18. Sebuah Misi

21 4 0
                                    

Kia tidak percaya dengan perkataan Dinda. Dinda bilang, Dion tidak mungkin marah kepada dirinya. Tapi kenyataannya, ketika ia bertemu dengan cowok itu di mushola saat jam istirahat kedua, Dion mengabaikannya.

Iya! Dion Alfanndi Harefa, cowok yang mulai Kia sukai itu mengabaikannya. Membuat hati kecil Kia menjerit kecewa

Apa tindakan mengusir termasuk kesalahan besar ya?

"Kiaraa, woooyy!!" Kia tersadar dari lamunannya saat mendengar teriakan Dinda tepat disamping telinganya

Ia mengusap-ngusap telinganya yang terasa berdengung "Pengang bego!"

Dinda terkekeh melihat Kia yang bersungut-sungut kesal "Lagian, gue ngomong malah dikacangin"

"Omongan lo gak penting"

"Sialan" Dinda melempar Kia dengan keripik yang ada ditangannya

Saat ini, Kia sedang berada dirumah Dinda. Lebih tepatnya dihalaman belakang rumah gadis itu yang biasa dijadikan sebagai tempat berkumpul

"Mau balik jam berapa Ki?" Dinda bertanya saat melihat jam yang melingkar ditangannya menunjukan pukul 17:00 WIB

"Nginep ya Din?" Kia merayu sambil mengedip-ngedipkan matanya

"Nyempit-nyempitin kamar gue lo" Kia mencebik mendengar perkataan Dinda

"Din nginep ya ya ya, please??" Kia menyatukan kedua tangannya sambil memasang wajah memelas, membuat Dinda mengibaskan tangannya "Terserah"

"Emang gak bakal dicariin orang rumah lo?" Kia mengedikkan bahunya "Emang ada yang perduli?" Dinda menggelengkan kepalanya mendengar jawaban temannya itu

"Soal Dion gimana? Mau berapa lama lagi lo gantung anak orang?"
Kia mendesah kasar mendengar pertanyaan Dinda, harusnya ia memberikan jawabannya hari ini, jika saja Dion tidak mengabaikannya

"Tadinya gue mau jawab hari ini"

"Terus?"

"Dianya kan lagi marah sama gue Dinda" Kia berujar gemas

"Masa sih? Orang tadi di kantin dia nanyain lo kok" Dinda bertanya tak yakin

"Tapi tadi dia nyuekin gue Diiiinn!" Kia berteriak kesal

"Lagian sih lo, pake ngusir-ngusir orang segala!"

"Setelah kemaren lo nolongin gue, sekarang lo malah nyalahin gue Din? Salahin aja gue Din salahin!! gue mah emang selalu jadi pihak yang salah. Gue merasa tersakiti" Kia berujar dramatis sambil memegang dadanya, membuat Dinda melemparkan bantal sofa dengan gemas "Baru dicuekin Dion sehari aja langsung lebay lo"

"Gue harus gimana dong Din?"

"Gimana apanya?" Dinda bertanya sambil memasukkan keripik kedalam mulutnya

"Biar Dion gak marah lagi sama gue"

"Ya minta maaf lah Ki, gitu aja ko ribet"

"Masa gue duluan sih yang nyamperin dia?"

"Ya kan lo yang salah Ki"

"Tapi gengsi"

"Gengsi lo gedein!! nanti Dion diambil cewek lain jangan nyesel lo ya!" Dinda memperingati sambil mengarahkan jari telunjuknya kearah Kia

"Lo mah gitu"

"Enggak, gue mah gini doang" Kia mendengus mendengar ucapan Dinda

Ia mulai berfikir, haruskah ia yang mendatangi Dion lebih dulu? Apa tidak masalah jika wanita yang lebih dulu mengahampiri pria? Nanti, jika ia sudah rela menurunkan gengsinya untuk menemui Dion terlebih dulu tetapi lelaki itu tetap mengabaikannya bagaimana? Kan ia pasti akan malu. Mau ditaro dimana wajahnya yang sudah pas-pasan ini?

About FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang