Rightness. Chapter 13

16 2 0
                                    

Dengan sangat hati hati mereka bertiga pergi dari ruangan rahasia itu. Lobert yang masih tidak percaya dengan semua bukti yang menunjukan kejahatan ibunya.

"Kak Lobert, bisa kita tidur? Ini sudah sangat larut malam. " ucapku sambil menguap menahan kantukku yang benar-benar tidak bisaku tahan.

"Dimana ibuku? " Gumamnya dengan suara lirih. Memang benar kami bertiga masuk kedalam ruangan rahasia, tapi kami tidak melihat ibunda ratu

"Hm.... Ibumu?, sedang berada di sisi lain ruangan itu, maka dari itu kita tidak melihatnya. " antara sadar dan tidak sadar aku mengatakan semua itu, didalam otakku hanya ada tidur dan tidur.

"Darimana kamu tahu?"

"Ceritanya panjang." aku berjalan meninggalkan Lobert yang masih bingung dengan situasi ini.dan aku berjalan dengan sempoyongan seperti zombie.

Melihat keadaan ku dengan segera Lobert memanggil para pelayan.
"Pelayan, antarkan Juju ke kamarnya."

Lobert pov.
Ini tidak mungkin terjadi, aku sangat percaya pada ibu. Tapi? Apakah semua perkataan Juju itu benar? Untuk apa ibu melakukan semua ini? Apa ibu mengikuti sebuah sekte?
Atau ibu punya ilmu hitam yang menginginkan tumbal?
Ataukah ibu salah satu pengikut Lord Devil?

Ahhhgrrrr........
Aku sangat bingung. Siapakah yang harus aku percayai? Apakah ibu yang merawatku selama ini atau Juju? Gadis desa yang kukenal baru kemarin?

Lalu apakah yang harus ku lakukan sekarang?

Mungkin aku harus percaya dulu pada Juju, setelah bukti-buktinya tidak begitu kuat, aku bisa percaya pada ibu.

Aku sangat menyayangi Juju, seperti menyayangi adiku Viona. Tapi gara gara vampire sialan itu, aku menjadi berpisah selamanya dengan adikku Viona.

End Lobert Pov

Pagi hari yang sangat cerah. Aku segera beranjak dari tidurku, berlari kearah balkon kamarku, menyibakan tirai dan membuka pintu besar yang menjadi penghalangku untuk melihat dunia dongeng buatanku sendiri.

Setelah terbuka, aku segera berlari menuju pagar pembatas balkon. Karena aku memakai gaun tidur yang panjang, aku tidak sengaja menginjak ujung gaunku.

"Sial" umpatku dalam hati. Oh, tidak aku terjatu dekat dengan pagar pembatas. Aku yakin aku akan terjatuh.

Sreettt.....
Aku memejamkan mataku. Tapi, aku tidak jatuh. Aku ditarik oleh seseorang yang cukup cepat dan kuat. Karena dia menarikku begitu kuat, akhirnya aku berbenturan dengan dadanya. Aku yakin orang ini sangat tinggi.

Ia memeluku, seperti memeluk orang yang sangat ia sayangi. Aku mendongakkan kepalaku untuk melihatnya. Ia memakai topeng mata seperti dalam filem Zoro. Pakaiannya serba hitam. Apa ia benar benar Zoro? Aku menatapnya cukup lama sambil mengingat ngingat cerita ku. Tapi aku tidak ingat sama sekali. Dan sepertinya ia juga tidak ingin memutuskan kontak mata denganku.

Pikiranku kosong, saat ia membelai pipiku lembut. Mataku seperti tertarik magnet untuk menatapnya. Apa yang terjadi padaku?

Sampai akhirnya seseorang mengetuk pintu kamarku, yang membuat perhatian kami tertuju pada pintu kamarku. Lidahku masih kelu untuk berkata kata.

"Lain kali, kau harus lebih berhati hati" ucapnya datar tapi penuh kehawatiran.

Aku hanya membalasnya dengan anggukkan. Ia terlihat menyunggingkan senyumannya. Dan pergi dengan sangat cepat, seperti hembusan angin.

Tok tok tok
"Juju? Apa kamu sudah bangun?" tanya Lobert dari luar.

"Tunggu sebentar kak"
Aku segera membukakan pintu kamarku.

The Adventure Of Juju: Dream WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang