3. Cowok Gak Peka

66 18 0
                                    

"Abang lo makin ganteng aja Ki" Ranti salah satu teman Kia berkata sambil menghampiri Kia yang masih menatap kepergian abangnya hingga mobil yang dikendarainya tak lagi terlihat

"Gak bisa banget liat cowok bening ya" Ranti terkekeh mendengar gerutuan Kia

"Biarin sih. Lumayan liat pemandangan indah, kan kalo dilewatkan mubazir"

"Najis Ran, otak lo isinya cowok mulu" Kia berkata sambil melangkah kedalam rumah Dinda diikuti Ranti yang masih terkekeh karna gerutuan Kia

Mereka sampai dihalaman belakang rumah Dinda, tempat biasa mereka berkumpul. Disana sudah ada dua temannya yang lain sedangkan pemilik rumah entah ada dimana.

"Dinda mana?" Ranti bertanya sambil menjatuhkan dirinya di sofa kosong yang memang tersedia disana

"Beli cemilan" Kari menjawab tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel yang sedang menampilkan games mobile legend

"Sendiri?" Kia bertanya bingung sambil mendudukkan diri disamping Ranti, pasalnya Dinda tidak pernah berani keluar rumah sendirian

"Sama Kang Supri, kan pacarnya sibuk main games" Dina menjawab sambil mengedikkan kepalanya kearah Kari

"Anjing!! bangsat!!" Kari berteriak sambil membanting ponselnya diatas sofa, entah apa yang terjadi dengan gamesnya hingga Kari terlihat kesal seperti itu

"KARI ngomongnya!" Dina menegur

"Tau nih Kari, gak boleh ngomong kaya gitu! kalo bisa yang lebih kasar" ucapan Ranti membuat mereka yang ada disana memutar mata malas

"Eh udah pada kumpul, sorry ya lama" Dinda datang dengan beberapa kantung plastik ditangannya yang bisa dipastikan berisi cemilan dan juga minuman.

"Ya ampun Din, lo tuh kasian banget sih punya pacar tapi kemana-mana masih aja dianterin sama supir" Ranti berkata sambil menekan kata pacar untuk menyindir Kari yang lagi-lagi sibuk dengan gamesnya

"Maklumlah kan pacarnya lebih cinta sama games dari pada ceweknya sendiri" ucapan Dinda yang diiringi tatapan sinis kearah Kari membuat Kari menghentikan permainannya untuk kemudian meringis menatap Dinda

"Udahlah Din pacar kaya gitu mah putusin aja, gak ada faedahnya juga" Kia ikut memanas manasi membuat Kari menjadi salah tingkah sendiri

Kari buru-buru memasukkan ponselnya kedalam saku celana kemudian menghampiri Dinda yang sedang menyusun berbagai cemilan diatas meja. Ia menggenggam satu tangan Dinda, menghentikan pergerakan yang Dinda lakukan. Sebelum berkata Kari lebih dahulu memasang wajah memelasnya

"Kamu jangan dengerin kata-kata Kia ya, baru juga jadian dua bulan masa udah mau putusin aku" Dinda mendengus malas, menarik tangannya dari genggaman Kari untuk kemudian melanjutkan kegiatan yang tertunda.

Kia, Ranti dan Dina menahan tawanya melihat kepanikan Kari. Kari kembali menggenggam tangan Dinda saat Dinda duduk disamping Dina

"Sayang jangan marah ya" Kari kembali memasang wajah memelasnya, Dinda memalingkan wajahnya enggan menatap Kari

"Najis alay lo Kar" Ranti melempar kulit kacang kearah Kari, membuat Kari mendengus kesal

"Sayang jangan marah dong" kembali kari membujuk Dinda "lagian kan tadi kamu sendiri yang bilang, kalo akunya sibuk gapapa kamu pergi sama kang Supri" Kari memasang wajah polos, membuat tiga pasang mata menatap horor kearahnya. Sedetik kemudian Kia, Ranti dan Dina berteriak bersamaan membuat Kari terdiam dengan tampang bodohnya

"DASAR COWOK GAK PEKA!!"

¤¤¤¤

Selesai sholat Dzuhur berjamaah yang diimami oleh kang Supri kini mereka berlima sedang bersenda gurau, saling melemparkan ejekan dan candaan yang terkadang sangat garing untuk ditertawakan. Menceritakan segala sesuatu hingga hal yang tidak jelas pun masuk kedalam obrolan. Masalah kemarahan Dinda kepada Kari hanyalah rekayasa, meraka hanya ingin mengerjai Kari yang sangat menggilai games hingga terkadang mengabaikan Dinda yang notabene adalah kekasihnya sendiri

"Kemarin kak Kinan ngadain pesta ulang tahun ya Ki?" Dina bertanya sambil mengunyah keripik kentang, Kia mengangguk sebagai jawaban

"Ko kita gak diundang?" Kini giliran Ranti yang bertanya sambil mengupas kulit kacang

"Diundang ko" jawaban Kia yang santai membuat keempat temannya menghentikan aktivitas mereka dan memusatkan perhatian kearah Kia

Kia mengeluarkan empat undangan dari dalam tasnya dan memberikan kepada teman-temannya

"Ko baru dikasih sekarang sih ki?" Ranti melayangkan protesannya

"Sengaja, biar kalian gak dateng" Kia menjawab tak acuh sambil mengedikkan bahunya.

