Bulter. Chapter 15

16 2 0
                                    

Aku masih menganga mencerna apa yang saksikan disini. Seingatku aku tidak memasukan mahluk ini dalam cerita ku. Tapi? Tapi? Apa yang kulihat disini? A-apa??

Aku berusaha mengingat ingatnya. Tapi hasilnya nihil. Apa yang harus ku lakukan sekarang? Aku melihat keadaan Elfan yang masih belum sadarkan diri. Padahal aku ingin meminymta saran darinya.

Vampire itu menatapku intens. Aku seperti terhipnotis dengan tatapannya.

Dengan pikiran yang masih campur aduk, aku menganggukkan kepalaku. Tapi mengapa aku menganggukan kepala?

Vampire itu tersenyum licik padaku. Aku masih terus menatap matanya yang masih merah. Taringnya yang mencuat keluar, perlahan lahan kembali kebentuk gigi taring pada umumnya. Ia mengulurkan tangan kanannya padaku.

Entah kenapa aku menerima uluran itu. Mataku masih setia menatap matanya yang menyeramkan tapi menggoda itu. Tanganku yang masih memegang Elfan, aku masukan kekantong jubahku.

Ketika aku sudah berdiri sempurna, dengan cepat vampire ini menariku kearahnya. Sontak aku berbenturan dengannya. Tapi mataku masih dihipnotis olehnya. Kenapa ini bisa terjadi? Apa benar aku dihipnotis oleh matanya?

Ketika aku sudah ada didekapannya, ia meletakan kedua tanganku dibahunya sedangkan kedua tangannya melingkari pinggangku. Aku ingin berontak, tapi aku tidak bisa. Rasanya tubuh ini sangat kaku. Aku tidak bisa mengendalikan tubuh ini.

Ia segera mempersempit jarak diantara kami berdua. Tuhan, tolong aku. Aku sudah merasakan jantungku berpacu begitu cepat. Ia menempelkan dahinya didahiku.

Aku masih menatap matanya.

Tapi beransur ansur matanya berubah menjadi hilam pekat. Wah, itu semakin menambah keindahan matanya. Harus aku akui, dia sangat memukau. Ia tersenyum padaku. Tapi aku tidak bisa membalas senyumannya. Karena, aku benar benar tidak bisa bergerak. Tapi wajahnya rasanya sangat familiar, tapi dimana aku pernah melihatnya?

Arthur pov
Mudah sekali mengelabui gadis ini. Aku suka menatap matanya yang masih polos, dan aku suka kepolosannya. Itu membuatnya semakin menggemaskan.

Aku segera menggendongnya didepanku. Detik berikutnya, aku berlari kencang menembus kegelapan malam. Aku yakin sebentar lagi, gadis ini akan sadar.

Aku merasa ada pergerakan dari gadis ini, dan benar saja dia sudah sadar. Tapi aku biarkan saja. Ia terlihat ketakutan dengan kecepatan berlariku dan, ketinggian yang aku lalui. Siapa pun pasti akan takut, jika diajak berlari sambil meloncat dari dahan pohon kedahan pohon lainnya.

Gadis kecil ini mulai melingkari lengannya dileherku sambil terus memandangi alam sekitar.

"Tutup matamu, jika kau tidak ingin merasa pusing. "
Oh, bagus. Dia tidak mengindahkan kata kataku tadi. Bulan purnama yang sangat indah, aku harap gadis ini tetap hidup sampai tujuan.

End Arthur Pov.

Ini adalah hal yang baru bagi Juju, ia tidak henti hentinya bergerak digendongan Arthur. Juju sangat menikmati pemandangan hutan dibulan purnama. Sampai ia melupakan bahwa ia sedang di bawa seorang vampire.

Tapi entah mengapa insting Juju berkata bahwa vampire yang bersamanya adalah vampire yang baik.

Perjalanan yang sangat jauh, membuat kepala Juju merasa pusing. Ini seperti naik bis parawisata. Mata Juju selalu mengantuk ketika berpergian jauh. Matanya mulai sayu perlahan mulai menutup.

Tapi, beberapa detik kemudian hembusan angin yang kencang seketika berhenti. Apa sudah sampai? Pikir Juju.

Ia diturunkan dari gendongan Arthur. Ketika kaki Juju menyentuh tanah, ia seperti tidak bisa berdiri tegap. Rasa pusingnya masih menyerangnya. Arthur sepertinya tidak memperdulikan keadaan Juju.

The Adventure Of Juju: Dream WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang