4. Teman lama?(Privat)

3.7K 119 0
                                    


Author pov

Alexa masuk kedalam rumah. Ia berjalan dengan terburu buru. Penasaran dengan ucapan Shasha.

"Sha.."panggil nya.

Namun tak ada sahutan. Ia sampai di ruang tamu dan melihat siapa yang duduk membelakangi.

Alexa mendekati orang tersebut. Ketika dekat, orang itu menoleh ke arah Alexa. Alexa mematung.

"Alfi.." ucapnya pelan.

Orang yang dipanggil Alfi pun tersenyum. Ia bangkit dan memeluk tubuh Alexa yang kaku.

"Aku kangen banget sama kamu, Xa" ucapnya dengan posisi ia memeluk Alexa.

Setelah beberapa saat, Alexa mendorong tubuh Alfi supaya melepaskan pelukannya.

"Lo apa apaan sih." ucapnya ketus. Alfi hanya menghendikkan bahu. "Aku kangen sama kamu,Xa"

"Tapi sayangnya gue gak peduli. " lagi lagi suara Alexa terdengar ketus. Alfi menghela nafas pelan.

"Xa, kamu masih marah sama aku? Aku bisa jelasin semuanya. Yang aku tiba tiba pergi tinggalin kamu. Aku bisa jelasin semuanya." Alfi mencoba membujuk Alexa, namun Alexa menghindar.

"Gue Udah gak butuh penjelasan Lo lagi. Mending lo pergi dari rumah gue, sebelum gue panggilin satpam." lagi dan lagi. Alexa berbicara dengan ketus.

"Xa, aku mohon" Alexa tak memandang wajah Alfi. Ia masih terlalu kecewa dengan Alfi.

Alfi berjalan melewati Alexa yang enggan menatap wajahnya. Sepeninggal Alfi, Alexa duduk lemas. Ia mencoba untuk mengubur perasaan itu dalam dalam ketika Alfi meninggalkan nya dulu.

Ia menangis sesenggukan. "Ya Tuhan, kenapa harus seperti ini? Lexa udah buang perasaan ini, dan berhasil. Tapi kenapa ia kembali?"

Ia berhenti menangis saat seseorang menepuk pundak nya. "Udah? Gue capek denger lo nangis. Ga ada gunanya Lo tangisin dia."

Alexa bangkit dan memeluk orang itu. "Makasih, Sha. Selama ini lo yang udah nenangin gue saat perasaan gue dilema."

"Hmm" Shasha membalas pelukan itu singkat. Ia melepaskan pelukan itu. "Dengerin gue! Dia udah tinggalin lo, kalo lo masih berharap sama dia, Lo mau buang Rian kemana?"

Lexa menghapus jejak air matanya. "Lo bener. Gue harus jaga Rian supaya dia ngga ninggalin gue kayak Alfi."

Shasha mengangguk. Ia berjalan melewati Alexa menuju kamarnya dilantai dua. Ia masuk dan mengunci pintu kamarnya. Ia berjalan mengambil handuk beserta pakaian.

Ia masuk kedalam kamar mandi dan mulai mandi. Ia memikirkan perkataan Alfi tadi.

Flashback on

Shasha berlari kecil menuju rumahnya. Ia melihat wajah Alfi yang tenang tanpa beban. Ia mengangkat alis pertanda bingung.

"Lo abis ngapain didalam?" tanyanya ketus. Shasha tidak suka basa basi kepada siapapun.

"Gue? Liat aja sendiri. Kakak lo egois, dia gak mau dengerin penjelasan gue." ucapnya sinis.

Shasha semakin tidak mengerti. "Maksud lo penjelasan?" tanyanya tak mengerti, namun masih dengan suara yang ketus.

"Gue mau jelasin ke dia, Kalo gue pergi gara gara gue pindah ke Australia. Gue sekolah disana. Waktu itu gue janji bakal balik, tapi gue udah terlanjur suka disana. Jadi gue ngga balik. Dan sekarang gue baru balik." suaranya masih tenang.

"Berapa lama lo disana?" Alfi sedikit berpikir. "Waktu itu gue pindah pas kelas 2 Smp. Semester genap."

Kali ini ia menunduk. "Sesudah lo pindah, gue juga pindah. Dia merasa kesepian waktu itu. Gue rencananya mau ngajak lo balik, tapi gue lupa misi Gue waktu itu."

"Kapan lo balik dari Aussie?"

"Sekitar sebulan yang lalu. Gue juga pindah sekolah. Gue sekolah di sekolah yang sama dengan Alexa. Ya udah,Sha. Gue balik. Kapan kapan gue mampir deh."

Shasha mengangguk.