Kia memang sengaja tidak memberikan undangan ulang tahun Kinan kepada teman-temannya, karna ia sendiri juga sudah berencana untuk tidak ikut serta dalam pesta ulang tahun kakaknya itu andai saja cowok urakan yang katanya adik kak Alex itu tidak menariknya masuk kedalam pesta Kinan dan membuat ia terjebak dalam masalah dengan sang ayah

"KIARA" teriakan Ranti menyadarkan Kia dari lamunannya, Kia menatap bingung kearah Ranti yang memasang wajah kesal

"Kenapa?" Kia bertanya bingung

"Lo tuh kenapa gak ngebolehin kita dateng kepestanya kak Kinan?" Kari angkat suara

"Karna gue niatnya juga gak dateng" Kia menjawab dengan nada malas

"Ko.." dengan keripik kentang yang ada ditangannya Dinda menyumpal mulut Ranti saat tau bahwa temannya yang cerewet itu akan kembali melayangkan protesan

"Berisiiik, pestanya juga udah lewat gausah pake dibahas lagi!" Dinda menatap tajam Ranti membuat Ranti mau tidak mau mengiyakan perkataannya

Mereka tau bagaimana hubungan kia dengan kedua orang tuanya.

"Gue balik ya" Kia berdiri sambil menyampirkan tas dibahu kanannya

"Balik sama siapa Ki?" Dina bertanya penasaran

"Sama abang gue, dia udah nunggu nih. Duluan ya" Kia beranjak pergi saat menerima pesan dari Ken bahwa abangnya itu sudah ada di depan rumah Dinda

"Salam buat abang ganteng ya Ki" Kia mendengus mendengar teriakan Ranti, temannya yang satu itu benar-benar tak bisa melihat cowok yang berparas juara, pasti jiwa genitnya akan langsung keluar

"Hati-hati Ki" Kia hanya mengangkat jempolnya untuk menjawab pesan teman-temannya
.
.

"Abang dari mana?" Kia bertanya saat sudah masuk kedalam mobil yang dikendarai Ken

"Nungguin kamu di caffe Depan" Kia menganggukkan kepalanya mendengar jawaban abangnya

"Abang setia banget sih sampe nungguin Kia segala"

"Bukannya kamu ya yang maksa abang supaya gak pulang duluan" Kia terkekeh mendengar jawaban dari abangnya

" Kia kan suruh abang buat gabung sama temen-temen Kia"

"Makasih Ki, tapi abang lebih milih nungguin kamu di caffe walaupun harus nahan jenuh dari pada gabung sama temen-temen kamu. Abang masih waras" Kia mencebikkan bibirnya mendengar jawaban Ken, memangnya Ken fikir dia dan teman-temannya orang gila apa.

"Mampir ke rumah makan padang dulu ya bang, Kia laper"
Kia berkata sambil memegangi perutnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 14:00, ia belum makan siang bahkan tadi pagi juga ia tidak sarapan, jadi wajar saja jika sekarang perutnya berteriak minta diisi

"Emang gak dikasih makan sama Dinda?"

"Kia kerumah Dinda mau main bukan buat minta makan" Kia berkata sinis membuat Ken terkikik geli

Mereka sampai di rumah saat jarum jam menunjukkan pukul 15:30, Kia lebih dulu masuk ke dalam rumah diikuti Ken yang berjalan dibelakangnya. Kia menghentikan langkahnya saat sampai diambang pintu ruang keluarga, ia terdiam melihat pemandangan yang lagi-lagi mendatangkan rasa iri dihatinya.
Disana, Kinan dan kedua orang tuanya sedang menonton televisi dengan Kinan yang duduk diapit oleh ayah dan bunda. Sesekali mereka terlihat tertawa, mungkin menertawakan acara yang ditayangkan di televisi.

Kia menatap sendu pemandangan itu, ia juga ingin berada diposisi Kinan saat ini. Kia menghela nafas panjang mencoba menghilangkan rasa iri dihatinya.

Iya, sedikit demi sedikit Kia harus bisa menghilangkan rasa iri yang ada dihatinya. Kia juga ingin bahagia, maka ia harus bisa menghilangkan rasa iri dari apa yang kakaknya miliki.

About FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang