35. Bucin

903 38 4
                                    

Shasha merogoh saku celananya. Ia melihat ponselnya dan melihat pesan yang dikirim oleh temannya. Ia terdiam melihat isinya, dan seketika semuanya berhenti.

Arga yang melihat itu langsung merebut ponsel Shasha. Ia melihat isi pesan itu dan langsung mengeratkan rahangnya. Ia melihat Shasha yang masih terdiam, kemudian menarik Shasha kedalam pelukannya.

Shasha hanya terdiam. Tidak ada air mata, tidak ada emosi yang meluap bahkan rasa benci. Ia hanya diam, diam melihat isi pesan tersebut.

Arga melerai pelukannya. "Masuk yuk, gue anterin pulang."

Shasha menggelengkan kepalanya. "Gue nginep ya"

Ia menatap Arga dengan pandangan memohon. Arga hanya menganggukkan kepalanya. Ia menyuruh Shasha untuk naik ke atas motornya. Melajukan motornya memasuki pekarangan rumahnya.

"Kamu dimana?"

Shasha menunggu jawaban dari Alva. Alva menghela napas pelan. "Lagi di club. Bareng Arga sama Vano juga."

Shasha duduk memperhatikan jendela. "Bareng Arga ya?"

"Iya. Kenapa sih?"

Shasha tersenyum sinis. "Udah yang keberapa, Al?"

Alva yang mendapat pertanyaan seperti itu mengerutkan alis. Ini dia yang sudah mabuk atau memang Shasha yang mabuk jus jeruk?

Seingatnya tadi Juna hanya memberi Shasha jus jeruk, tidak ada alkohol di atas meja. Dan dirumahnya juga tidak ada alkohol.

"Kamu mabuk? Aku gak ngerti kamu ngomong apa"

"Udah berapa kali kamu bohongi aku? Kamu nggak ke club bareng Arga, tapi bareng Alexa. Aku gak masalah kalo cuma bareng, tapi kamu bahkan lebih dari itu."

Alva semakin tidak mengerti. "Jus jeruk bisa buat kamu mabuk ya?"

Alva yang dasarnya memang setengah mabuk tidak berpikir dahulu ketika berceletuk. "Aku ke club bareng Jane, kenapa jadi Alexa? Aku memang liat Alexa di club, aku gak ngapa-ngapain dia. Aku gak deketin dia, aku daritadi cuma sama Jane. Nemeni dia minum, sama dengerin curhatan dia yang baru putus."

Shasha tertawa semakin sinis. Ternyata jebakannya berhasil. Alva menjawab pertanyaannya tanpa berbohong. Tapi ada hal yang disembunyikan oleh Alva.

"Kamu ada cium dia?"

"Nggak"

Jawaban Alva terlalu cepat. "Kamu sayang sama aku nggak?"

"Sayang"

"Sayang mama kamu?"

"Sayang"

"Bang Juna?"

"Sayang"

"Papa kamu?"

"Sayang"

"Janessa?"

"Sayang"

Alva tersadar. Ia buru-buru meralatnya. "Sayang karena dia sahabat aku. Percaya sama aku."

"Buat apa aku percaya? Pertama kamu bohong, kamu bilang ada urusan bareng Arga sama Vano terus kamu bilang itu waktu buat kalian. Kedua, kamu masih bohong juga. Kamu bilang gak ngapa-ngapain Jane, padahal kamu malah pelukan sama dia. Aku bener kan?"

Alva terdiam. "Kamu mata-matain aku? Seenggak percaya itu kamu sama aku?"

"Aku bukannya gak percaya. Aku selalu percaya sama kamu, tapi dari tadi kamu bohongi aku terus. Aku udah yakini diri aku sendiri masalah kamu pelukan sama Jane, bahkan-" ucapannya terputus.

Natasha (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang