sebentar."
Yeonji kembali ke pintu utama rumahnya. Ia lupa untuk mengunci pintu rumahnya dulu sebelum pergi. Setelahnya ia kembali menghampiri Jimin dengan senyuman khasnya. "Kau akan membawaku kemana?"
Jimin tersenyum ke arah Yeonji, dengan perlahan, jari-jari tangannya menyelinap ke antara jari-jari tangan Yeonji. Yeonji menundukkan kepalanya untuk melihat genggaman tangan Jimin. Jimin dan Yeonji berjalan bersama. Sengaja hari ini Jimin tak membawa mobil, karena mungkin berjalan seperti itu akan lebih.. Romantis? Entahlah, Jimin sendiri tak tahu apa yang sedang ia pikirkan.
Hingga saat ini pun, Jimin masih belum tahu hadiah apa yang harus ia berikan pada Yeonji. Karena itu ia memilih diam saja. Tak tahu lagi jika Yeonji mengira ia lupa hari ulang tahunnya.
"Jimin, kita akan kemana?"
Jimin sempat bernafas lega karena Yeonji tak menanyakan ulang tahunnya itu. "Entahlah. ikuti saja langkah kakiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS | pjm ✔️
Fanfiction[COMPLETED] You took away the stars of my night and the sun in my day. In the end there's only clouds left in the darkness. Park Jimin dan Jung Yeonji sudah saling mengenal jauh sebelum mereka bertemu lagi. Mereka berpisah dalam waktu yang sangat la...