Flashback off

Jadi, itu alasan kenapa Alfi meninggalkan Alexa. Tapi kenapa Shasha tidak mengingat tentang Alfi? Siapa Alfi itu sebenarnya?

Kepalanya terasa nyut nyutan memikirkan sosok bernama Alfi. Ia keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang melekat pada dirinya.

Waktunya makan malam. Semua keluarga sudah berkumpul di meja makan. Mereka mulai memakan makanan dengan hening.

Shasha masih memikirkan perkataan Alfi tadi. Pandangan tidak fokus. Kirana yang melihat putrinya melamun pun memegang bahu Shasha.

Shasha tersentak. Ia menatap mamanya yang berada disampingnya. Mamanya tersenyum. Kirana tau sifat Shasha semenjak kembali dari Australia.

Semenjak kejadian itu Shasha berubah. Shasha berubah drastis. Ia tak sehangat dulu. "Kamu lagi mikirin apa sih sayang?"

Shasha hanya menggelengkan kan kepalanya dan melanjutkan makannya. Setelah makan malam selesai, Shasha kembali menuju kamarnya.

Ia mengerjakan soal soal yang akan dikumpulkan minggu depan. Ia mencoba melupakan perkataan Alfi dan fokus pada soal soal didepannya.

Setelah pukul sembilan malam, ia sudah menyelesaikan semua tugas untuk minggu depan. Ia mengambil buku gambar dan mulai menggambar.

Ia sangat suka menggambar entah sejak kapan ia tak tau. Pintu diketuk dan masuk lah Alexa. Alexa berjalan mendekati Shasha dan menyerahkan segelas susu.

Shasha menerima gelas itu dan menenggak nya setengah. "Lo kebiasaan ya,Sha. Dari kecil suka gambar. Susu juga lupa lo minum kalo gue gak merhatiin. Atau lo juga susah tidur sampai sekarang?"

"Hmm" Alexa memutar bola matanya.

"Oh iya, Sha. Besok gue mau keluar bareng Rian. Lo gapapa gue tinggal?" Tanya Alexa hati hati.

"Hmm" Alexa mendengus mendengar jawaban Shasha. Untung Shasha adiknya, kalau bukan mah udah di mutilasi dari dulu.

Shasha mulai merasa ngantuk. Mungkin pengaruh obatnya mulai bekerja. "Lo udah ngantuk?"

Shasha hanya mengangguk. Ia membereskan bukunya dan berjalan menuju kasurnya. Entah kenapa akhir akhir ini ia mudah mengantuk. Tidak seperti biasanya.

Alexa yang melihat itu tersenyum miris. Ia sedih melihat kondisi Shasha yang sekarang. Semenjak kejadian itu, Shasha jarang tidur tepat waktu. Paling cepat Shasha tidur pukul 2 dini hari dan ia sempat drop waktu itu.

Sejak itu, keluarga nya sepakat memberikan obat tidur kepadanya. Hanya kadang kadang saja. Mereka takut kalau Shasha akan masuk rumah sakit lagi.

Alexa bangkit untuk mendekati Shasha yang terlelap. Ia membawa gelas yang masih berisi susu itu. Ia mengusap rambut Shasha dengan sayang.

"Maafin kita, Sha. Kita sering masukkan obat tidur kedalam susu lo. Kita ga mau lo drop gara gara kurang tidur. Good night, Sha. Semoga lo bisa mimpiin orang tua kedua lo. I love you"

Alexa berjalan keluar kamar Shasha. Menurutnya kamar Shasha sangat aneh. Karena ada dua kasur didalam. Satu kasur dibawah dan satu lagi diatas.

Kamar itu juga tersedia rak buku yang ada di ruangan khusus. Shasha menggunakan ruangan itu sebagai ruangan serbaguna. Ada rak buku, lemari pakaian, lemari sepatu, galeri mini dan ada sofa beserta meja kecilnya juga.

Alexa berjalan menuju dapur dan meletakkan gelas susu ke wastafel. Ia menghela nafas untuk kesekian kalinya.

Menghawatirkan kondisi Shasha. Apakah ia bisa meninggalkan Shasha dirumah sendirian besok?

Sedangkan besok pagi kedua orang tuanya pergi keluar kota untuk mengurusi pekerjaan. Sean pasti akan pergi bersama Amanda. Dan Shasha?

Bagaimana jika ia kambuh dalam keadaan sendirian?

***

Jangan lupa vote and comment ya gaes..

Aku tunggu vote kalian. Mau follow author? Wah boleh banget tuh. Malahan pengen banget akunya.. Wkwk.. Yaudah sekian dari aku ya. Selamat membaca...

Rabu,14 Maret 2018

Natasha (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang