14- Hujan

33 2 0
                                    

Maaf kalo ada typo
.
.
.
.
IDGAF- Dualipa.

***

Rizal membuka dan mengedip ngedipkan matanya saat dia baru sadar dari pingsannya tadi. Rizal yang melihat Fariz duduk di sofa dekat sofa itu sangat heran. Rizal ingat, terakhir kali dia bersama Nanda.

"Bunda mana? " Ucap Rizal langsung tanpa melihat Fariz.

Fariz menoleh dengan muka yang sangat kesal. "Bunda lo lagi keluar, beli makan" ucapnya datar sambil berjalan kearah ranjang Rizal.

"Kok lo disini, bukannya tadi gua sama Nanda? "Rizal langsung bertanya dengan nada kesal.

"Nanda gua suruh pulang, dia buuh istirahat. Mata dia sembab bener bener sembab karna nangisin cowo kayak lo. Sampah. Cowo yang berani nyakitin berkali kali cewe yang sama sekali gak bersalah. Cowo yang gak tau diri. Lo seharusnya bersyukur karna udah disayingin Nanda walaupun lo udah nyakitin dia berkali kali. Bukan malah masih nyakitin , mending lo gausah idup kalo mau nyakitin hati orang terus. Mikir biar sadar." ucap Fariz dengan nada yang biasa namun cukup membuat Rizal mengatupkan bibirnya dan kaku. "Gua sayang Nanda. Tapi Nandanya malah sayang sama orang kayak lo. Gua pulang"

Fariz menutup pintu ruangan itu. Meninggalkan Rizal yang kini diam menatap awan dari jendela dan tak sadar bahwa ia sudah meneteskan air di pipinya.

Rizal sadar, dia hanya menyusahkan hidup orang lain.

***

Nanda membuka pintu dengan wajah dan mata yang sangat sembab dan tanpa mengucapkan salam dia langsung membuka sepatu dan berjalan ke arah kamar.

"Dek, dari mana lo? " ucap Ali tanpa melihat Nanda. "Lah deh lo nangis? Siapa yang nangisin lo? Cerita ke gua cepet! "Ucap Ali dan langsung menuntun Nanda untuk berjalan ke arah kamar dan menceritakan semua yang terjadi.

Nanda menangis dipelukan Ali dengan tenang. Menurutnya, hanyalah Ali yang bisa mengerti dan menyayangi nya dengan sepenuh hati.

"Udah jangan nangis, mungkin Allah mau ngasih yang lebih baik lagi" ucap Ali sambil terus mengelus Puncak kepala Nanda.

"Tapi gua kesel bang ih gemes gua" ucap Nanda sambil sesegukan dan malah membuat gemas.

"Ih lu tu kalo diomongin nurutt dah bobo ajaa sono" ucap Ali dengan bercanda agar Nanda tidak terlalu sedih.

Seuara guyuran air jatuh perlahan ke atap kamar Nanda, hujan. Sore ini hujan bersama dengan tangis Nanda.

"Bang, ujan baik ya. Disaat gua nangis, dia juga nangis" ucap Nanda sambik menatap ke balkon yang tertumpahan air hujan.

"Hujan baik, dia datengnya samaan. Dia mentingin perkelompok, bukan diri sendiri." ucap Ali.

"Yah gua nambah galau anying" ucap Nanda yang masih tetep mengelap air matanya.

"Makanya mandi duluu, abistu bobo adek.." Ali ketus sambil berdiri ingin keluar kamar.

"Bang, Nanda belom makan dari tadi heheh" ucap Nanda.

"Aelah gua tau lu minta makan, nanti gua suruh bi sutri masak. Lu mau apa? " tanya Ali.

"Emm terserah deh yang penting mie rebus hehehe" ucap Nanda.

"EUM MINTA DI LEMPAR SENDAL NI ANAK" Ucap Ali. "Sono mandi bocah"

"Oke oke oke" ucap Nanda tetap ceria.

Ini lah Nanda, moody an dan juga tetap ingin terlihat ceria walau hati tak sesuai dengan wajah.

***

SchmerzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang