10. Berkumpul

2.3K 82 0
                                    

Author pov

Shasha, Sean dan Angel turun kelantai bawah. Sean yang sedari tadi berceloteh sekarang diam memperhatikan ruang makan.

Ia mengerutkan kening pertanda bingung. "Kok ada Papi sama Mami? Kak Gara sama Arga juga? Emang ada acara apa?" Tanya Sean bingung.

Shasha berjalan meninggalkan Angel dan juga Sean. Jika ia menanggapi ocehan Sean, yang ada Shasha bisa mati karena nahan emosi.

Shasha memcium pipi satu persatu anggota keluarga besarnya. Ia duduk disamping Agra yang memperhatikan nya. Shasha menghentikan gerakannya meminum air mineral dan menatap Arga.

Ia mengangkat sebelah alisnya. Arga pun bertanya tanpa suara. "Lo gak papa kan?"

Shasha tersenyum kemudian mengangguk. Arga yang memperhatikan itu pun tersenyum lalu mengusap puncak kepala Shasha.

Acara makan malam pun dimulai. Percakapan percakapan mengisi keheningan malam. Percakapan selalu diisi dengan celotehan Angel dan Gara.

Shasha dan juga Arga hanya memasang wajah bodo amat dengan sekitarnya. Mereka berdua hanya fokus pada makanan masing masing.

"Heh Sha sama Arga! Kalian kok diem? Sariawan?!" Tanya Angel yang mulai kesal dengan tingkah Gara. Shasha dan Arga pun menggeleng pelan.

"Lagi males ikut debat. Capek ngeluarin otot buat hal gak penting." Jawab Arga santai dan diangguki oleh Shasha.

Angel menghela nafas kesal. Ia mulai jengah dengan sikap Gara, Sean dan Alexa yang selalu menggodanya. Terkadang Gara sering menyuruh ia putus hubungan dengan Rion-Kekasihnya.

Hal itu selalu membuat amarah Angel memuncak. Masalahnya bulan depan ia akan melaksanakan tunangan dengan Rion. "Sha"

"Hmm" gumam Shasha malas. "Besok pulang jam berapa?" Tanyanya basa basi.

"5"

"Singkat banget balasnya. Lebih panjang dikit napa." Gerutunya yang dapat didengar oleh Shasha. "Males"

Setelah makan malam selesai, Mama, Mami, Angel dan Bibi membereskan meja makan. Sedangkan Shasha dan Arga asik mengerjakan tugas. Shasha dan Arga termasuk kedalam murid yang pintar. Tapi kepintaran mereka selalu tertutupi dengan tingkah mereka.

Ponsel Arga tiba tiba berdering. Ia menjawab panggilan tersebut.

"Hallo"

"Dimana lo? Gak lupa kan kalo kita mau kumpul di kafe malam ini. Udah jam setengah 8 nih."

Arga menepuk jidatnya. Ia lupa kalau hari ini ada janjian dengan Alva dan juga Vano. Shasha yang memperhatikan Arga yang menepuk jidat pun bertanya.

"Kenapa Ga?"

"Ah enggak kok, Sha. Lanjut belajar gih, gue masih nelpon."

"Oh oke" Shasha melanjutkan belajarnya.

"Sorry, Va. Gue lupa banget. Gue lagi ada acaran sama keluarga Papa sama Mama gue nih. Lain kali deh gue ikut."

"Gak asik deh lo. Eh, btw tadi suara siapa? Keknya gak asing gitu deh."

"Udah gak usah Kepo. Adek gue tuh. Lo gak boleh deketin pokoknya." Sambungan pun terputus. Arga memutuskan sambungan secara sepihak membuat Alva yang ada diseberang sana mengumpat kesal.

Arga kembali ke tempat ia belajar dengan Shasha. "Siapa?"

Arga mendongak. "Oh, tadi Alva. Ngajak ke kafe tapi kita kan ada acara. Lagian gue lupa kalo kita udah janjian."

Shasha hanya mengangguk. "Kenapa gak kesana aja?"

Arga menaikan sebelah alisnya. "Lo kayak gak kenal Papi aja deh, Papi orangnya gak bisa dibantah."

Natasha (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang