The Predictions. Chapter 19

8 2 0
                                    

Tubuh Elfan yang sebenarnya sudah mati rasa, membuat jalannya melambat.

"Para pohon, bantulah aku. " desisnya.

Beberapa helai daun berterbangan dan menyelimuti Elfan, membawanya terbang kearah kastil.

Di HarJu, semua tumbuhan memiliki pikiran. Jadi, para pohon akan menolong siapa pun jika mereka memerlukan bantuan. Khususnya para peri, merekalah yang menjaga dan merawat para pohon.

Ketika Elfan sampai di jendela kastil, Elfan sempat mengucapkan terima kasih pada pohon pohon. Perlahan Elfan mengepakkan sayapnya yang sempat membeku.

Waupun nyeri pada sayapnya masih terasa. Elfan masih tetap terus terbang menuju kamar Alexa.

Alexa pov.
Tumben sekali Juju sangat tenang, biasanya ada pergerakan kecil dalam tidurnya.
Oh, atau jangan jangan.
Sebuah firasat buruk terlintas dalam pikiranku.
Aku membuka pintu kamar Juju, dan yang benar saja? Juju tidak ada dikamarnya. Jendela kamarnya terbuka lebar. Hawa dingin masuk dengan leluasa ke kamar Juju.

Ketika aku berbalik ke belakang, aku melihat Tinny. Aku bertanya pada Tinny tentang Juju, tapi Tinny hanya menjawabnya dengan gerak gerik aneh. Aku benar benar tidak mengerti.

Tinny terbang kearah sisir Juju, dan mengambil beberapa helai rambut panjang Juju. Tinny seperti memberi tahuku bahwa Juju pergi melalui jendela.
Apa?
Jendela?
Aku segera melihat kebawah jendela. Tapi hasilnya nihil.

Tinny nampak menampar pelan dahinya. Aku yakin bukan itu maksudnya. Bodohnya aku.

Aku segera memberitahu hal ini pada Arthur. "Arthur, Juju hilang! "

"Bagaimana bisa? " tanya Arthur dengan sangat cemas.

"Entahlah, apa kita bisa menyelamatkannya sekarang? "

"Kau tahu dimana dia pergi? "

"Aku tidak tahu, tapi peri ini tahu. "
aku menunjuk kearah Tinny. Dengan dibalas anggukan oleh Arthur, kami semua segera berangkat. Tapi, sebelum itu aku dan Arthur memakai mantel. Walaupun para vampire bisa tahan dingin. Tapi apa salahnya? Sedangkan Elfan membawa payung kecil untuk menjaga sayapnya dari butiran salju.

Kami melompat dari dahan kedahan pohon dengan kecepatan angin. Aku tidak ingin hal buruk terjadi pada Juju. Bukan aku saja yang khawatir, kakakku juga tidak kalah khawatinya dengan Juju. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang dari tadi khawatir.

Samar samar aku mulai mencium aroma lotus dari arah utara. Iya, ini adalah aroma khas Juju. Kakakku sepertinya juga mencium aroma yang sama. Ia melesat dengan cepatnya, aku yang tertinggal segera menangkap Elfan dan memasukannya ke kantung mantel buluku. Aku pun menyusul kakakku.

*
Setelah sampai, kami melihat Juju yang terbawa arus bersama lempengan lempengan es. Tanpa pikir panjang Arthur segera melepas mantelnya dan terjun kesungai.

Aku dan Elfan hanya bisa melihatnya saja. Dan berharap Juju tidak apa apa.

Arthur menggendong Juju didepan dadanya, dan mencoba untuk membuatnya sadar dengan memanggil manggil namanya.

Aku segera menekan nekan dadanya untuk mengeluarkan air diparu parunya.

"Uhhuuk! " Juju menemburkan air dari mulutnya. Dan mengambil nafas sebanyak banyaknya.

"Juju kau baik baik saja? " tanya Arthur.

"Ssttttt..... " desis Juju kedinginan.

Aku segera membungkusnya dengan mantel bulu kakakku.
"Arthur, sebaiknya kita bawa Juju kekastil. Hangatkan dia di tungku api. "

The Adventure Of Juju: Dream WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang