tunggu intruksi, baru puter mulmednya yaa
——
Jimin's sideAku di sini, di atas kursi besi, dan ruangan berbau obat. Seseorang memanggil namaku dengan kencang. Aku tak menoleh, karena aku tahu dia akan datang dengan cepat. Baru setelah dia duduk di samping, aku melihat ke arahnya.
"Ada apa? Apa yang terjadi dengannya?"
Walaupun ragu, aku tetap harus mengatakan ini padanya. "Y-yeonji.. D-dia ke-celakaan."
"Apa?" balasnya dengan pergerakan mulut saja. Ia menatapku dengan dalam, mencoba menimpaku dengan ribuan pertanyaan yang berat. "Bagaimana bisa?
Aku hanya menundukkan kepalaku. "Semua karenaku lagi."
Aku menarik nafas dalam sebelum melanjutkan kalimatku, "Karena aku.. Dia mengalami hal ini lagi."
Pria itu pasti tahu apa yang kumaksud. Lantas pria itu bergerak menepuk punggungku yang mulai bergetar. Ya, aku menangis. Menangisi kebodohanku yang membuatnya seperti ini.
"Hey, kau tahu satu fakta tentang Yeonji yang sangat menarik?"
Aku hanya menggelengkan kepalaku. Kedua tanganku sibuk menyeka air mataku yang terus keluar, tapi hasilnya sama saja. Air mata itu tak bisa berhenti begitu saja.
"Dia pernah mengatakan ini padaku," pria itu terdiam untuk sesaat. "Dia bilang, kalau suatu saat nanti dia akan memberikan hidupnya pada orang yang ia cintai."
Aku tertegun. Memberikan hidupnya pada orang yang ia cintai. Kalimat itu terus terngiang dipikiranku. Seserius itukah Yeonji pada perkataannya.
"Jadi ia memang akan mengakhiri hubungannya dengan satu pengorbanan. Aku tak tahu kenapa ia bisa berpikir begitu."
Seketika kejadian beberapa waktu yang lalu kembali melintas dikepalaku.
"Aku tidak akan membencimu."
Aku tahu. Tapi aku masih merasa sangat bersalah. Haruskah kau pergi secepat ini? Justru akulah yang akan membenci diriku sendiri.
"Bukalah lembaran baru tanpaku."
Apa yang kau katakan? Aku tidak akan pernah bisa melupakan semua kenangan yang pernah kita lalui. Bagaimana bisa kau menyuruhku untuk membuka lembaran baru tanpamu?
"Lakukan semuanya dari awal. Aku akan membantumu."
Maaf, tapi aku benar-benar tidak bisa melakukannya. Itu permintaan yang terlalu sulit bagiku. Jika aku harus memulai semuanya dari awal. Harus dari manakah aku memulainya? Apa yang bisa ku lalui tanpa dirimu?
"Bahkan jika kau tidak dapat melihatku lagi."
Jangan mengatakan sesuatu yang terdengar sangat menyakitkan itu. Aku benar-benar tidak bisa jika kau pergi begitu saja.
"I'm still with you."
Kumohon jangan pergi. Bertahanlah untuk diriku. Hanya untuk diriku. Mari kita hidup bersama hingga tua nanti. Membangun sebuah keluarga kecil yang pernah kita impikan.
"In your heart."
Aku takut jika aku benar-benar tidak bisa melihatmu lagi. Aku tidak ingin itu terjadi. Aku kembali menitihkan air mata ketika detik-detik sebelum Yeonji memejamkan matanya memenuhi pikiranku saat ini.
"Dengan keluarga Nona Jung Yeonji?"
Dengan otomatis aku berdiri setelah melihat seseorang keluar dari ruangan Yeonji diperiksa. "Ya, saya."
"Bisa ikut ke ruangan saya?"
Aku mengangguk dan ingin melangkahkan kakiku setelah dokter itu berjalan. Namun Namjoon hyung menahanku. Ia menggelengkan kepalanya. "Biar aku saja."
"Tapi-."
"Menurutlah."
Aku menghela nafas panjang dan memilih untuk menuruti perintah Namjoon hyung. Ketika aku menunggu Namjoon hyung kembali, ponselku bergetar.
"Jimin, pulanglah nak. Ada sesuatu yang sangat penting!"
"Ada apa?"
"Cepatlah pulang!"
"Tidak bisa! Aku punya urusan penting saat ini."
Aku mendengar ibuku menghela nafas. "Ayahmu mendapat masalah."
Ketika ibuku selesai menceritakan semuanya, tanpa aku sadari tanganku mengenggam ponsel yang masih menempel ditelingaku dengan sangat erat. Aku mengumpat di dalam hatiku, sebelum dengan berat hati aku mengatakan. "Baiklah."
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS | pjm ✔️
Fanfiction[COMPLETED] You took away the stars of my night and the sun in my day. In the end there's only clouds left in the darkness. Park Jimin dan Jung Yeonji sudah saling mengenal jauh sebelum mereka bertemu lagi. Mereka berpisah dalam waktu yang sangat la...