34. Berkunjung ke Rumah Alva

924 23 18
                                    

"Kenapa lo?" Shasha hanya melirik sekilas dan melanjutkan makan malamnya. Ia mengabaikan pertanyaan Alexa yang mencibir itu.

Alexa yang tidak mendapat respon hanya menghendikkan bahu. Ia berjalan ke arah kulkas untuk mengambil buah. Dirumah sepi, Mamanya masih di butik untuk menyelesaikan pesanan.

Papanya masih di kantor. Sedangkan Sean? Dia pasti masih berkeliaran bersama teman temannya. Shasha memakan makanannya dalam diam, dia mengabaikan kehadiran Alexa yang mengunyah apelnya didekat kulkas.

Alexa menyatap Shasha dengan pandangan menyelidik. "Lo abis tawuran kan? Gue laporin ke Papa tau rasa."

Masih tidak ada jawaban. Hingga Shasha selesai makan dan mencuci piringnya juga belum ada jawaban. Shasha mengeringkan tangannya dan beejalan meninggalkan Alexa yang mendengus.

Ponselnya berdering. Ia melihat ponselnya sebentar dan tersenyum saat mengetahui sang penelpon.

"Hallo" ucapnya antusias.

"Kamu dimana? Jalan yuk"

Senyumnya semakin lebar, ia mengiyakan ajakan orang tersebut. Siapa lagi kalau bukan Ryan sang kekasih. Ia berlari menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

"Gue mau udahan"

Laki-laki itu terdiam. Ia menoleh manatap gadis pujaannya. Ia bahkan melepaskan rangkulannya.
Gadis itu juga memperhatikan ekspresi lawan bicaranya.

"Kenapa?" tanyanya serak. Pandangannya masih kosong, ia tak percaya dengan pendengarannya.

"Gue bosen sama lo. Ketemunya kalo lagi luang aja. Sedangkan temen-temen gue ketemu setiap hari, bahkan setiap jam." Laki-laki tersebut mulai mengeratkan rahangnya.

"Cuma karena itu? Cuma karena itu lo mau putusin gue?" ucapnya datar. Matanya masih memandang gadis dihadapannya itu.

"Karena gue gak pernah cinta sama lo" ucapnya menusuk. Gadis itu berdiri, ia mengambil tas selempangnya dan meninggalkan rumah laki-laki itu.

"Sorry, Rak. Tapi gue gak mau terus bohongi perasaan gue. Gue tetep gak bisa sayang sama lo, apalagi cinta. Gue tetep sayang sama dia, walaupun dia cintanya sama yang lain." Gadis itu menyeka air matanya.

Ia berjalan dengan cepat sambil sesekali menyeka air matanya. Ia menghentikan taksi yang lewat dan menyebutkan alamat yang akan ia tuju.

Ia memikirkan kenangan bersama dia. Orang yang ia cintai, saat mereka menghabiskan waktu bersama. Tapi, ia juga merasakan luka yang disebabkan oleh orang itu. Selama beberapa tahun lelaki itu menunggu gadis yang meninggalkannya, Jane selalu menemaninya.

Bersama sama melewati hari demi hari dengan kebahagiaan. Namun setelah gadis itu kembali, ia harus dengan rela melepaskannya. Melepaskan orang yang di sayanginya. Gadis itu bahkan selalu berbohong kepada sahabatnya.

Ia mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor seseorang. "Temeni gue, Please. Magic cafe jam 8."

Kemudian menyimpan ponselnya. Ia menyebutkan alamat kafe tersebut kepada supir taksi dan membenahi wajahnya yang berantakan.

Ia tersenyum dengan rencananya untuk bertemu dengan dia.

***

Shasha berada di depan gerbang rumah Alva. Ia akan mengunjungi rumah kekasihnya, ia berjalan melewati gerbang. Gadis dengan rambut sebahu itu memencet bel sembari berharap pacarnya ada dirumah.

Ia menunggu seseorang membukakan pintu. Setelah menunggu beberapa saat, muncul seorang lelaki yang membukanya. Tapi bukan orang yang diharapkankannya. "Eh, Sha. Masuk sini, nyari Alva kan?"

Natasha (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang