OVA 2

25 1 0
                                    

*Di Klub Sastra*

"Em.... Permisi, Kak Juju?"

"Hm?"

"Em... Aku Peter dari kelas 1A. Aku diberi tugas untuk membuat mading, dengan bimbingan Kak Juju."

Siswa bersurai toska berkacamata tertunduk dalam saat berbicara dengan Juju. Tubuhnya yang lebih tinggi dari Juju, membuat wajahnya masih terlihat. Juju memiringkan kepalanya dan memperhatikan adik kelas didepannya.

Peter reflek mundur satu langkah dari posisinya. Adik kelas didepan Juju tampak takut dan canggung terhadap dirinya. Apa ada yang salah?

"Oke!, Aku bisa mengajarimu." Tungkas Juju diiringi dengan senyuman. Peter perlahan menatap senior yang ada didepannya.
Senyumnya yang ramah adalah hal yang pertama kali ia lihat.

Selama ia bergabung di klub sastra, Senior Juju adalah salah satu orang yang sangat ia segani dan kagumi di sana. Senior Juju sangat giat dan rajin. Ia bahkan melihat senior Juju yang berjalan sambil membaca novel atau komik di tangannya. Sebegitu sukanya Senior Juju dengan buku?

Tidak jarang, seniornya itu tertidur di perpustakaan dengan tumpukan kertas dari jabatannya sebagai sekertaris 2. Ia tertidur dengan posisi terduduk dengan tangannya sebagai tumpuan kepalanya. Peter yakin, setelah ia bangun, lehernya akan sakit.

Peter selalu memperhatikan Senior Juju, entah saat di ruang klub sastra maupun di luar ruangan. Tapi, Juju sama sekali tidak menyadari kehadiran Peter.

Sudah lama Peter ingin berbicara pada Senior yang ia kagumi, tapi Juju terlihat tidak bersahabat. Peter takut ia akan diabaikan, dan membuatnya down. Saat Peter diberi tugas membuat mading dengan bimbingan Senior Juju, ia sempat ragu. Peter sampai tidak bisa tidur, ia terus menghafal kalimat yang akan ia ucapkan pada Senior Juju esok harinya.

Tapi, saat melihat senyuman Juju ia hampir tidak percaya bahwa ia pernah berpikiran buruk tentang Senior itu.

"Kapan kamu akan membuatnya?" Tanya Juju lembut, ini merupakan hari yang bersejarah bagi Peter. Karena ia berhasil berbicara dengan Senior Juju, walaupun ia sempat tersentak kaget saat Juju berucap.

"Kalau bisa secepatnya."

"Oh.... Sebaiknya kita bicarakan dulu tentang tema dan konsepnya."

Peter mengambil kertas dan bolpoin ia mencatat saran dari seniornya itu. Juju mengerti apa yang dirasakan juniornya ketika dekat dengan orang yang dikagumi. Juju merasakan posisi Harry saat ini.

****

"Peter!"

Peter menoleh dan mendapati senior Juju memanggilnya. Tangan kanannya terangkat untuk membalas panggilan seniornya. Sementara tangan kirinya membawa potongan-potongan kertas kecil, sisa pembuatan madingnya yang gagal. Peter adalah anak yang pemalu dan pendiam, jadi berteriak keras atau semacamnya ia sangat tidak bisa.

Juju berlari menghampiri adik kelasnya. Juju berencana untuk membicarakan tentang mading dengannya di saat pulang sekolah. Suasana koridor yang sepi membuat Juju leluasa untuk berlari tanpa ragu.

Akibat terlalu semangat, Juju tersandung kakinya sendiri. Tubuh Juju terjungkal ke depan. Dengan reflek Peter menghampiri Juju sebelum terjatuh ke lantai. Tangannya terulur untuk menangkap tubuh Juju. Ia tidak tahu mendapat dorongan dan keberanian dari mana. Potongan kertas yang ia bawa, dilempar keatas secara tidak sengaja.

Brukkkk.....

Keduanya terjatuh dilantai dalam posisi terduduk. Potongan kertas warna-warni berjatuhan menerpa mereka berdua. Menimpa wajah Juju yang selalu terlihat cantik di mata Peter. Tangan Peter memegang bahu Juju, mata mereka bertemu untuk pertama kalinya.
Berkat kesigapan dari Peter, Juju tidak mengalami luka atau cidera sedikit pun.

The Adventure Of Juju: Dream WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang