Journey. Chapter 21

15 2 9
                                    

"Tak apa"
Denny segera berjalan meninggalkan Juju
.
.
.
.
.
.
*Istana Lord Devil*
"Yang mulia, saya mendengar desas desus penghuni Harju. Bahwa mereka akan berontak padamu. "
Ucap seekor iblis berbentuk burung unta, dengan ukuran seperti manusia. Dan berjalan seperti layaknya manusia.

"Aku tahu siapa yang harus bertanggung jawab. " ucap Lord devil dengan menggerakan jari jarinya.

"Kalau boleh saya tahu, siapa yang anda maksud yang mulia?"

Dengan sedikit menyeringai Lord Devil berkata "Bangsa Vampire, ha ha ha ha ha " tawa kejam Lord Devil menggelegar keseluruh ruangan. Lord devil tampak sedikit berpikir. Dan kembali menyeringai.

"Aku ingin kau mengumpulkan para iblis, orc, trol, dan soma. Aku ingin menyerang bangsa vampire dan pengikutnya. "

(Soma merupakan mayat yang kembali dihidupkan, pikirannya dikendalikan oleh majikannya.)

"Baik yang mulia. " iblis burung unta segera pergi, menuntaskan perintah atasannya.

Dalam ruangan cukup gelap dengan penerangan dari cahaya bulan yang masuk melalui celah celah dinding yang retak. Sesosok iblis dengan perawakan tinggi kurus, berjubah hitam dengan tudung kepala, jari jari tangan yang hanya terbungkus kulit tanpa daging.

Berjalan dengan anggunnya menuju sebuah cermin antik. Dengan sekali gerakan jarinya, cermin itu mengeluarkan sedikit cahaya. "Siapa yang paling kuat dinegeri Harju?" tanya Lord Devil pada cermin antiknya. Cahaya yang keluar dari cermin beransur ansur menghilang. Dan menampakkan sosok gadis besenjatakan pedang berambut purple.

Tangan Lord Devil mengepal kuat dan memukul tembok disampingnya sampai hancur. Ia pun meninggalkan ruangannya.

Sementara di Istana Vampire, mereka sedang sibuk merencanakan strategi untuk melawan Lord Devil. Ketika Juju memasuki aula yang diisi oleh keluarga kerajaan vampire. Rasa canggung merangsuki raga Juju. Semua perhatiannya sekarang tertuju pada. Saat ia berjalan sambil membawa beberapa barang barang untuk mengatur strategi.

Perasaannya tidak enak. Juju merasa bahwa diantara keluarga kerajaan ada yang aneh. Kaki Juju tersandung kakinya sendiri, dan terjatuh

Gdubbrakk...

Bagus, sekarang Juju semakin cangung. Mata merah menyala dari ibunda tertuju padanya
"Ma..maaf" dengan cepat aku langsung berdiri dan meletakan nampan di atas meja. Juju pun belari kecil sambil terus menunduk karena rasa malu dan kesal dengan tindakanya yang ceroboh.
"Gadis bodoh?!" umpat ibunda ratu (ibu dari Arthur) walaupun itu hanya umpatan kecil, tapi Juju tetap bisa mendengarnya.

"Ibu heran denganmu Arthur, kenapa kau memulih gadis itu untuk pelayan? Padahal dinegeri ini banyak sekali gadis yang lebih baik dari dia." ucap wanita vampire berparas cantik nan arogan.

"Itu karena ibu tidak tahu keistimewaannya. "

Arthur pergi meninggalkan ruang aula tersebut.

Sementara itu, Juju duduk di tepi kolam dengan air matanya yang mengalir dari pipinya.
"Aku sangat malu, aku malu. Selama ini aku sangat sensitif dengan umpatan umpatan. Aku memang tidak berguna." umpatnya dalam isak tangis.

Juju memeluk erat lututnya dan menenggelamkan kepalanya. Sebuah tangan merangkul Juju, Juju mendongakkan kepalanya. Ia menatap sebuah mata hitam yang indah yang pernah ia lihat sebelumnya. Ekspresi datar yang pernah beberapa kali menyelamatnya. Pria yang duduk disamping Juju membuatnya tidak henti menatapnya.

Entah kenapa ia merasa tenang, menatap mata pekat itu. Mata itu juga tidak melepaskan kontak mata dengannya.

Sebuah usapan lembut dipipi Juju, juga tidak membuat Juju melepas kontak mata dengannya. Sampai, tangan yang melangkul Juju menariknya kedekapannya. Menyandarkan kepala Juju didadanya.

The Adventure Of Juju: Dream WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang