3. Kafe(Privat)

4.2K 151 0
                                    

Happy Reading

Author pov

Alva menghentikan motornya didepan kafe. Ia turun dari motor dan melepas helmnya. Begitu pula dengan Shasha.

Ketika Alva memasuki kafe, Shasha menggerutu karena ia ditinggal. Ia berjalan mengikuti Alva yang berada jauh darinya.

" Lo gak lupa kan kalo bawa seseorang kesini? " Sinis Shasha. Alva nyengir tak berdosa.

"Sorry Sha. Oh iya, lo mau makan apa? Kali ini gue deh yang traktir." Shasha duduk dihadapan Alva. "Serah lo "

Alva tersenyum tipis. Ia memperhatikan wajah gadis didepannya itu. Sangat cantik.

Ia terkagum kagum dengan paras cantik didepannya. Memperhatikan dari atas kepala hingga batas meja. Rambut sebahu, wajah bulat, mata bulat, pipi chubby, bibir tipis, hidung mungil. Ia tersenyum sendiri.

Mungkin sekarang Alva sudah gila dengan gadis didepannya ini. Tapi, hampir setiap hari Shasha tak pernah tersenyum.

Ia selalu berwajah datar. Sekali lagi ia memperhatikan gadis didepannya. Shasha tampak memejamkan matanya. Ia menopang kepalanya menggunakan tangannya.

"Lo ga pesan dari tadi. Katanya lapar." Alva tersadar bahwa ia belum memesan apapun. Bodoh sekali dirinya. "Oh iya gue lupa. Lo mau pesan apa?"

Shasha memutar bola matanya. "Cokelat panas aja." Alva mengangguk dan berjalan menuju stand.

Shasha mengambil ponselnya. Ada panggilan masuk dari Alexa. Ia menjawab panggilan tersebut dan menempelkan nya di telinganya.

" lo dimana Sha? "

"Udah dibilang. Kalo nelpon itu ngucapin salam." gerutunya.

"Hehehe.. Sorry deh. Cepetan lo dimana?"

Shasha hanya memutar bola matanya. "Gue lagi di Kafe sama temen."

" Temen atau pacar? Masa ia temen merhatiin lo sambil senyum senyum gitu. Sampai lupa mesen makanan."

Shasha menegakkan tubuhnya. Ia mengedarkan pandangan nya dan menemukan Alexa bersama dengan Kekasihnya.

" lo ngapain sih nelpon gue kalo lo udah tau keberadaan due. Dasar bego"

Shasha memutuskan hubungan dan bangkit dari duduknya. Ia berjalan menghampiri meja Alexa.

"Lo naik apa?" tanyanya tak suka basa basi. Alexa hanya menghendikkan bahu.

"Naik motor sama Ryan. Kenapa?" Shasha menghela nafas. "Sialan! Tau gitu gue aja yang bawa mobil."

Alexa tersebut tipis. "Emang lo bisa naik mobil? Fasilitas lo cuma ATM, motor matic, sama ponsel. Jadi jangan mimpi lo bisa bawa mobil gue."

Shasha berdecak sinis. "Sialan Lo! Lo sama aja kayak kembaran lo. Sama sama nyebelin. Ingetin gue besok bawa motor "

Shasha bangkit dari meja Alexa menuju meja sebelumnya. Ia duduk dengan perasaan dongkol. "Jam berapa balik?"

Alva menghendikkan bahu. "Tunggu lo habiskan Coklat panas lo."

Shasha meminum coklat panasnya sedikit. "Besok malam lo ada acara gak?"

"Ngga" jawabnya singkat.

"Kalau gue ngajak lo jalan. Lo mau?" tanya Alva hati hati. Shasha menaikkan alisnya. "Ngga. Gue males."

"O-oh oke. Lain kali kalo gue ajak, mau?" Shasha memberikan tatapan datarnya. "Tergantung mood gue"

Shasha menyesap cokelat panasnya hingga menyisakan setengah nya. "Balik" ucapnya singkat, padat dan jelas.

Natasha (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang